Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Siapakah Laki-laki Sejati Dalam Pilpres 2014?

23 Juli 2014   21:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:26 671 0
Selasa 22 Juli 2014, KPU telah mengumumkan pasangan Jokowi-Jk sebagai pemenang dalam pilpres 2014. Dalam salam tiga jarinya, Jokowi mengungkapkan kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia, bukan kemenangan partai dan koalisi.
Lalu bagaimana dengan pasangan Prabowo-Hatta? Mengetahui kekalahannya, kubu prabowo mulai membuat strategi-strategi di luar "akal sehat", dengan mengundurkan diri dari pilpres dan meminta pemilu untuk diulang. Padahal sudah jelas sekali ada undang-undang yang mengatur bahwa capres tidak boleh mengundurkan diri selama pilpres berlangsung.
Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pasal 246 disebutkan bahwa "Setiap calon Presiden atau Wakil Presiden yang dengan sengaja mengundurkan diri setelah pemungutan suara putaran pertama sampai dengan pelaksanaan pemungutan suara putaran kedua, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Sikap seperti ini bukanlah sikap seorang pemimpin yang tidak mau menerima kekalahan. Pemimpin sejatinya siap kalah atau menang. Mengutip tulisan Djajendra: "Kekalahan adalah kemenangan yang dirayakan bersama pesaing. Bila diri mampu mengadopsi sikap baik dan memperkuat energi positif ke dalam jati diri, maka kekalahan akan menjadi rahmat untuk memperbaiki kualitas diri.

Terimalah kekalahan sebagai kemenangan bersama. Belajarlah dari kekalahan dan siapkan kekuatan baik untuk kemenangan dalam pertandingan berikutnya. Fokuskan semua energi dan pandangan untuk kebaikan bersama. Jadikan diri sebagai panutan atau role model yang mencitrakan seorang pemenang sejati. Jangan pernah menjadikan diri yang kalah sebagai pengganggu kedamaian dan keamanan banyak orang.

Jauhkan diri dari obsesi yang berlebihan untuk sebuah hasil yang sempurna. Wasit yang mengawasi pertandingan selalu memiliki hak penuh di lapangan, sehingga diperlukan sikap dewasa dan kemampuan untuk menerima ketidaksempurnaan di lapangan. Jangan menjadikan diri kalah oleh ketidakdewasaan diri dalam menerima realitas permainan.

Jadilah energi positif yang segera mengucapkan selamat kepada lawan tanding, serta dengan sangat antusias dan bahagia menjabat tangan lawan dan mengatakan, "saya membantu Anda". Katakan, " kompetisi sudah berakhir, sekarang Anda adalah sahabat saya, saya siap 100% dengan sepenuh hati untuk membantu mengisi kemenangan Anda".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun