Masih terasa 2 hari lalu pada malam yang mendung Alex bercerita betapa dalam 2 bulan belakangan Alex sering merasa Ayahnya yang telah pergi mendahuluinya datang ke rumah dan hadir diantara mereka, demikian juga dengan om Piere yang tahun lalu menghadapNya karena kecelakaan.
Dini hanya tersenyum menanggapi cerita Alex dan bilang "kamu kangen kali"
"Ngga Din, beneran, aku sedih banget lho kalau inget Papa, belum sempat liat anak-anak kita yang lucu dan pintar" wajah Alex tampak serius, tangannya yang kekar tak henti memijat dahinya dan mengeluh kalau vertigonya akhir akhir ini sering kambuh.
"Sudahlah Lex, minum obat sakit kepala dan tidur, aku juga dah ngantuk nich" Dini memberikan obat vertigo sambil menguap dan berlalu ke tempat tidur.
Ternyata itu adalah percakapan terakhir dengan Alex, ketika jam 4 pagi Alex membangunkan Dini dan bilang "Din, aku ngga tahan kepala ku terasa berputar" dan Alex ambruk di samping tempat tidur, Dini bingung dan panik, setelah membangunkan tetangga dan menelpon saudara, Alex berhasil di bawa kerumah sakit, Alex koma dan pada malam harinya jam 20.00 dokter menyatakan Alex telah berpulang kepadaNya.
Alex yang tidak pernah ke dokter, Alex yang tidak pernah mengeluh sakit kecuali vertigo ternyata mengalami emergensi hipertensi, Alex meninggal karena stroke meninggalkan seorang istri dan 3 anak Edo 7 tahun, Vivian 5 tahun dan Jenny 2 tahun.
Malam kelam kelabu haru biru dalam hidup Dini, ketiga buah hatinya tampak tidur lelap setelah seharian menyaksikan sibuknya di rumah mengurus pemakaman dan banyaknya sanak keluarga dan kerabat yang datang melayat dan berbela sungkawa.
Dini, dalam usia 32 tahun, 3 anak, tidak bersuami, tidak bekerja. Dini mencoba memejamkan mata dan berharap dia bisa tidur dan bangun Alex ada di sampingnya.
... bersambung