Jakarta memang Kota Impian dan harapan. Kota dimana cita-cita dan mimpi diraih. Bisa dipastikan, setiap libur lebaran atau Idul Fitri usai, berbondong-bondong warga luar daerah/pulau datang ke Jakarta. Berbagai macam motivasinya, ada yang untuk mencari pekerjaan, ada yang pindah bekerja, ada yang meneruskan kuliah, ada juga karena ikut dengan keluarga.
Pasca mudik lebaran 2012, pendatang baru yang datang ke Jakarta usai mudik Lebaran tahun 2012 mencapai 47.832 orang. Memang turun jumlahnya sebanyak 7,7 persen jika dibanding pendatang baru usai mudik Lebaran 2011.
Menurut Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI, Purba Hutapea, menurunnya pendatang baru ke Jakarta karena Pemprov DKI terus menjalin kemitraan dengan daerah migran, seperti dengan pemerintah daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Bandar Lampung, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jakarta ternyata menjadi kota harapan juga bagi calon gubernur DKI Jakarta, Jokowi. Seperti yang tercermin dalam Debat Jakarta Memilih yang disiarkan Metro TV, hari Minggu, 16 September lalu.
Pak Jokowi yang menjadi Walikota Solo itu, yang bisa dibilang juga sebagai pendatang baru Kota Jakarta, mempunyai motivasi ingin meningkatkan karier di Jakarta. Dari seorang Walikota Solo menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Bagus memang untuk peningkatan karir, tapi apakah itu karier politik atau untuk mengabdikan diri pada masyarakat Jakarta, tak ada yang tahu. Ironis memang, Jokowi yang di pilkada putaran pertama memperoleh suara 43 persen, di debat tersebut mengatakan Gubernur DKI Jakarta adalah peningkatan karier.
Saat ini yang dibutuhkan masyarakat Jakarta adalah pengabdian. Pengabdian untuk melakukan perubahan dan menyelesaikan permasalahan Jakarta. Jangan hal itu dijadikan komoditas politik demi mencapai keinginan yang lebih besar lagi.