Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Sang Helikopter

24 Juli 2014   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:19 89 0
The helicopter, aeroplane, atau king of air adalah sedikit istilah dari sekian banyak untuk menyatakan keahlian seorang pemain bola kala berduel di udara untuk memperebutkan bola atas terlebih untuk pemain berposisi striker. Istilah di atas digunakan untuk para pemain yang jago dalam menyundul bola,baik untuk mencetak gol atau menyapu bola dari wilayah pertahanan. Salah satu istilah di atas pernah melekat pada Montella yang memang memiliki kemampuan duel udara yang baik.

Jago sundul di kompetisi sepak bola tidak terlalu banyak dewasa ini di posisi striker karena startegi permainan sepak bola modern yang mengoptimalisasikan setiap lini untuk dapat mencetak gol kala peluang hadir. Namun jika ingin mencari siapa saja kah sosok jago sundul, saya menyarankan Anda untuk melihat sebuah klub bernama Bayern Munchen dan Timnas Jerman. Secara tradisi klub  Bayern Munchen adalah klub yang mengutamakan penggunaan fungsi satu striker dari zaman ke zaman.

Bermain menggunakan taktik ini sangat mengutamakan keahlian seorang striker bertipe targetman murni. Targetman yang oportunis, memiliki keseimbangan yang baik, pengambilan keputusan yang tepat, dan tentu saja penguasaan finishing yang kualitas jempolan. Tidak setiap saat kita melihat striker klub ini jago gocek , tapi saya pastikan bagi Anda bahwa klub Jerman ini adalah satu- satunya klub elite Eropa pemilik tipe targetman jempolan dari tahun ke tahun. Mulai dari Gerd Muller, Klinsman, Vahid Hashemian, Santa Cruz, Klose, Luca Toni,  Claudio Pizzaro, Mario Gomez, Mario Mandžukić dan Lewdonsky. Anda dapat melihat kemampuan pemain–pemain di atas yang merupakan striker jago sundul di klub tersebut  yang membuat mereka juga akan menjadi striker jago sundul di timnas masing masing. Dari hal di atas dapat ditarik sebuah gambaran bahwa Timnas Jerman adalah penghasil striker jago sundul Anda pasti setuju bila saya menambahkan nama Oliver Bierhoff. Kita sudah tahu bahwa  Bayern Munchen adalah prototype dari Timnas Jerman. Saya bisa yakinkan Anda jika Mario Mandžukić atau Loewdonsky bukan orang Kroasia atau Polandia pasti dia akan "sukses" menggeser Klose atau Gomez yang masa edarnya di timnas sebenarnya sudah habis. Saat ini nama terdepan mungkin untuk jago sundul di lini depan adalah Cristiano Ronaldo pemilik jumping header menakutkan bagi para lawan. Lupakan mereka karena pada dasarnya jago sundul di lini depan itu sebenarnya sudah menjadi pembahasan biasa.  Masih ada pemain dari lini belakang seperti Sergio ramos, Pepe, Thiago Silva, dan Hummles.  Namun jika mengambil secara tim pakar jago sundul dari lini pertahanan adalah milik Timnas Italia. Kita dapat menyaksikan betapa sengsaranya striker Jerman kala menghadapi bek Italia di Piala Dunia edisi 2006. Bek Italia memang sudah seperti ditakdirkan sebagai antidote striker Jerman yang jago duel udara. Bahkan tidak jarang pemain belakang tim ini jadi penentu kemenangan. Masih ingat sundulan Materazzi dan kefeketifan Cannavaro di Piala Dunia 2006. Khusus untuk Cannavaro, dia adalah salah satu bek tengah berpostur biasa namun memiliki kemampuan sundulan di atas rata- rata

Namun jago sundul di atas tidak akan berdaya jika tidak memperhatikan jenis umpan yang dihadapi terlebih dalam hal set piece dan momentum. Sebab tidak jarang salah mengantisipasi umpan akan membuat para jago sundul menjadi kambing hitam bagi timnya dengan sebuh gol bernama goal bunuh diri. Perhatikan bagaimana pola pengambilan set piece saat ini . Secara umum sebuah tim kala mendapat tendangan bebas dari sisi lapangan atau tendangan sudut akan menerapkan prinsip cros foot. Seorang pemain berkaki alami akan mengeksekusi set piece di atas dari arah berlawanan. Sebagai contoh Modric berkaki alami kanan akan mengeksekusi tendangan bebas atau sudut dari dari sisi kiri. Artinya pola eksekusinya adalah mengarahkan bola ke dalam kotak 16. secara teknis strategi ini meningkatkan peluang terciptnya gol adalah 60 %. Maka bukan hal yang aneh bila jago sundul akan berbuat bodoh bila tidak memperhatikan aspek ini. Bila anda ingin contoh di Piala Dunia jago sundul yang menjadi kambing hitam kekalahan timnya karena salah antisipasi umpan ini.  Masih ingat pertandingan pertandingan Inggris kontra Paraguay di Pilala Dunia 2002?  Ketika memasuki menit ke enam. Terjadi pelanggran di sisi kanan pertahan Paraguay. Seperti biasa Beckham yang mengambil eksekusi. Anda dapat membayangkan bagaimana tendangan bebas Beckham. Beckham yang berkaki alami kanan mengambil eksekusi dari sisi kiri pasti akan mengarahkan bola ke dalam kotak 16 secara langsung.  Di sana sudah menunggu pemain jago sundul Inggris seperti Ferdinad, Butt dan Hesky. Namun jago sundul manakah yang mencetak gol? Yang mencetak gol adalah jago sundul Timnas Paraguay bernama Camara, kapten  Timnas Parguay yang saat itu  masih bermain di Inter Milan. Bahkan pemain sekelas Cristiano Ronaldo sukses menjebol gawang semua tim di laliga termasuk Real Madrid dikarenakan jenis umpan ini.

Namun secara sederhana jika Anda ingin mengetahui siapa jago sundul di lini depan saya pastikan  untuk melihat setiap tim yang memakai metode Bayern Munchen yakni penggunaan 1 striker seperti Dzeko dari kubu Bosnia dan Mandžukić dari Kroasia, sedangkan di lini belakang  semua tim sudah memiliki jago sundul. Seperti Hummels dari Jerman, Sergio ramos dari Spanyol, atau Thiago Silva di kubu Brasil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun