Coretan ini hanya sebagian kecil dari pengalaman singkat yang nyatanya memang terjadi di negeri ini. Pengalaman selama dua bulan sudah berada di dua kota besar ini (Bandung dan Jakarta).
Awalnya tak lagi heran dnega kenyataan bahwa kota ini pasti akan dipenuhi oleh para muda yang masih belum bekerja alias pengangguran. Baik mereka yang baru saja menamatkan kuliahnya dari strata 1(S-1) atau pun strata 2(S-2). Tak heran juga bila kondisi itu yang semakin memicu mereka untuk gesit dalam berburu lowongan kerja yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan jenjang studi mereka.
Pernah suatu kali (beberapa waktu yang lalu), iseng-iseng ikut dalam sebuah event Job Fair yang diadakan di kota Bandung. Dalam event itu, sontak aku bertanya-tanya dalam hati akibat begitu terkejutnya aku dengan kondisi itu. Dalam hati aku bergumam “Ini pajak atau kampus ya?” Berjubelnya manusia yang sedang berburu pekerjaan menjadi pemandangan yang aneh. Memang wajar bahwa kebanyakan dari mereka adalah para lulusan baru. Bayangkan saja besarnya jumlah lulusan baru dari berbagai universitas yang ada di kota itu selama satu tahun lamanya. Dan tak akan terbayangkan bagaimana tentunya.
Kenyataan bahwa persaingan dalam pencarian kerja pun sangat ketat. Berjubelnya para pencari kerja yang tersebar di ibukota ini. Kemungkinan pasti bahwa peluang kerja yang ditawarkan dengan jumlah pelamar atau penganggur tentunya sangat tidak sebanding, maka dari itu wajar bennar bila kita masih belum sanggup menghadapi peminimalisasian tingkat pengangguran di negeri ini.
Pengalaman lain yang jauh lebih memprihatinkan juga pernah ku alami. Pada waktu itu, adalah salah satu universitas ternama di Indonesia yang mengadakan job fai di kampusnya, berbagai perusahaan pun ikut ambil bagian sebagai sponsor dan hadir untuk memberi peluang kerja kepada para jobseeker. Pemandangan yang sontak mengejutkan kala itu adalah ketika para pelamar mengantri dalam barisan yang sangat panjang. Keterbatasan informasi dan pelayanan mengakibatkan buruknya pelayanan penyedia lowongan kerja. Para pencari kerja harus terlebih dahulu melakukan registrasi diri lalu membayar konribusi sebesar Rp. 30.000 – dengan itu para pelamar akan di izinkan untuk masuk dan berburu lowongan kerja yang disediakan oleh sejumlah perusahaan sponsor.
Rasanya sangat aneh dan mengganjilkan bagiku. Seumur-umur belum pernah rasanya menyaksikan betapa sulitnya para anak bangsa mencari kerja dan harus rela menjadi seperti orang yang tidak diberi kehormatan sebagai seorang yang berpendidikan. Dengan mengantri dalam barisan, saling desak-desakan dan harus bergerak kesana-kemari menemukan lowongan yang sesuai dengan harapannya, pendidikannya dan kemampuannya. Sedikit menyedihkan!
Ini adalah masalah, sesuatu yang terselubung yang sebenarnya sudah menjadi hal biasa yang dianggap tidak penting oleh pemerintah kita. Kadang bertanya-tanya dengan tingginya biaya pendidikan yang dikeluarkan selama kuliah gelar strata 1 dan setelah menamatkan diri dari pendidikan itu juga harus bergelut pada persoalan mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Kita tetap menutup mata untuk hal ini.
Solusi untuk menjawab kondisi ini mungkin masih belum ditemukan. Namun satu hal yang harus diingat bahwa fenomena ini harus segera diselesaikan. Tingginya tingkat penganggguran di negeri ini harusnya juga menjadi PR besar pemerintah. Memikirkan bersama jalan keluar yang baik dan mampu menekan tingginya tingkat pengangguran di negeri ini.
Tentunya setiap orang mengharapkan adanya campur tangan pemerintah dalam penyediaan lowongan kerja bagi sarjana-sarjana muda lulusan universitas negeri maupun swasta dan menempatkan mereka sesuai dengan minatnya merupakan salah satu pembantu.
Pengalaman ini cukuplah menjadi sebuah pengingat, kiranya para muda yang masih berstatus jobseeker juga dapat membuka peluang dengan lebih kreatif memikirkan untuk dapat membangun sebuah dunia kerja pula. Bila hal ini dengan serius diberi perhatian, maka tak mungkin Indonesia mungkinakan mampu berdaya saing dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang sudah lebih baik perekonomiannya seperti Jepang, Cina, Korea, Singapore dan Malaysia.
Salah satu hal konkret yang dapat dikerjakan seperti aktif dalam memulai UKM atau entrepreneur. Sehingga kemungkinan besar akan mampu menekan tingginya persoalan pengangguran ini. Semoga persoalan ini dapat teratasi, dan pengalaman pemandangan di berbagai event Job Fair tersebut semakin baik dan teratur.Semoga mendapatkan karir yang terbaik bagi para jobseeker dan selamat menemukan panggilan hidup melalui pekerjaanmu. Tuhan memberkati setiap usahamu.***