Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Beasiswa, Investasi Masa Depan Bangsa

13 September 2012   07:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:32 226 0

Wajah Aura tampak biasa-biasa saja meski teman-teman seangkatannya bersorak kegirangan setelah kepala Sekolah mengumumkan bahwa semua siswa lulus Ujian Nasional 2012. “Terima kasih buat para siswa yang telah menjaga tradisi lulus 100%, sejak pertama hingga angkatan ke 9 ini” ujar Bp. Ferry, Kepala Sekolah dalam acara pengumuman kelulusan beberapa bulan yang lalu.

Aura gadis pendiam dan berkacamata minus itu merespon kelulusan dengan biasa-biasa saja. Sementara itu euforia kelulusan itu ditandai dengan saling bersalaman satu sama lain. Tapi, ada rasa sedikit sungkan ketika temannya satu persatu mengajak jabat tangan. Dalam suasana suka itu, ketara sekali sikap Aura yang pendiam dan entah apa yang sedang ia pikirkan. Tak banyak bicara namun kekhasan perilakunya sudah dipahami oleh teman-teman se-angkatan yang selama tiga tahun hidup bersama baik di asrama maupun di sekolah “boarding school” itu.

“Aura mau lanjut kuliah di mana?” tiba-tiba salah seorang guru yang mengawal pengumuman bertanya padanya. Aura hanya tersenyum kecil. Pak Guru itu wajar bertanya kepada Aura karena dia termasuk orang pandai dan pernah menjadi wakil sekolah dan propinsi untuk maju ke Olimpiade Sain, meski belum berhasil membawa medali.

“Saya tidak tahu sehabis lulus ini apakah bisa menlanjutkan sekolah” batin Aura sembari mengingat kondisi ekonomi orang tuanya yang mengandalkan diri sebagai tukang ojek harian di kampung. Aura bisa sekolah berasrama yang terkenal di kotanya, merupakan perjuangan dan keberuntungan yang tak akan terlupakan selama hidupnya.

Berkat ketekunannya belajar, Aura tidak pernah turun rangking dari lima besar di kelasnya. Bahkan eberapa kali juara kelas pernah diraihnya sejak SMP.Ia yakin selama ini, bahwa ketekunan belajar pasti menghasilkan sesuatu berkat di masa depannya. Bidang Matematika yang mengantarnya menjadi wakil propinsi ke ajang OSN beberapa tahun lalu.

Cerita tentang prestasinya di bidang pelajaran itu terdengar oleh tetangganya yang kebetulan bekerja di Yayasan Pendidikan. Disarankan agar Aura mendaftar ke sekolah berasrama yang selain terkenal mutunya juga tersohor biaya sekolah dan asramanya yang mahal. Per siswa per bulannya dikenai 4,5 juta rupiah dan sudah “all-in”.

Untuk membayar uang pendidikan itu tentu Aura tidak sanggup karena penghasilan orang tuanya sebagai tukang ojek tak mencukupi. Namun keraguan Aura tak berlangsung lama. Yayasan Pendidikan tempat tetangganya bekerja ternyata bersedia menerima Aura karena tertarik dengan nilai-nilai rapor aura yang bagus. Kondisi ekonomi orang tuanya yang sederhana menjadi alasan utama Yayasan memberikan bea siswa penuh kepada Aura.

Dengan senang hati Aura bersekolah asrama dan menunjukkan hasil yang memuaskan kepada banyak pihak atas ketekunannya dalam belajar dan juga aktivitasnya ikut klub sains dan OSIS. Berbeda dengan teman lainnya yang juga menerima beasiswa, kadang ada yang tidak berpretasi bahkan menjadi biang kenakalan atau provokator di sekolah atau asrama.

Bagi Yayasan penyelenggara sekolah berasrama itu, beasiswa sudah menjadi komitmen sejak sekolah berdiri. Dari jumlah siswa yang diterima per tahun (120 siswa), tiga puluh persennya adalah beasiswa sebagai wujud kepedulian yayasan terhadap masyarakat di sekitar yang memiliki anak berpretasi namun tak bisa menyekolahkan karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Aura adalah salah satu contoh siswa penerima beasiswa dari yayasan pendidikan.

Penerima beasiswa juga termasuk anak-anak karyawan yang hanya diwajibkan membayar tak kurang dari satu juta rupiah per bulannya. Begitu juga syaratnya penerima bea siswa tidak dibatasi pada prestasi akademik-nya dengan melampirkan bukti serfitikat/penghargaan yang pernah diterima. Murid yang berpretasi dalam olah raga pun (basket) bisa mendapatkan bea siswa.

Bagi Yayasan, program beasiswa itu wujud partisipasinya dalam pendidikan nasional dengan misi utamanya yaitu “terselenggaranya layanan prima pendidikan Nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif” (visi Kemendikbud, 2010-2014). Secara internal, visi itu diterjemahkan menjadi “memperkasa generasi muda, anak-anak dan cucu-cucu Indonesia Timur, secara khusus Sulawesi Utara” (dikutip dari Leaflet SMA Lokon).

Kini Aura sudah lulus dari SMA. Saya tahu Aura sudah terima melalui jalur berpretasi di salah satu Universitas di Yogyakarta jurusan Mathematika. Karena itu, Juli yang lalu saya ditugaskan oleh Yayasan untuk mengantar Aura yang didampingi ayahnya untuk mencari kos dan mengenalkan lingkungan kampusnya. “Saya baru pertama kali menginjakkan kaki di pulau Jawa”, kata Ayahnya Aura dengan logat Minahasa. Tugas itu berjalan lancar karena kebetulan saya adalah alumni dari Universitas tersebut yang dulu saat saya lulus masih disebut IKIP.

Aura beruntung untuk ke dua kalinya berkat prestasi belajarnya. Ia tak hanya mengenyam beasiswa di SMA tetapi juga di Universitas hingga lulus. Bahkan saya dengar, jika prestasi akademik Aura sepanjang tahun IP-nya baik hingga diwisuda, Yayasan tak akan keberatan untuk menyekolahkan hingga jenjang S2 atau S3. Terkait dengan beasiswa di jenjang pergururan tinggi ini, telah tersepakati dalam bentuk MOU antara Aura dan Yayasan. Ini memicu dirinya untuk terus lebih tekun dalam kuliah.

Mengapa Yayasan begitu bersemangat memberikan beasiswa? Jawabannya ada dua. Itu wujud dari CSR-nya yayasan dan bukti dari apa yang disampaikan oleh Kadis Diknas Propinsi bahwa “pendidikan adalah investasi masa depan bangsa”.

Selamat belajar Aura! Be successful in your life.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun