Aku memandangi kelas dengan meja-meja yg teratur. Kelas baru saja berakhir. Aku mengeluarkan sebuah amplop yg akan kuberikan pada kepala sekolah dimana aku mengajar.
Aku merasa lelah dan sering bertanya, "Benarkah pekerjaan ini yg aku inginkan?". Aku juga sering berdoa meminta petunjuk dan jawaban Tuhan, tetapi tidak pernah ada jawaban.
Aku memang selalu memimpikan menjadi guru. Guru yg benar-benar memberikan yg terbaik untuk murid-muridku. Belajar bersama, tertawa bersama bahkan berbagi bersama.
Tetapi, setelah setahun melakukannya, aku justru menemukan impianku semakin kabur.
Ketika aku mengambil keputusan untuk menyerahkan amplop itu dan berdiri hendak keluar kelas, beberapa murid perempuan dan laki-laki menghampiriku.
Mereka memberiku bunga. Tangan mereka masih terlihat kotor oleh noda-noda tanah.
Aku bingung, aku ambil bunga itu sambil berusaha tersenyum ramah. Aku tidak ingin murid-muridku sedih bahwa hari ini terakhir gurunya mengajar.
Lagipula, apakah murid-muridku akan mengingatku? Aku rasa tidak, itulah yg kupikirkan.
Lalu tiba-tiba mereka semua memelukku. Salah satunya berkata,
"Kamu adalah guru terbaik didunia".
Mereka memeluku erat-erat. Setelah itu berlari kecil keluar sambil tersenyum. Bahkan salah satunya sempat naik kekursiku dan mengecup pipiku.
Aku menahan air mataku. Ketika mereka berlalu, tanpa pikir panjang aku langsung merobek amplopku. Aku menanggis tertahan. Bukan tanggis keluhan, tetapi tanggisan bahagia.
Ternyata, Tuhan tahu kapan memberikan jawaban-Nya. Dan jawaban itu sangat menguatkan hatiku. Dan aku tahu, inilah hadiah terindah dari Tuhan untukku.
Kadang, badai yg terlalu lama dan telah mencapai puncaknya membuat kita menyerah dan hendak pergi. Padahal, pada saat yg sama Tuhan telah mempersiapkan pelangi terindah-Nya.
:)