Matius mencatat, ini adalah salah satu di antara sekian perumpamaan yang diceritakan Yesus kepada murid-muridNya. Perumpamaan tentang talenta ditempatkan di antara perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, dan penghakiman terakhir (judul mengikuti LAI).
Perumpamaan tentang talenta ini menceritakan tentang seorang tuan dan ketiga hambanya.
Sang tuan memberi modal kepada 3 pelayannya itu, masing-masing 5, 2, dan 1 talenta. Bukan sesuatu yang kecil. Yuk, hitung-hitungan...
1 talenta = 34kg atau = 6000 dinar. 1 dinar = upah 1 hari kerja (di zaman itu). 1 talenta = upah 6000 hari kerja. 6000 hari = 16.4 tahun.
Gak kecil, kan? Sang tuan mempercayakan jumlah yang tak kecil untuk orang-orang kepercayaannya.
Alhasil, 2 orang berhasil melipatgandakan modal yang diberi. Yakni yang menerima 5 dan 2 talenta. Yang satu, orang yang ketiga, melakukan hal yang berbeda. Ini yang menarik.
Matius mencatat apa yang dilakukan orang ini.
Dia datang, kembalikan uang Sang tuan. Tak kurang tak lebih. 1 talenta. Tapi tak asal serahkan, dengan berani ia sampaikan alasannya. Katanya begini, "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! (24-25).
Wah...wah...wah... bayangkan ada orang dikasih modal sebegitu besarnya lalu berani ngata-ngatain sang pemilik modal seperti itu.
Apa respon Sang tuan?
1.Ia menyebut orang itu "jahat dan malas". Beda dengan yang dikatakannya kepada dua orang sebelumnya: baik dan setia. Jahat adalah lawannya baik. Malas lawannya rajin. Tapi di sini malas dikontraskan dengan setia. Mengapa ia gak dibilang tak setia? Lha karena memang dia tetap setia pada sang tuan. Ia gak bawa lari talenta tuannya. Ia mengembalikan dalam jumlah yang sama. Tapi ia disebut malas. Trus, mengapa ia dibilang jahat? Jahat (Yun.: ponere) di sini terkait tindakan itu sendiri dan dampaknya bagi orang lain. Berhubungan dengan tindakan tapi juga pikiran. Tindakan orang ini menguburkan talenta itu dan pikirannya terhadap sang tuan adalah jahat (evil). Nguburin talenta kenapa jahat? Mungkin kita bisa mencoba memahami konteks sosialnya. Banyak orang miskin di masa itu (sampe sekarang juga). Memberi pinjaman terhadap orang miskin sangat dianjurkan (baca Ulangan 15:7-8). Lho koq pake bunga? Koq tuannya kayak rentenir? Wah, jadi bisa paham kalau orang itu tak setuju dengan tuannya. Baginya meminjamkan uang dengan bunga itu salah. Tuannya jahat!
2.Sang tuan tak menampik penilaian orang itu terhadap dirinya. Ia bahkan terkesan membenarkan. Tapi ia mengubah perspektif. Kalau orang itu bilang: "karena aku takut maka tak kuapa-apakan", sang tuan bilang, "sudah tahu aku kayak begitu mestinya kan kamu kerja." Kukira sang tuan sedang memperlihatkan bahwa penilaian kita atas satu hal bisa berbeda. Bagi orang itu, meminjamkan dengan riba adalah salah. Bagi sang tuan, itu tindakan menolong orang miskin. Jadi ingat, Yesua sering memberi tafsiran yang berbeda terhadap kitab suci. Ia menyembuhkan orang di hari sabat padahal dilarang bekerja di hari sabat. BagiNya menolong manusia itu jauh lebih penting daripada taat semu pada aturan. Pakailah itu untuk memahami perihal meminjamkan ini.
Ay. 28 memberi sedikit petunjuk. 1 talenta yang dikembalikan itu diserahkan kepada yang memiliki 10 talenta. Orang pertama yang berhasil melipatgandakan 5 talenta yang diterimanya. Berarti, modal dan semua hasil yang didapat diberikan kepada orang itu. Bukan dikembalikan kepada Sang tuan (pemilik talenta). Yang dilakukan orang-orang itu hanya melapor hasil kerjanya. Mirip dana hibah kali ya?