Selain itu, Konvensi No. 189 juga sudah mengadopsi pembatasan jam kerja untuk pekerja rumah tangga. Jadi, pembatasan jam kerja untuk BMI itu bukan hanya bisa tetapi sangat dan harus bisa. Jam kerja maksimal yang telah disepakati oleh dunia adalah 40 jam seminggu dan 8 jam sehari. Bagaimana jika sebuah keluarga memang sangat memerlukan pekerja rumah tangganya harus bekerja ekstra? Apakah boleh? Jawabannya adalah boleh asal kelebihan jam kerja harus diperhitungan sebagai jam lembur (overtime) dan harus diberi upah lembur sesuai aturan negara tempatnya bekerja.
Selama ini, hampir di semua negara BMI dan buruh migran dari negara lain bekerja lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu tanpa mendapatkan upah lembur. Buruh Migran adalah manusia biasa yang kekuatannya juga sama seperti pekerja lainnya, bedanya kalau pekerja lain, misalnya editor kerjanya hanya melulu editing, namun pekerja rumah tangga selain dituntut mampu mengurus rumah, mereka juga dituntut untuk bisa mengurus orang sakit, orang tua, bayi bahkan di beberapa negara mengurus binatang. Pendeknya pekerja rumah tangga dituntut memiliki multi-skill untuk bisa menjadi pekerja yang baik.
Buruh Migran sudah diperas terlalu lama, bukan hanya tenaga dan keringatnya, namun tulang dan darahnya. Sekarang saatnya negara dan masyarakat internasional memberikan keadilan bagi buruh migran di seluruh dunia agar bisa menikmati kehidupan yang wajar dan menyenangkan seperi pekerja pada umumnya.
Salah satu cara untuk memberikan penghargaan itu adalah dengan cara membatasi jam kerja pekerja rumah tangga menjadi 40 jam seminggu dan 8 jam sehari. Negara dan masyarakat yang sehat tidak akan pernah rela melihat jutaan pekerja rumah tangga tinggal dalam kondisi kerja dalam waktu yang panjang. Jika negara tetap membiarkan jam kerja panjang bagi pekerja rumah tangga, artinya negara itu sudah melakukan pelanggaran HAM luar biasa terhadap ribuan bahkan jutaan pekerja rumah tangga.
Buruh Migran di Hong Kong barangkali bisa menjadi kekuatan strategis untuk perjuangan ini. Bersatulah untuk kemenangan bersama. Bukan hanya kemenangan buruh migran tetapi kemenangan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dunia.