Strategi Jokowi-JK yang tidak membuka politik transaksional cukup berani, artinya ini terlalu beresiko karena lawan politiknya, Prabowo-Hatta terang-terangan mengakomodasi ambisi elite dengan berbagai jabatan terhormat, bahkan berani mengusulkan ide di luar kewajaran politik selama ini, misalnya jabatan Menteri Utama untuk Aburisal Bakrie.
Keberanian Jokowi-JK menutup kran politik trasaksional bukan hal baru, tetapi langka dan ini dinanti-nantikan rakyat yang selama ini hidup jauh dari hingar-bingar akan keindahan kekuasaan. Strategi ini sekaligus menjadi filter politik jujur untuk Indonesia sekarang dan masa depan. Hanya orang-orang yang benar-benar jujur dan tidak haus kekuasaanlah yang akan mampu merapat dan mendukung strategi ini.
Dengan bergabung ke Jokowi-JK, apakah Surya Paloh, Cak Imin dan Wiranto adalah pribadi yang jujur dan sungguh-sungguh menginginkan Indonesia lebih baik?
Saya percaya tokoh yang mendukung Jokowi-JK sadar betul bahwa dengan mendukung pasangan ini, mereka kemungkinan tidak akan mendapat jatah jabatan namun tetap akan mendukung penuh program Jokowi-JK jika mereka terpilih. Namun disisi lain, rasanya Jokowi-JK tidak mungkin tidak memberi posisi kepada Surya Paloh, Cak Imin dan Wiranto. Mereka mengandalkan kejujuran, bukan intimidasi dan uang.
Di pihak lain, Prabowo-Hatta menawarkan jabatan kepada siapa saja yang mau mendukungnya. Tentu saja hal ini sangat menarik bagi pribadi-pribadi yang memang menginginkan jabatan dan kehormatan politik. Tawaran politik ini mampu merubah posisi para "tokoh" tersebut. Misalnya, Amin Rais yang di tahun 1998 mendesak Prabowo bertanggung jawab atas kasus penculikan aktivis, sekarang dia menjadi penggerak utama yang menginginkan Prabowo maju. Sepetinya ini memang karakter Amin Rais, mana yang menguntungkan baginya akan dia ambil.
Masalah menjadi rumit karena elite politik sering tergoda untuk melakukan segala cara untuk mencapai ambisi kekuasaan, termasuk dengan cara-cara keji dan jahat. Menyedihkannya, karena kekejian dan kejahatan politik dilakukan secara bersama-sama oleh banyak elite sehingga kekejian diterima sebagai hal wajar dan kejahatan dianggap biasa dalam politik.
Sekarang ini bukanlah pertarungan antara Jokowi-JK melawan Prabowo-Hatta, tetapi pemilu kali ini ada pertarungan ambisi kekuasaan melawan kejujuran dan kesederhanaan