Pukul 5 pagi saya berangkat dari rumah menuju kantor. Mata belum terbuka penuh ketika kaki ini melangkah, sang mentari pun masih dalam persembunyiannya. Perjalanan selama dua jam saya manfaatkan untuk melanjutkan tidur di dalam mobil yang bising dengan deru mesin.
Rekan-rekan yang sudah menjadi sahabat atau yang sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri telah tumbang satu persatu, terkena PHK dari perusahaan. Air mata nyaris tak terbendung untuk menyaksikan kepergian rekan kerja, mereka adalah orang-orang baik tapi sudah tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan. Saya pun semakin menangis karena kepergian mereka kini pekerjaan saya semakin bertambah, beban yang dipikul semakin berat.
Hingga kini sudah berjalan 2 tahun, mungkin ada beberapa yang bisa saya kisahkan. Pengalaman nyata dan mungkin bisa mengetuk pintu hati kita, terutama bagi yang mempunyai buah hati.
Di kantor saya masih mempunyai beberapa teman baik, walaupun usia mereka jauh berpuluh tahun dari saya. Sebut saja Pak Iman yang berusia 40 tahun lebih, ada juga Pak Aan yang usianya sudah setengah abad. Saya sangat dekat dengan mereka. Dan sekarang saya akan menceritakan tentang hikmah kehidupan yang telah dilalui Pak Aan yang usianya 30 Tahun lebih tua dari saya.
Pak Aan adalah salah satu seorang staf lapangan di perusahaan kami. Beliau adalah penanggung jawab atas keselamatan para pekerja yang ada di lapangan, posisinya lebih dikenal dengan 'Safety Engineer'. Orangnya bijak, tidak sombong, ramah, dan sebagai tempat curhat yang paling menyenakngkan. Jika saya sedang melakukan tinjau lapangan, tak lupa saya mengobrol dengan beliau. Bahkan bisa berjam-jam lamanya!
Sungguh mengejutkan ketika Pak Aan masuk dalam radar PHK, karena sesuatu alasan yang sungguh sepele. Yaitu mencari kangkung! Beliau terpergok mencari kangkung oleh atasan kami di lingkungan proyek. Lokasi proyek kami memang banyak sekali tanaman yang tumbuh dengan liar karena memang masih dalam tahap pembangunan. Kejadian tersebut ramai diperbincangkan di kantor. Menjadi bahan ejekan dan tertawaan bahkan! Hingga muncul wacana yang mengejutkan, beliau akan di-PHK.
Saat saya tinjau ke lapangan, saya pun bertemu dengan Pak Aan. Seperti biasa kami mengobrol seputar pekerjaan dan masalah-masalah pribadi, tukar pikiran. Saya teringat ketika kasus 'kangkung' yang menjerat Pak Aan, benak saya hendak bertanya walau ada perasaan tidak enak, takut meyinggung perasaannya. Hingga akhirnya saya beranikan diri.
"Pak Aan denger-denger benar bapak ketauan mencari kangkung di lokasi proyek?"Saya memberanikan diri untuk bertanya.
"Iyah benar mas Lucky... ahahaha..."Jawab Pak Aan sambil tertawa renyah.
"Itu ramai banget loh Pak, hingga masuk dalam meeting..."Lanjut saya.
"Ah masa sih sampai masuk ke meeting? Waduh bisa jadi serius begini ya?"Heran Pak Aan.
"Nggak tega saya Pak Aan ditertawakan, bahkan Pak Aan masuk agenda PHK... Padahal hanya mencari kangkung!"Saya gemas teringat kejadian itu.
"Ah yang bener mas Lucky? Sampai ingin di-PHK? Saya khan hanya mencari kangkung, dan tidak ada pihak yang dirugikan."
"Benar Pak, nggak habis pikir saya..."
"Kenapa yang jelas ketahuan mencuri besi dan logam yang berharga tidak di-PHK, sedangkan Pak Aan yang mencari bukan mencuri kangkung malah akan di-PHK?"Lanjut saya heran.
"Iyah tuh... Kenapa bisa begitu?"tanya Pak Aan.
"Yah mungkin karena takut... Khan yang mencuri logam dan besi bukan orang sembarangan"jawab Saya. Bukan orang sembarangan disini adalah orang-orang seperti mafia, ditakuti oleh banyak orang.
"Yasudah PHK saja saya... Saya juga sudah capek kerja disini..." Pak Aan sudah pasrah.
"Saya juga sudah mengajukan diri ke atasan agar saya di-PHK Pak... Situasinya mulai kacau disini, saya mau bekerja dalam lingkungan orang-orang yang baik, lebih baik saya pindah kerja saja." Saya mulai membeberkan ketidaknyamanan saya.
"Saya juga mengerti dengan apa yang mas Lucky alami, memang bekerja itu kuncinya harus nyaman dengan lingkungan kerja." Pak Aan mengamini.
"Boleh saya tanya sesuatu Pak? Kenapa Pak Aan mencari kangkung? Buat apa pak?" Saya penasaran.
"Kangkung itu buat anak laki-laki saya yang kecil mas Lucky..."
"Buat anak Pak Aan?"tanya lagi saya keheranan.
"Iyah... Saya bisa saja membeli kangkung itu dipasar, toh gaji saya lebih dari cukup untuk membeli kangkung yang harganya satu ikat hanya seribu. Saya mencari kangkung tersebut agar anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya dan melihat pengorbanan betapa ayahnya menyayanginya..."jelas Pak Aan.
Seraya itu saya hampir menangis mendengar penjelasan dari Pak Aan. Sungguh mengharukan bagi seorang ayah yang rela mempermalukan dirinya mencari kangkung dan ketahuan oleh bosnya, itu semua demi anaknya merasa bangga mempunyai ayah seperti beliau!Subhanalloh...
Walau saya tidak bertanya seraca rinci untuk diapakan kangkung itu, entah dimasak atau sebagai makanan kelinci. Tetapi itu sudah cukup untuk menyiratkan suatu pelajaran hidup bagi saya. Mungkin akan berguna utuk nanti jika saya mempunyai anak...