PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH SECARA FISIK DAN KIMIA
Abstrak
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti minyak kelapa sawit, miyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak  jelantah merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga. Penjernihan minyak jelantah adalah proses untuk menghilangkan kotoran dan bahan berbahaya dari minyak jelantah bekas penggunaan. Minyak jelantah mengandung kotoran, partikel makanan, dan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, bewarna kuning kecoklatan, berbau tak sedap dengan tekstur agak encer.Â
Penjernihan minyak jelantah dapat dilakukan  secara fisika dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti karbon aktif, sampel yang digunakan minyak Jelantah 50 ml + 10gr karbon aktif, Minyak jelantah 50ml + 10gr bentonite. Dan dengan cara kimia dengan menggunakan etanol dan HSO sebagai katalisator, dengan sampel minyak Jelantah 50 ml + 17ml alcohol + 2ml HSO.
Penting untuk memperhatikan faktor keamanan dan lingkungan. Minyak jelantah yang sudah diolah harus dibuang dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. Penjernihan minyak jelantah sangat penting untuk menjaga kesehatan manusia dan lingkungan. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia. Jika ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa kakarsiogenik yang terjadi selama proses penggorengan.Â
Pemakaian minyak  jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kesehatan generasi berikutnya. Upaya untuk mengolah minyak jelantah dalam rangka penghematan namun tidak membahayakan kesehatan sangat diperlukan. Salah satunya adalah dengan melakukan regenerasi menggunakan bahan alam yang ramah lingkungan sebagai adsorben.
Kata kunci : Minyak jelantah, karbon aktif, etanol, katalis, kesehatan, adsorben, penjernihan
Pendahuluan
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam pengolahan makanan. Menurut Ramdja et al. (2010), pentingnya menggunakan minyak goreng sebagai media penggoreng sangat ditekankan. Minyak goreng banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena minyak goreng mampu menghantarkan panas, memberikan cita rasa (gurih), tekstur (renyah), warna (coklat), dan mampu meningkatkan nilai gizi (Aladedunye and Przybylski, 2009).Â
Masyarakat kembali memakai minyak goreng yang sudah dipakai atau disebut minyak jelantah, konsumsi minyak goreng kelapa sawit pada tahun 2018 yaitu 8.233 ton/tahun. Alasan terpenting adalah penghematan biaya. Minyak jelantah harganya lebih murah, sehingga biaya lebih kecil dibanding memakai minyak goreng kemasan baru (Suroso, 2013). Penggunaan  minyak  goreng  secara  berulang-ulang  dan  kontinyu  pada  proses penggorengan  akan  mengakibatkan  terjadinya  reaksi  degradasi  sehingga  menurunkan kualitas  minyak  goreng  (Samangun  et  al.,  2017).Â
Kerusakan lemak pada penggorengan disebabkan oleh kontak minyak dengan udara, pemanasan yang berlebihan, kontak minyak dengan makanan, dan adanya bahan yang gosong selama proses penggorengan. Kerusakan minyak akibat pemanasan dapat dikenali dari perubahan warna, peningkatan viskositas, peningkatan konsentrasi asam lemak bebas, peningkatan peroksida dan penurunan bilangan yodium (Hidayati, 2016). Selain itu, nilai gizi bahan gorengan menjadi berkurang.Â
Karena ketika dipanaskan hingga suhu tinggi dan bersentuhan dengan udara, terjadi perubahan kimia pada minyak seperti hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan reaksi pencoklatan. Proses oksidasi dan polimerisasi dapat merusak beberapa vitamin dan asam lemak esensial yang terkandung dalam minyak, sehingga dapat menyebabkan keracunan tubuh dan berbagai penyakit seperti diare, timbunan lemak pada pembuluh darah dan kanker (Ketaren, 1986).
Konsumsi minyak goreng sehari-hari ternyata berkaitan erat dengan kesehatan tubuh kita. Penting bagi kita untuk mengetahui kualitas minyak goreng yang kita gunakan. Setelah digunakan minyak goreng akan mengalami perubahan sifat yang menyebabkan minyak goreng tersebut tidak layak lagi digunakan. Agar minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan lagi, maka perlu dilakukan pengolahan sekunder dengan metode adsorpsi.Â
Pada artikel ini saya telah melakukan percobaan dengan mencoba meningkatkan kualitas minyak goreng bekas (minyak jelantah) secara fisika dengan adsorben karbon aktif dan bentonite. Minyak goreng yang bekas dipanskan pada suhu 60c kemudian dicampurkan dengan karbon aktif dengan berbagai variasi 2,3,4 gram dan waktu pengadukan selama 15 menit. Dan secara kimia dengan menggunakan etanol dan HSO. Pada percobaaan ini saya hanya menentukan penjernihan minyak goreng bekas dengan pengolahan secara fisik dan kimia.Â
Dan tidak menentukan ALB nya. Penjernihan minyak jelantah sangat penting untuk menjaga kesehatan manusia dan lingkungan. Penggunaan minyak jelantah yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Selain itu, minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem.
Ada beberapa cara untuk melakukan penjernihan minyak jelantah, antara lain:
1.Menggunakan bahan-bahan alami seperti arang aktif, kapur sirih, dan kulit jeruk. Bahan-bahan ini dapat menyerap kotoran dan bahan kimia berbahaya dari minyak jelantah, sehingga minyak jelantah menjadi lebih bersih dan aman untuk digunakan kembali.
2.Menggunakan teknologi modern seperti sistem filtrasi yang menggunakan filter khusus untuk menangkap kotoran dan bahan kimia berbahaya dari minyak jelantah. Sistem filtrasi ini dapat digunakan secara terus-menerus untuk menjaga kualitas minyak jelantah.
3.Menggunakan bahan kimia seperti etanol dan  HSO sebagai katalis.
Dalam melakukan penjernihan minyak jelantah, sangat penting untuk memperhatikan faktor keamanan dan lingkungan. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses penjernihan harus aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, minyak jelantah yang sudah diolah harus dibuang dengan benar agar tidak mencemari lingkungan.
Dalam rangka menjaga kesehatan manusia dan lingkungan, penjernihan minyak jelantah harus dilakukan secara teratur dan dengan cara yang aman dan efektif. Dengan melakukan penjernihan minyak jelantah, kita dapat mengurangi dampak negatif dari penggunaan minyak jelantah dan menjaga kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, pembersihan minyak jelantah harus hemat, namun tidak berbahaya bagi kesehatan dan mudah dilakukan. Minyak jelantah dapat diolah dengan berbagai cara, salah satunya dengan adsorpsi.
Adsorpsi
Menurut Sukardjo (1990), Adsorpsi adalah proses menyerap atom, ion atau molekul terlarut pada permukaan penyerap. Proses ini berlangsung di permukaan dua fasa, yaitu antara fasa gas-padat atau cair-padat. Zat yang terserap disebut adsorbat sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Salah satu sifat penting permukaan suatu zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika cairan berikatan dengan padatan kemudian membentuk film (lapisan tipis) pada permukaan padatan. Berbeda dengan adsorpsi dimana satu cairan diserap oleh cairan lain dan membentuk larutan.
Definisi lain menyebut absorpsi sebagai proses absorpsi dalam suatu lapisan permukaan atau antar fasa. Di mana molekul dan bahan berkumpul pada bahan penyerap. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisik akibat gaya van der Waals (menyebabkan gas mengembun menjadi cairan) yang terjadi pada permukaan adsorben, dan adsorpsi kimiawi akibat reaksi antara zat yang teradsorpsi dengan adsorben yang terjadi. Jumlah zat yang diserap tergantung pada sifat padat sebagai fungsi dari tekanan dan suhu.
Adsorpsi dipilih karena mudah diimplementasikan dan ekonomis. Adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif (Indah dan Hendrawani, 2017). Karbon aktif biasanya terbuat dari bahan berbasis karbon seperti batubara, lignin, bahan lignoselulosa, polimer sintetik, dan limbah batubara. Karbon aktif adalah bahan dalam bentuk butiran atau bubuk yang berasal dari bahan-bahan yang mengandung karbon seperti tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, limbah pabrik tebu, limbah pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras, batu bara, dll. Bela dan Hendrawani, 2017).Â
Karbon aktif adalah karbon yang telah dimurnikan, yaitu konfigurasi atom-atom karbonnya dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain, dan pori-porinya dibebaskan dari unsur atau pengotor lain, sehingga permukaan karbon atau tempat aktif menjadi lebih bersih dan luas (Sudrajat dan Pari, 2011).
Faktor yang mempengharui adsorpsi :
Selama proses adsorpsi, banyak faktor yang dapat mempengaruhi laju proses adsorben dan jumlah adsorben yang dapat diserap. Adapun faktor yang mempengharui pada proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan pengadukan
Berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan kualitas bahan yang dihasilkan jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan lambat pula namun bila pengadukan terlalu cepat akan ada kemungkinan struktur absorban mengalami kerusakan.
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan absorben maka semakin banyak zat yang bisa terobsorpsi.
3. Temperatur
Naik turunnya tingkat absorpsi dipengaruhi oleh temperatur pemanasan absorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka dan menyebabkan daya serapnya meningkat tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat membuat struktur adsorben masuk.
4. Ph
Tingkat keasaman juga berpengaruh adsorbat yang bersifat asam atau asam organik lebih mudah terabsorpsi pada pH rendah sedangkan adsorbs bahasa organik efektif pada pH tinggi.
5. Jenis adsorban
Jenis adsorban yang digunakan umumnya adalah karbon aktif. Karbon aktif adalah suatu bahan berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan gas CO2 uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya lebih tinggi.
6. Agitasi
Agitasi adalah keadaan bergolak atau bisa disebut turbulen. Laju proses adsorpsi dikendalikan oleh difusi lapisan dan difusi pori, tergantung pada keadaan larutan, tenang atau bergolak/turbulen.
7. Karakteristik Adsorben
Karakteristik adsorben yang mempengaruhi laju adsorpsi adalah ukuran dan luas permukaan partikel. Semakin kecil adsorben maka laju adsorpsi akan semakin cepat, sementara semakin luas permukaan adsorben maka jumlah partikel adsorbat yang diserap akan semakin banyak.
8. Kelarutan Adsorbat
Proses adsorpsi terjadi saat adsorbat terpisah dari larutan dan menempel di permukaan adsorben. Partikel adsorbat yang terlarut memiliki afinitas yang kuat. Tetapi ada pengecualian, beberapa senyawa yang sedikit larut sulit untuk diserap, sedangkan ada beberapa senyawa yang sangat larut namun mudah untuk diserap (Hassler, 1974).
9. Ukuran Pori Adsorben
Ukuran pori merupakan salah satu faktor penting dalam proses adsorpsi, karena senyawa adsorbat harus masuk ke dalam pori adsorben. Proses adsorpsi akan lancar apabila ukuran pori dari adsorben cukup besar untuk dapat memasukan adsorbat ke dalam pori adsorben. Gerakan partikel kecil yang cepat membuat partikel adsorbat yang lebih kecil akan terdifusi lebih cepat ke dalam pori (Culp & Culp, 1986).
10. Waktu Kontak
Waktu kontak mempengaruhi banyaknya adsorbat yang terserap, disebabkan perbedaan kemampuan adsorben dalam menyerap adsorbat berbeda-beda (Low, 1995). Kondisi eqibrilium akan dicapai pada waktu yang tidak lebih dari 150 menit, setelah waktu itu jumlah adsorbat yang terserap tidak signifikan berubah terhadap waktu (Han, 2007).
Metode PenelitianÂ
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
- Kertas saring
- Spatula
- Hot plate
- Gelas kimia 500 ml
- Pipet ukur 25 ml
- Kaca arloji
- Termometer
- Magnetik stirer
- Erlenmeyer
Â
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Minyak goreng bekas
- Arang atau karbon aktif
- Bentonite
- Alkohol (etanol)
- H2SO4
Prosedur kerja
Penjernihan minyak goreng bekas secara fisik :Â
- Dengan karbon aktif
-  Memasukkan 50 ml minyak ke dalam  gelas kimia
- Â Menimbang 10gr karbon aktif
- Â Memasukkan karbon aktif yang telah ditimbang ke dalam sampel minyak jelantah 50 ml yang telah disiapkan
- Mengaduk sampel di atas hot plate dengan stir selama +-15 menit, Â pemanas tidak dihidupkan
- Mengendapkan sampel selama 1 jam
- Dengan bentonite
-  Memasukkan 50 ml minyak ke dalam  gelas kimia
- Â Menimbang 10gr bentonite
- Â Memasukkan bentonite yang telah ditimbang ke dalam sampel minyak jelantah 50 ml yang telah disiapkan
- Mengaduk sampel di atas hot plate dengan stir selama +-15 menit, Â pemanas tidak dihidupkan
- Mengendapkan sampel selama 1 jam
2. Penjernihan minyak goreng bekas secara kimia :
- Memasukkan 50 ml minyak ke dalam gelas kimia
- Menambahkan 17 ml alkohol
- Menambahkan 2 ml HSO
- Mengaduk sampel di atas hot plate dengan stir selama +-15 menit, pemanas tidak  dihidupkan.
- Mengendapkan sampel selama 1 jam