Ada yang aneh atau memang sudah jamannya edan. Belakang bang mas pengacara kok selain hobi mencari sensasi juga hobi membelot dari kebenaran. Cari sensasi ya itu seperti nikah siri dan pacaran ma artis. Misalnya si FA yang suami artis ND itu, trus pernah ketahuan selingkuh lalu si bang HPH sm artis MB, dan terakhir yang sedang aktual ya si bang RS itu. Ada juga pengacara OK yang didaulat menjadi pengacara Nazaruddin; Katanya doktor di bidang hukum, diakui internasional, eh eh eh kok malah sepertinya tertawa-tawa di atas krisis hukum di Indonesia. Kok mau dan bangga ya jadi pengacara buronan?
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar kita sering sekali mengidolakan pengacara. Perempuan misalnya, kalau sedang curhat, sering pengennya dibela-bela, dan mencari pembenaran, lewat teman curhatnya. Secara tidak sadar, kita sering mencari 'pengacara' dalam kasus-kasus kita, dan lebih sering lagi, kita menggunakan 'pengacara' ini untuk menutup borok, mendukung dan membantu menyerang musuh-musuh kita. Apakah ada 'pengacara', atau teman baik yang mau mengkritik kita, dan kemudian menyarankan kita untuk mengakui kesalahan? Mungkin tidak banyak, tapi teman seperti ini sangat penting untuk dipelihara, karena 'pengacara' atau teman model inilah yang sebenarnya kita butuhkan, supaya kita bisa berubah dan menjadi better person.
Dalam buku Cacing dan Kotoran Kesayangannya, biksu Brahmn menyarankan untuk selalu menyediakan pengacara bagi orang yang sedang berhadapan atau bermusuhan dengan kita. Jadi jangan hanya selalu menyediakan pengacara atau pembela untuk diri sendiri, tapi sediakanlah untuk orang lain, biarkanlah orang ini memberikan pembelaan terhadap lawan kita, sehingga kita selalu memiliki perspektif yang berbeda tentang sesuatu. Pandangan yang luar biasa kan?
Soal pengacara-pengacara yang berseliweran dalam layar kaca ini, mereka lah cerminan masyarakat kita sekarang. Kalau misalnya selama ini kita suka nyinyir dengan tingkah laku mereka, mulut besar mereka, mungkin kita bisa coba berefleksi sedikit? Apakah dalam kehidupan sehari-hari kita bisa lebih baik dari mereka? Apakah kita selalu ingin dibela meskipun salah? Apakah kita suka playing victim dan selalu mencari pembelaan? Atau kita orang yang mau dikritik dan mengharap ada orang yang ketika semua orang membenarkan kita, ada seseorang yang mau menunjuk kesahan kita dan menatap kita, dan berkata, " Ya, teman, kamu memang bersalah. Mengakulah dan meminta maaflah."
Salam saya,
Si PENGangguran banyak ACARA