Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Semerdekamu, Sen

27 November 2022   01:10 Diperbarui: 27 November 2022   01:15 254 0
Jika disuruh untuk menjawab pertanyaan, hal apa di dunia ini yang paling mendongkolkan nan unfaedah. Jawabannya adalah prank.
Jawaban ini diperoleh dari pengalaman pribadi yang terjadi untuk kesekian kali dan tidak lucu sama sekali.

Bagaimana tidak?
Kemarin pagi, setelah semalaman hidup nomaden dengan sisa kantuk yang dipaksakan untuk hengkang, Aku tergopoh-gopoh pulang ke asrama, guna mandi. Bersiap-siap menuju kampus demi ikut mata kuliah Literasi Media yang diampu oleh Dosen jenaka bernama Bu Atipa.

Seperti perempuan pada umumnya, butuh waktu yang tidak sebentar sampai siap berpenampilan menyenangkan untuk dipandang, dan pede untuk diperlihatkan. Ya, sebagai perempuan yang mencintai diri sendiri, esensi mempercantik rupa tidak serta merta untuk menarik lelaki. Namun semacam naluri keharusan untuk merawat apa yang sudah Tuhan beri.

Aku pernah membaca artikel yang diterbitkan di kompas, Pakar citra tubuh dan terapis, Temimah Zucker, mengatakan rutinitas kecantikan memang bisa meningkatkan kesehatan mental.

 "Saya mendorong klien untuk mendapatkan makna dari make up. Mungkin saja warna lipstik yang bold bisa mewakili seberapa kuat kata-kata dan pikiran. Atau mungkin concealer bukan hanya untuk menutup noda di kulit, tapi menyadari bahwa sebagian orang tidak bisa melihat diri kita apa adanya," kata Zucker.

Ia mengatakan, aspek kreatif dari make up juga bisa menjadi mood-booster yang efektif.

"Dengan membuat penampilan yang berbeda, mengombinasikan, atau mencampur warna, kita bisa mempraktekkan kreativitas dan seni, dua hal yang dibutuhkan untuk menghadapi gangguan mental," katanya.

Dari sini indikasinya jelas, demi stabilitas mood selama duduk di bangku perkuliahan Aku perlu mandi sampai bersih dan wangi, memakai deodorant rasa stowbery, handbody aroma melati, skin care muka yang membuat ekspresi nampak berseri, serta memilih out fit yang serasi.

Kurang lebih delapan puluh dua menit cukup untuk melakukan rutinitas tersebut. Pukul 08.30 kelas dimulai. Sementara sekarang masih pulul 06.47 masih ada sepersekian menit untuk menuju kampus guna mengikuti kelas.

Demi melihat di ruangan mana kelas dilaksanakan, Aku membuka percakapan grup whatssapp.

Terlihat nomor Bu Atipa Dosen jenakaku mengetik

''Materi sudah saya upload di GCR, Silahkan subscribe sebagai tanda kehadiran,'' tulisnya.

Untuk memastikan makna ketikan Bu Atipa, aku menghubungi Lugy, teman kelasku, menanyakan keberlangsungan kelas.

''Gy, berangkat LitMed?''

Tidak butuh lama, pesanku terjawab.

''Ndak masuk Na, cuma ada tugas dan absen secara online.''

Aku menghela nafas lega. Meskipun sebetulnya tidak benar-benar lega, cenderung kesal dan kecewa, sebab Aku sudah secantik ini sangat sayang jika tidur lagi, apalagi semester limaku benar-benar sedang kacau-kacaunya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun