Warna ke empat roda jeep yang kami tumpangi, berubah warna. Tak lagi hitam mulus tetapi kini berwarna coklat karena terbungkus oleh coklatnya tanah liat yang melekat di semua roda. Melihat kondisi itu, timbul kesan bahwa kami sedang “off-road”. Kesan itu memang tak bisa dimungkiri. Jalan menuju objek wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Kencono di desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, belum diaspal. Hanya jalan bebatuan bercampur tanah liat.
Hari Rabu (1/1/2014) siang itu, banyak orang berwisata di tempat itu. Mungkin bertepatan dengan hari libur nasional awal tahun baru sehingga banyak yang memanfaatkan untuk berwisata. Memang seandainya jalan sudah beraspal, angka kunjungan wisatawan akan meningkat dan yang ikut diuntungkan adalah pemerintah, pengelola dan masyarakat setempat.
Tulisan “Outbound, Camping, Rekreasi, Outing dan Sejarah” terpapang di jalan menuju Gua Rancang Kencana. Tanpa dijelaskan setiap pengunjung sudah bisa menduga bahwa pengelola menawarkan paket wisata. Maka, nggak heran di papan itu tercantum no hp yang bisa dihubungi.
Fasilitas lain yang disediakan di sekitar Gua adalah toilet dan warung sederhana. Fasilitas lain adalah tempat parkir.
Berdiri di depan Goa Rancang Kencana itu, saya langsung mendapat kesan tentang keunikan dan kekhasan gua ini. Untuk masuk Gua, saya harus terlebih dahulu turun tangga. Di ujung tangga ada pelataran yang ditumbuhi sebuah pohon besar, yang disebut pohon Tumplit, menjulang tinggi di antara lubang Gua. Diperkirakan pohon ini berusia lebih 200 tahun dan menambah kesan mistis Gua.
Melihat struktur bebatuan Gua Rancang Kencana ini saya bisa menduga bahwa gua ini terbentuk dari Stalaktit, atau Stalasso (yang menetes) berjenis speleothem yang menggantung dari langit-langit gua kapur dan termasuk jenis batu tetes. Bentukan pengendapan kalsium karbonat akibat larutan air bermineral menghasilkan air yang mengandung karbon dioksida. Campuran kalsium karbonat dan karbon dioksida membentuk larutan kalsium bikarbonat yang mengalir melalui bebatu kapur.
Semakin masuk kedalam Gua, kelembaban udara terasa di badan selain pengapnya ruang gua yang gelap tanpa ventilasi. Untuk masuk semakin ke dalam, mengandalkan senter atau hape yang bisa untuk senter sebagai sumber pencahayaan di ruang gelap itu.
Kontur gua yang berlekuk-lekuk pada dinding dan atapnya menimbulkan suasana sedikit seram dan mistis. Ketika saya masuk lebih ke dalam aroma bunga, dupa dan menyan menyerbak di antara pengapnya gua tercium di hidung saya. Tak heran kalau “bau” itu makin menciutkan hati pada pikiran angker dan lari ke dunia lain. Hi hi hi…
Masuk gua lebih dalam tak begitu gampang. Lubang kecil itu harus saya masuki dengan cara merangkak dengan bertumpu pada kedua telapak tangan. Bagi yang badannya kecil kurus untuk masuk ke gua yang diawali dengan lubang ukuran kecil, tak akan kesulitan.
Meski bau mistis, saya tidak takut. Soalnya ada seorang anak muda menjadi guide dan menjelaskan sejarah dari Gua Rancang Kencana ini. He he he kalau sendiri kalee takut....
Alkisah, pada tahun 1720 Gua Rancang Kencana (baca: Kencono) menjadi tempat peristirahatan laskar Mataram dari Jawa Timur. Menilik tahunnya, saya bisa membayangkan gua ini adalah gua purba dan masih terpelihara dengan baik. Dikisahkan, selain menjadi tempat istirahat sekaligus menjadi tempat persembunyian karena saat itu terjadi pergolakan dengan penjajah Belanda. Ada tiga Kiai yang menjadi panutan laskar Mataram. Yaitu, Kiai Soreng Pati, Kiai Putut Linggo Bowo dan Kiai Kromo Wongso yang menetap di Bleberan.
Gua Rancang Kencana digunakan untuk berdiskusi menyusun strategi bagaimana cara mengalahkan Belanda dari bumi nusantara ini. Konon, Pangeran Diponegoro pernah singgah di gua ini. Tak hanya dipakai untuk berdiskusi saja, melainkan gua ini khususnya yang di dalam dengan ukuran 3x3m digunakan untuk bersemedi. Bahkan disebutkan pula lorong ini bisa tembus ke Gunung Merapi.
Gua Rancang Kencana ini juga meninggalkan jejak-jejak historis berupa petilasan arca Kiai Kopek dan Kiai Sorengpati yang patungnya dibawa Bupati Gunung Kidul yang pertama. Menurut tuturan guide muda, Gua ini juga digunakan oleh Wali Songo untuk bahas penyebaran Islam saat itu. Itulah sebabnya gua ini dinamakan gua Rancang Kencana, merancang pertempuran.
Kunjungan ke Gua Rancang Kencana ini tak membutuhkan waktu lama, karena mudah dijangkau dan harus bergantian dengan wisatawan lainnya.