Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Kritiklah Gaya ‘Jaim’ untuk Pencitraan (Negatif), Bukan Mengkritik Pencitraan yang Positif

13 Maret 2015   18:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:42 257 2
Pada media cetak dan sosial atau di layar TV, seseorang pengamat, pejabat, penyelenggara negara atau netizen sering memberi komentar semacam “Ah, itu kan hanya pencitraan” yang diikuti dengan komentar lanjutan, gestur tubuh atau mimik yang memberi persepsi negatif terhadap makna pencitraan. Misalnya, ketika presiden Jokowi blusukan ke pasar-pasar becek dan masuk ke lorong drainase di ibukota, saya pastikan ada yang berkomentar “Pak Jokowi kan sedang membuat pencitraan”.

Benarkah suatu tindakan atau prilaku yang diberi label ‘pencitraan’ adalah suatu tindakan yang selalu bermakna negatif dan seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pejabat publik atau penyelenggara negara? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mengajak saudara-saudara untuk mencoba melihat berbagai kemungkinan tujuan dari tindakan atau prilaku yang dianggap pencitraan tersebut kemudian memberi penilaian ada atau tidak adanya manfaat bagi masyarakat atas prilaku pencitraan berdasarkan tujuan tindakan pencitraan tersebut.

Pencitraan Negatif dan Positif.

Pertama kali, suatu tindakan yang bisa dianggap sebagai suatu pencitraan kita bagi atas dua kelompok tujuan yang berbeda, tetapi tidak saling ekslusif satu sama lain:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun