Apakah sayur-sayuran yang hijau itu ditanam di tanah negeri kita sendiri? ataukah jagung-jangung untuk pakan ternak-ternak kita berasal dari olah tangan petani negeri kita sendiri? Apakah keuntungan air minum segar yang berasal dari tanah tercinta kita ini larinya ke APBN lalu, sedikitnya bisa kita cicipin berkahnya karunia alam ini?
Dulu. Saya tidak pernah peduli. Yang penting saya makan enak. Saya makan kenyang. Bahkan jujur saya adalah termasuk orang yang seringkali menyisakan nasi atau lauk di sisa piring sehabis makan. Dulu sewaktu kecil, apabila ada sisa nasi di piring saya. Si mbah putri saya akan bilang. "Ayo, dihabiskan maemnya rahma...nanti pak taninya nangis loh?" lalu saya acuh-tak-acuh. Sampai si mbah putri saya itu melanjutkan bujukannya. Sambil menyuapi saya pelan-pelan sampai nasi sisa dipiring itu akhirnya tandas.
"Nasi itu sebelum bisa kita makan asalnya dari padi yang ditanam oleh pak tani"
Padi itu apa? ucap saya kecil.
Dijelaskan kembali, Padi itu yang suka kamu lihat kalau naik kereta ke jawa. Hamparan sawah yang tadinya hijau kemudian berubah menjadi kuning, yang membuat pak tani wajahnya gembira. Bentuk padi itu seperti ilalang di belakang rumah. Menanam padi ngak selalu tumbuh, ada yang gagal panen. Jadi kalau panen mereka sangat gembira sekali, tapi kegembiraannya hilang ketika pak tani nanti mendapat kabar dari mimpinya. Kalau padi yang sudah di tanamnya susah payah kemudian digilih dan menjadi beras lalu dimasak sama ibu. Eh malah mau dibuah rahma? Nanti pak tani akan nangis, karena nanamnya susah. Apa rahma tidak kasihan?
Berkali-kali sepanjang hari ini. Seusai menghadiri acara tehnical meeting untuk Agrinex expo 2014. Pikiran saya terbang ke masa kecil. Benarkan pak tani sesedih itu karena kalaupun nasi saya buang, toh mereka yang menanam padi sudah laku padinya. sudah ditukar jadi uang. Atau pak tani sedih karena makin lama makin sedikit lahan yang bisa ia tanami padi? #Maret24. #2014 #keresahanalampikiran.