Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Dari Paris (16): Antara Lady Diana, Kapal Pesiar, Banjir & Dunia Bawah Tanah (Bagian I)

26 Februari 2011   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:15 1278 3

Hmmmmm…. Kira-kira apa ya yang menjadi benang merah penghubung empat hal yang tertera pada judul tulisan ini?

Lady Diana – kapal pesiar – banjir – dunia bawah tanah.

Ring a bell? Barangkali ada yang bisa menebak?

Mereka yang cukup baik mengenal Paris mungkin dengan cepat bisa langsung menebak hubungan antara keempat hal ini.

Ok, saya beritahu saja ya, saudara-saudari.Jawabannya adalah : Pont de l’Alma.

Pont berarti jembatan, sedangkan Alma diambil dari nama sungai tempat di mana aliansi Perancis-Inggris memenangkan pertempuran melawan tentara Rusia pada 20 September 1854 (wikipedia).

Pont de l’Alma adalah salah satu dari 37 jembatan yang melintasi Sungai Seine, sungai yang membelah Paris menjadi dua bagian.Orang sering memakai istilah ‘rive gauche’ (left bank) untuk wilayah selatan dan ‘rive droite’ (right bank) yang berada di sebelah utara kota yang paling banyak dikunjungi turis ini.

Pont de l’Alma membentang melintasi 7ème, 8ème, dan 16èmearrondissements di Paris.Letaknya tak jauh dari la tour Eiffel, bersebelahan dengan Pont d’Iena yang berada persis berhadapan dengan menara antik dari besi tempa yang menjadi landmark Perancis itu.

Sekilas Pont de l’Alma terlihat biasa-biasa saja.Bentuk fisiknya tidak semewah jembatan favorit saya, Pont Alexandre III – dibangun untuk menandai aliansi Perancis-Rusia pada tahun 1892 – yang dipenuhi ukiran gaya art nouveau dan patung-patung bersepuh emas. Tidak pula seelegan jembatan favorit suami, Pont de Bir-Hakeim yang memiliki arsitektur mirip la tour Eiffel dengan lampu-lampu antik bergelantungan di sepanjang tubuhnya yang menyangga rel kereta Metro Line 6.

Namun di balik bentuknya yang sederhana, Pont de l’Alma ternyata menyimpan banyak cerita.Ia laksana sebuah irisan, titik persinggungan berbagai peristiwa.Saksi bisu kisah- kisah anak manusia dari beragam lapisan dan rentang waktu yang berbeda, bagian dari sejarah yang pernah terukir di kota paling romantis sejagat raya ini.

Pont de l’Alma & Lady Diana

Siapa tak kenal perempuan yang satu ini ?Mantan calon ratu, the English Rose yang menjadi inspirasi dunia.Princess of Wales yang dipuja.Popularitasnya konon jauh melampaui mantan suaminya, Sang Putra Mahkota.Kecantikan, kelembutan dan keanggunannya menawan hati rakyat Inggris bahkan seluruh dunia.

Sayang seribu sayang kisah cinta yang bermula romantis dan berlanjut ke pelaminan dengan pesta megah yang dijuluki ‘the wedding of the century’ itu harus kandas.Tak hanya pernikahannya yang berujung pahit.Tak dinyana hidup Sang Putri mantan guru TK ini juga ternyata harus mengalami akhir yang tragis.

Perempuan yang terlahir sebagai Diana Frances Spencer itu wafat setelah mengalami kecelakaan lalu lintas dalam terowongan di bawah Pont de l’Alma.Konon ia dan pasangannya Dodi Al Fayed, putra konglomerat mantan pemilik jaringan Harrods Dept Store sedang menghindari kejaran para paparazzi yang tak pernah lelah memburu dan mengeksploitasi kehidupan pribadinya.Peristiwa naas yang terjadi hampir 14 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 31 Agustus 1997 itu sungguh menyedot perhatian dunia dan diliput besar-besaran oleh media internasional.

Adalah Flamme de la Liberté (Flame of Liberty, Cahaya Kemerdekaan), sebuah monumen di dekat Pont de l’Alma yang sempat dijadikan sebagai salah satu tugu peringatan ‘sementara’ untuk mengenang Putri Diana.Letaknya yang tepat berada di atas terowongan lokasi kecelakaan itu memang cukup ‘representatif’ dalam hal ini.

Flamme de la Liberté sudah tegak di sudut Pont de l’Alma di tepi La Seine sejak tahun 1989, 8 tahun sebelum Sang Putri berpulang. Tugu setinggi 3,5 meter itu merupakan replika dalam ukuran sebenarnya dari cahaya api obor Statue of Liberty.Pembangunannya didanai oleh International Herald Tribune untuk memperingati 100 tahun peredaran surat kabar berbahasa Inggris itu di Perancis.

Sebagai informasi, patung Liberty di New York yang kini menjadi icon negara Paman Sam adalah merupakan hadiah persahabatan yang diberikan oleh Perancis kepada Amerika Serikat pada tahun 1886.

Pont de l’Alma & Kapal Pesiar

Salah satu cara menikmati kecantikan Paris – secara efisien dan efektif – adalah dari atas bateaux yang melayari Sungai Seine.Mengapa efisien dan efektif ?Karena sungai yang membelah Paris ini terletak di tengah kota dan berada pada jalur strategis bertabur obyek-obyek wisata utama di sepanjang alirannya.

Bagi mereka yang tidak punya banyak waktu untuk berkeliling ke setiap titik penting di Paris, sebaiknya jangan melewatkan yang satu ini.Dengan tarif yang reasonable dan relatif terjangkau, lumayan banyak informasi yang bisa diserap dalam waktu 1,5 jam.Mata juga cukup termanjakan dengan pemandangan yang harus diakui luar biasa memukau di kota yang sangat telaten merawat benda-benda peninggalan sejarah ini.Ibaratnya ‘sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui’.

Baik obyek-obyek di bagian utara (rive droite) maupun selatan (rive gauche) bisa dinikmati dari geladak kapal-kapal pesiar yang setiap saat hilir mudik melayari Sungai Seine ini.Sebut saja la tour Eiffel, l’église Notre-dame de Paris , Assemblée Nationale, Pont Alexandre III, Place de la Concorde, Musée du Louvre, Musée d’Orsay, Les Invalides, Grand Palais, Petit Palais dst.

Bagi yang tidak terhalangi oleh restricted budget alias rela merogoh kocek lebih dalam, tamasya ini bisa dinikmati sembari mencicipi hidangan khas Parisiens sambil dihibur oleh alunan live music.

Tapi nanti dulu... Ngomong-ngomong apa nih hubungannya kapal pesiar dengan Pont de l’Alma ?

Mungkin rekan-rekan pernah mendengar (atau membaca tentu saja) tentang Bateaux Mouches, salah satu perusahaan kapal pesiar yang bisa dibilang paling terkenal di Paris dan cikal bakalnya sudah mulai beroperasi sejak tahun 1867.Dermaga Bateaux Mouches ini terletak di salah satu sudut Pont de l’Alma, berseberangan dengan Flamme de la Liberté yang sempat menjadi unofficial memorial untuk mengenang Putri Diana tadi.

Saking dominannya, istilah ‘Bateaux Mouches’ sering digunakan untuk menggambarkan ‘kapal pesiar’ secara umum. Padahal ada beberapa perusahaan lain seperti Bateaux Parisiens atau Vedette de Paris yang juga beroperasi dalam bidang yang sama.

Mirip di Indonesia juga.Alih-alih mengatakan ‘pasta gigi’ kita sering menyebut ‘odol’, padahal sebenarnya ini hanyalah salah satu merek yang beredar di zaman penjajahan Belanda.Contoh lain, orang biasa menyebut ‘Indomie’ dan ‘Pampers’ padahal maksudnya ‘mi instan’ dan ‘popok bayi / diapers’ merek lain.Hehehe....

(Bersambung ke Bagian II)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun