Walaupun dalam soal keyakinan saya dengan istri dan juga keluarganya berbeda, saya anggap hal ini sebagai "resiko" sebuah pernikahan beda agama. Sekedar membantu dan menghormati hari besar agama mereka saja. Tidak beda ketika saya merayakan Lebaran, istri pun turut meramaikannya. Apalagi bila sewaktu mudik ke Jogja, istri ikut masak dan mempersiapkan segala kebutuhan bersama keluarga saya bareng-bareng. Pada acara bulanan semacam arisan keluarga yang biasanya disertai dengan pembacaan tahlil dan yasin, istripun turut duduk menyimak.
KEMBALI KE ARTIKEL