"Wah gila ya, masa 'si gabener Anies' malah dapat prestasi terus sih?" kata remaja yang memegang hape besutan Samsung S9+ tersebut. " Ah..elo udah kena framing ya, mao lo sama kayak buzzer-buzzer yang selalu diskreditkan dia?" timpal remaja satunya lagi yang terlihat lebih kalem, seraya menunjukkan bantahan isu hoax buzzeRp di layar iPhone 12 Pro miliknya.
Percakapan ini terus saja bersahutan dan bisa diduga akan berujung pada perdebatan tanpa kusir. Baca judul, kemudian kena framing berita mainstream, dilanjutkan dengan persepsi yang terkontaminasi, tentu akan menimbulkan residu nalar yang bisa dinyatakan sesat.
Hal-hal remeh seperti tadi, belakangan ini sudah menjalar bagaikan lumut di dinding porselen kamar mandi rumah tua. Mengoyak persepsi sehat publik. Mencacah pikiran belia pengguna medsos. Yang ditebarkan oleh para penyembur kebohongan atau buzzer.
Belum lama, di era mantan gubernur warisan yang menjadi narapidana, Basuki Tjahaja Purnama atau kerap disapa Ahok. Pertempuran sengit antara netizen muslim dengan buzzer berbayar makin menguatkan sinyalemen penulis. Bahwa yang merusak dan memporak- porandakan bangunan persatuan dan kesatuan, justru dari mereka yang terus saja memekik sebagai paling pancasila, paling NKRI namun hal demikian cuma finish di bacot mereka, tapi tergagap- gagap melihat agresi geopolitik tiongkok melalui program jebakan hutang.Â