Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Nikmatnya Secangkir Kopi Saat Berwisata

26 November 2012   03:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:40 788 3

Setiap kali minum secangkir kopi, saya selalu teringat akan perjalanan wisata saya selama ini. Dalam setiap kunjungan ke objek wisata di mana pun, minum secangkir kopi tak pernah saya lewatkan. Nggak masalah, apakah saat itu ditraktir oleh teman saya, atau dapat suguhan secangkir kopi oleh tuan rumah.

Bagi saya, minum kopi sama dengan berwisata. Saya senang membaca berbagai cerita kompasinaer tentang nikmatnya Kopi Toraja, Kopi Flores, Kopi Aceh, Kopi Lampung, Kopi Kalimantan dan lain sebagainya. Saya membatin, “memang kok, kopi daerah di Indonesia, punya cita rasa unik dan khas”. Saya bayangkan saat saat berada di daerah-daerah di Kalimantan. Bali, Lombok, Sumatera dan kini di Sulut.

Kopi dan wisata itu ibarat dua sekawan. Kopi hitam sudah menjadi branding-nya tempat wisata dan bagi wisatawan.Ketika saya dipersilahkan untuk minum secangkir kopi, saya punya ritual sendiri sebelum saya minum. Saya angkat secangkir kopi hangat itu, lalu bibir cangkir kopi itu, saya dekatkan ke hidung. Saya hirup aroma bau kopi itu sejenak. Minimal tiga kali saya cium aroma kopi itu dengan penuh perasaan sejalan dengan tarikan napas saya.

Saya coba mensinergikan aroma kopi itu dengan “aura” dan energi badan saya saat itu. Dalam benak, saya menyakini bahwa “aura” badan setiap orang itu berubah-rubah tergantung emosi atau keadaan psikologisnya saat itu. Itulah nikmat pertama dari serangkaian minum secangkir kopi. Emangnya ada manfaatnya menghirup aroma kopi sebelum minum? Eh, jangan-jangan berbahaya untuk kesehatan?

Dengan cara begitu, memudahkan saya untuk mengetahui seberapa takaran kopi dan air yang pas, atau apakah menggunakan air yang mendidih atau tidak. Selain itu, apakah bubuk kopi itu murni dari biji kopi atau dalam proses penggilingannya dicampur dengan biji jagung yang disangan. Info yang saya terima kadang ada yang nakal mencampurkan bubuk kopi dengan bubuk jagung bakar, agar tambah berat timbangannya.

Itu, saya lakukan untuk “kopi hitam” produksi daerah setempat. Sedangkan untuk kopi hasil pabrikan yang dijual instan atau “coffeemix” jarang saya lakukam ritual sebelum diminum. Alasannya, aroma kopi itu sudah tidak orisinil lagi karena tercampur dengan bahan pengawet, gula, atau terkontaminasi dengan pembungkusnya.

Kebiasaan itu membawa saya lebih bersikap, suka minum kopi hitam khas daerah setempat di mana saya berwisata. Ketika di Pontianak dan kemudian melakukan perjalanan turne (jalan-jalan) ke pedalaman di wilayah Ketapang, Sanggau, Sintang, Senaning, Tanjung Selor, Palangka Raya, Martapura, Bontang, “kopi hitam” jadi minuman harian saya sepanjang perjalanan. Capek di jalan, rasanya hilang seketika setelah menikmati scangkir kopi asli daerah itu.

Minum secangkir kopi di tanah rantau itu seperti mengiyakan pesan orang tua yang mengatakan, “di mana bumi diinjak, di situ langit dijunjung”.Minum kopi itu menjunjung budaya daerah karena kadar interaksi sosialnya antara pedatang dan penduduk setempat, punya nilai etika moral dan kultural yang baik. Sepertinya tak ada perbedaan suku, agama dan ras, ketika sama-sama minum kopi. Bisakah (minum) kopi itu dijadikan ikon pemersatu bangsa? Setelah makan utama (main course) selesai disantap. kemudian diteruskan dengan minum kopi sambil ngobrol.

Budaya minum kopi jugasaya alami di Tanah Toar Lumimuut, Sulawesi. Hampir sepanjang perjalanan wisata anda terdapat rumah kopi. Ada baiknya, anda rehat sejenak minum kopi di warung bertuliskan rumah kopi (coffee house) di jalur rute wisata yang anda kunjungi. Atau ketika ada waktu istirahat di salah satu lokasi wisata, sempatkan diri untuk minum kopi hitam di situ. Wow sadap butul depe nikmatnya...

Di Tomohon, hampir semua rumah makan “Minahasa food” menyediakan kopi hitam selain tempat-tempat untuk “hang-out”anak muda. Objek-objek wisata terkenal seperti Bukit Doa Mahawu, Danau Linow, Danau Tondano, Bukit Kasih, menyediakan pisang goreng, ubi goreng, milu bakar yang dicocol dengan sambel rowa, tersedia juga kopi hitam. Per cangkir/gelas kopi hitam rata-rata dijual Rp. 5.000,- hingga Rp. 10.000,-

Dalam perjalanan wsiata ke Minahasa, singgahlah ke rumah kopi yang terkenal di Kawangkoan. Kawangkoan berada di jalur wisata dari Danau Linow Lahendong Tomohon ke Bukit Kasih Kanonang Minahasa. Kawangkoan dikenal juga sebagai kota kacang karena penghasil kacang merah dan kacang putih terkenal di Sulut. Rasa kacangnya yang digoreng sangan, gurih dan renyah dan satu biji kacang bisa terisi enam butir kacang.

Rumah kopi Gembira dan Sarina menjadi tempat favorit bagi wisatawan. Singgah di rumah kopi itu, sambilberwisata kuliner, anda bisa melahap “biapong” (Bakpao) dan minum kopi hitam atau kopi susu sebagai pelengkap. Rumah kopi itu sudah dikenal masyarakat sebagai tempat istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Manado dari Minahasa Tenggara.

Setiap kali mengantar tamu atau rombongan tour, rumah kopi saya rekomendasikan untuk disambangi. Minum kopi dan makan biapong menjadi suguhan utama apabila singgah di rumah kopi itu.

“Cara membuat minuman kopi di sini merupakan warisan nenek moyang. Kami memasak kopi di teko khusus warisan nenek moyang, tidak dengan gas, atau minyak tanah tapi menggunakan kayu bakar. Itulah mengapa cita rasa kopi di sini, kami utamakan” kata pemilik rumah kopi Gembira.

Konon, kopi Minahasa terkenal sejak jalan kolonial Belanda (1705) ketika penduduk dipaksa menanam pohon kopi di tanah pegunungan yang berhawa sejuk seperti di Mahawu, Masarang, Wawo dan lainnya. Tradisi minum kopi pun berlangsung terus hingga jaman Porturgis masuk ke Minahasa. Sekarang pun minum kopi sudah menjadi minuman harian untuk melepas kepenatan seharian bekerja. Hampir semua warung makan di Minahasa, Tomohon menyediakan kopi hitam itu.

“Sayang perkebunan kopi yang ditanam sejak jaman Belanda, tinggal sisa-sisanya. Masyarakat lebih suka menanam pohon cengkih daripada menanam pohon kopi. Harga jual cengkih di Minahasa (Rp. membuat warga cepat kaya raya” kata pemilik Rumah Kopi itu, dan kemudian bercerita tentang kopi Kotamobagu yang dipakai di rumah kopinya.

Minum secangkir kopi di lokasi objek wisata tak hanya nikmat namun juga menyegarkan kenangan wisata anda di Manado dan sekitarnya. Karena itu, jangan lupa pesanlah secangkir kopi hangat di lokasi wisata yang anda kunjungi. Jangan lupa kalau udah sampai di Danau Linow, pesanlah secangkir kopi hitam. Duduklah di teras Coffee Café di situ sambil menikmati indahnya air danau berwarna serta belibis liar yang sedang terbang atau mencari makan di pinggir danau.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun