Hati Petra Sunne dan Kevin Letsoin, berkorbar-kobar saat menerima hadiah Laptop Dell sebagai penghargaan atas prestasi belajarnya selama di SMA. Betapa tidak. Sebelumnya mereka tidak tahu kalau ketekunan belajarnya selama ini, membuat mereka berhak mendapatkan hadiah laptop anyar. Hadiah Laptop itu memang diberikan kepada siswa dan mahasiswa Papua yang berpretasi untuk memotivasi agar mereka lebih giat belajar.
“Saya merasa bersyukur dengan hadiah Laptop ini. Dengan laptop ini, cita-cita saya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sedikit banyak terbantu. Terimakasih PT Freeport lewat LPMAK yang telah membiayai studi kami selama ini dan terimakasih atas hadiah laptopnya” kata Petra Sunne, gadis Papua yang berasal dari Kabupaten Mimika Timika.
Itulah sepenggal kisah dari siswa-siswi Papua yang mendapat bea siswa dari PT. Freeport Indonesia melalui LPMAK (Lembaga Pengabdian Masyarakat Amungme dan Kamoro). Bersama teman-temannya yang telah lulus di tingkat SMA, mereka berhak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atas biaya Freeport melalui LPMAK.
Namun, asa kedua siswa Papua berpretasi ini dan teman-temannya yang saat ini mendapat bea siswa dari Freeport, bisa jadi pupus tidak menentu dikarenakan di Tembagapura (pusat pertambangan emas) dan Mimika Timika sedang terjadi pergolakan dari para karyawannya.Tuntutan kenaikan kesejahteraan bagi karyawan lokal Freeport, telah memicu pergolakan itu hingga sekarang . Tidak sedikit yang terluka bahkan ada satu pengunjuk rasa yang tewas kena tembakan.
Sudah sebulan gelombang unjuk rasa ini berlangsung. Apabila tidak kunjung diselesaikan maka dampak sosialnya terutama dalam pendidikan akan mempengaruhi penerimaan bea siswa anak-anak Papua dan juga semangat belajarnya.Upaya pemberdayaan anak-anak Papua yang sudah dimulai sejak 7 tahun lalu, akan terancam kandas di tengah jalan. Bayangkan saja, ribuan siswa-siswi yang sedang belajar di berbagai tempat di Indonesia akan drop out (DO) atau berhenti di tengah jalan bila pergolakan itu tak kunjung henti.