Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Cara Ibu Memahami Demokrasi

19 Maret 2014   17:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 57 0

Seperti seorang ibu yang mengikuti setiap gerak-gerik anaknya sejak lahir hingga dewasa. Maka sangat mudah menghapal ritual demokrasi yang berlangsung di negeri ini. Sudah terbaca di titik mana ia jatuh, di titik mana ia dipuja-puja, di titik mana pula ia akan dihujat teman-temannya. Alih-alih membaktikan diri lebih dahulu untuk kepentingan rakyat, para “tokoh” demokrasi ini justru lebih suka menghabiskan uangnya dengan “menjual” dirinya lewat baliho, brosur, pamflet, serta media cetak/elektronik. Dengan total pencitraan berupa foto diri hasil polesan photoshop, plus embel-embel gelar, atau shadowing seorang tokoh Nasional yang terkenal, para “tokoh” demokrasi ini begitu berhasrat untuk disukai Rakyat. Mendadak ada banyak sekali entitas yang peduli rakyat, menyanyikan lagu lama yang itu-itu saja, sungguh membosankan! Mereka ingin partainya (atau dirinya sendiri) mendapat hasil coblosan dengan persentase yang besar agar urutan namanya dalam daftar calon wakil rakyat lolos tersaring dalam ajang popularitas ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun