Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Nikmatnya Pedestrian Malam Di Simpang Lima

10 Juli 2012   13:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 1513 11

Solusi ketiga masalah utama ini kini tergantung dari pemimpin yang dipilih. Salah pilih pemimpin bisa jadi menambah masalah baru. Meski demikian, ada beberapa kota sudah mulai mempercantik diri dengan memberikan ruang publik yang nyaman dan aman bagi warganya.

Hari Minggu malam (8/7) yang lalu, saya menyempatkan diri jalan-jalan ke Lapangan Simpang Lima, Semarang. Spontan saja, setelah jalan-jalan itu, saya mengatakan bahwa kini Kawasan Simpang Lima semakin memanjakan pejalan kaki dan warga yang ingin mendapatkan haknya untuk berkreasi dan bermain di malam hari. Tak hanya orang sehat saja yang bisa menikmati, fasilitas ruang publik itu pun didesain untuk warga difabel (cacat) agar bisa merasakan suasana malam di tengah kota.

Sekurang-kurangnya itulah kesan awal saya sesaat jalan-jalan malam pada hari Minggu bersama keponakan di ikon Kota Semarang itu. Saya tertarik mengungkapkan kesan ini, karena Semarang adalah kota kelahiran saya. Tak hanya itu, saya dibesarkan di kota ini hingga beranjak dewasa.

Salah satu tempat favorit saya jalan pagi atau lari pagi adalah Simpang Lima. Dulu, dari perbukitan Candi, saya bersama teman-teman sering lari pagi pada Hari Minggu menuju ke Simpang Lima. Sesampai di Simpang Lima, atau tepatnya di lapangan Pancasila, sudah banyak warga kota yang memanfaatkan lapangan itu untuk berolahraga pagi.

Kerumunan orang berolahraga pagi, tak urung mengundang datangnya para penjual makanan dan minuman. Kadang kami sengaja berlama-lama di Simpang Lima hanya untuk menunggu datangnya penjual bubur ayam. Suasana olah raga lama-lama berubah menjadi pasar pagi dengan aneka macam dagangan kelontong atau apa saja. Banyak pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima juga berdampak kemacetan, bertimbunnya sampah, dan ketidaknyamanan untuk penggiat olah raga pagi. Lapangan Simpang Lima tak kelihatan hijau lagi karena sering terlihat berceceran di sana sini sampah-sampah yang berhamburan.

Suasana ini ternyata sudah berlangsung sejak Sabtu sore. Kawasan Simpang Lima dalam sekejap jika malam tiba, menjadi pasar malam tiban. Banyak orang mengais rejeki di kawasan ini tak hanya para pedagang kaki lima, juga jasa-jasa lainnya seperti tukang pijet, asongan, permainan berbayar yang digelar di atas tanah dll.

Tapi tunggu dulu ya. Kini kawasan Simpang Lima berubah total. Sangat beda dengan gambaran yang saya ceritakan tadi. Pemkot Semarang menetapkan Simpang Lima sebagai ruang publik bagi warga agar haknya untuk mendapatkan tempat rekreasi dan bermain terpenuhi dengan nyaman dan aman. Karena itu dibuat pedestrian berlantai keramik indah yang lebarnya hingga 8 meter mengelilingi lapangan Pancasila itu.

Konsep ruang publik yang terkait dengan hutan kota sebagai paru-paru kota pun diterapkan dalam penataan kawasan Simpang Lima ini. Jika anda berada di lapangan Pancasila itu, anda bisa berjalan kaki dengan leluasanya keliling lapangan itu, atau memilih jalan setapak yang lantainya dikombinasi dengan batu-batu alam yang bermanfaat untuk pijat refleksi saat anda berjalan tanpa alas kaki di atas batu yang ditata rapih.

Tersedia juga lapangan basket, plaza bermain, toilet umum. Di sela-sela itu tumbuh pohon-pohon rindang yang mengurangi hawa panas kota pelabuhan ini baik siang atau malam.“Di sini juga ada Wifi-nya juga lho, Om” kata salah satu keponakan yang membawa hape ber-wifi.

Melihat kelengkapan fasilitas itu, terutama jika malam sudah tiba, banyak warga memanfaatkan lapangan itu untuk bersantai ria, duduk-duduk sambil memanjakan anak-anaknya untuk bermain sepatu roda mengelilingi lapangan atau ruang plaza yang ada.

Uniknya, lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang ini dikeliling oleh pusat perbelanjaan Mall dan hiburan termasuk hotel. Serasa di dunia lain tatkala duduk-duduk di lapangan Simpang Lima sambil melihat keramaian pusat-pusat bisnis itu yang mengelilingi laangan itu. “Di sebelah sana banyak orang berkompetisi dalam dunia bisnis perbelanjaan. Sedangkan di sini orang santai, bermain dan mencari tempat untuk refreshing. Dua dunia yang berbeda dalam satu area” kata keponakan saya.

Hak warga untuk mendapatkan tempat rekreasi dan arena bermain setidaknya kini makin diperhatikan oleh Pemkot Semarang. Pedestrian yang lebar dan lega telah dibangun di sepanjang jalan Pahlawan menuju ke Simpang Lima dan Jalan Pemuda mulai dari Tugu Muda, Tempat-tempat ini menjadi lokasi favorit berolahraga pagi bersamaan dengan Car Free Day setiap hari Minggu pagi hingga siang hari.

Keberhasilan Pemkot menciptakan Kawasan Simpang Lima sebagai ruang public berwawasan hutan kota boleh diacungi jempol. Namun bukan tanpa kendala, ketika kawasan itu dipakai untuk lokasi pertunjukan berbau komersial dengan mendatangkan band terkenal, kawasan itu menjadi kumuh oleh sampah dan rumput hijaunya menjadi kering karena terinjak ribuan orang. Kejadian ini pun sempat diprotes dan menjadi polemik berkepanjangan. Untung, polemik makin reda seiring dengan ditetapkan Perda Pemanfaat Ruang Publik bagi warga kota bukan untuk hal yang komersil.

Setelah jalan-jalan di Simpang Lima, saya dan keponakan pulang ke rumah sambil berfikir, seandainya setiap kota/kabupaten memperhatikan hak warga untuk mendapatkan tempat rekreasi dan bermain maka fungsi alun-alun pun bisa sekaligus menjadi taman/hutan kota yang sejuk yang menurunkan tingkat polusi kota.

Salam WPC 12 Street Photography.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun