Siapa yang tidak cemas kalau melihat anak remaja dan masih berstatus siswa SMP dan SMA mempelajari ilmu kebal? Apa yang sebenarnya mereka cari dengan ilmu kebal itu?
Kamis (13/9), terjadi pembongkaran lokasi yang ditengarai sebagai tempat “mandi kabal” (isitilah populer masyarakat setempat) di Perkebunan Kameya dan Pinawelaan Kakaskasen Tomohon. Lokasi itu dikenal sebagai lokasi Galian C. Pembongkaran itu dilakukan oleh aparat keamanan Kapolsek Tomohon Utara, kerjasama dengan tokoh agama, masyarakat setempat dan pihak Koramil.
Mandi kabal adalah upacara ritual sesat sebagai syarat untuk mendapatkan kekebalan tubuh. Dengan cara itu, badan tak akan mempan tergores oleh senjata tajam.
“Upacara itu sebenarnya untuk orang dewasa dan secara adat memang mentradisi. Atraksi kekebalan itu sering dikaitkan dengan tarian perang Kabasaran untuk menunjukkan semangat keberanian dan kepahlawanan demi membela kebenaran dan kedaulatan” demikian tutur teman saya yang sekaligus pemerhati budaya.
Peristiwa “mandi kabal” itu menghebohkan masyarakat Tomohon. Tak hanya itu menjadi perguncingan hangat masyarakat hingga meresahkan orang tua, mengapa anak remajanya menjadi korban pengikut aliran sesat. Begitu hebohnya sehingga tokoh-tokoh agama pun dilibatkan untuk ikut menjadi saksi pembongkaran lokasi mandi kabal. “Para pemuda yang mempelajasri aliran sesat itu sudah menunjukkan perilaku aneh, seperti malas beribadah dan tidak mau bergaul dengan teman sebayanya lagi” ungkap salah satu tokoh agama.
Fenomena siswa sekolah belajar ilmu kebal ini tercium oleh aparat kepolisian terkait dengan kejadian penusukan salah satu personil Koramil di lorong Matani oleh seorang pemuda yang dalam proses pidananya mengaku kebal akan senjata tajam. Dari kicauan pemuda berinisial G ini, terbongkarlah pratek aliran sesat yang salah satu ritualnya adalah mandi kabal.
Upaya pencegahan agar tidak menjadi virus menular di kalangan remaja, pihak kepolisian melalui Kapolres Tomohon AKBP Marlien Tawas SH MH segera menyurati para tokoh agama dan pemkot perihal mandi kabal yang korbannya anak-anak usia sekolah.