Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Keceriaan Itu Terbagi di Gunung Ceremai: Gigi Ini Membunuhku (Derita Koala) #3

23 November 2011   12:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:18 113 0
Perjalanan menuju Pos 1 dimulai. tenaga baru telah terkumpul. Kami sepakat untuk membuka logistik disana. Semangat memulai perjalanan ini telah kembali. Kami berjalan sambil bersenda gurau. sesekali tawon dan valdo menanyakan kabar ulan sambil berteriak agar ulan yang berada paling depan mendengar suara kami yang dibelakang. Sahutan ulan membuat kami yakin dia baik-baik saja. Semangat masih dikantongi masing-masing peserta. Tak kalah semangat dengan datox yang terus saja memperhatikan ekosistem yang ada disepanjang perjalanan ini. track yang dilalui masih normal. Yaitu sedikit mendaki dan sedikit menyibak semak. Puncak gunung Ceremai terlihat sepanjang perjalanan ini. Udara sejuk pun sangat terasa mengelus wajah. Tiba dikali mati kami beristirahat sejenak. Aku yang tak merasa nyaman dengan celanaku mencoba menanyakan kawan2 yang barangkali saja membawa celana pendek lebih untuk dapat aku pinjam. Valdo punya celana 2, sayangnya tak cocok untuk aku pakai. Beruntung datox punya celana pendek. Tanpa basa-basi panjang segera aku ganti celana blue jeans compang-campingku ini dengan celana pinjaman dari datox. “yuk lanjut….” seru kawan-kawan kepadaku. Semangat untuk mengejar makan siang begitu kuat. Sehingga kami menambah kekuatan untuk segera sampai menuju pos 1. Alhamdulillah, akhirnya kami sampai di cigowong yang dipastikan sebagai pos 1 itu. Segera semua meletakkan beban dari punggung masing-masing dan mulai untuk membuat menyusun menu makan siang kami. suasana makan siang begitu hangat, makan siangpun menjadi nikmat. Sambil menikmati masa-masa rehat kami di pos 1. Kak happy melemparkan sebuah pertanyaan teka-teki buat kami semua. suasana semakin hangat. Teka-teki menjadi lekat dalam pikiran kami. Tak ayal, teka-teki tersebut selalu kami bahas selama dijalan. Kak happy adalah paling senior dari kami semua. Kebetulan dia adalah senior Camp Stiemj yang masih eksis dalam membantu dan terlibat dalam setiap kegiatan yang kami buat. Meski sudah berkeluarga, dia selalu sempatkan untuk tetap bisa bersama kami. Inilah yang membuat kami bangga dan hormat kepadanya. Perjalanan kami lanjutkan. Candaan dan gurauan terus mengiringi perjalanan kami. Koala yang sedari tadi berjalan tak banyak bicara. Dia hanya melempar senyum sesekali. letih sangat, aku tak mampu berjalan cepat. Valdo yg selalu mengiringi, aku suruh jalan didepan. Aku tak mau jalan terlalu buru-buru. Nafasku terdengar satu persatu. Aku butuh istirahat. Kubiarkan mereka-mereka jalan didepan. tinggallah aku, datox, dicky dan koala dibelakang. Saat istirahat baru ku tahu koala mengeluh sakit. Ya….sedikit pucat memang. Rupanya dia ada sedikit masalah dengan giginya. Aku berusaha memberikan obat. Meski bukan obat sakit gigi, melainkan obat sakit kepala. “minum ini,barangkali sembuh” seruku pada koala. “tidak kakak, biar ku selipkan saja obatnya digigi” jawabnya lesu. Waduh…anak ini memang pendiam, tapi agak bandel menurutku. Sakit gigi yang menyiksa telah mematahkan semangatnya untuk berjalan. Padahal, aku yakin dialah orang yang paling kuat diantara kami semua. Karena sebelumnya gunung-gunung tertinggi (rinjani, tambora, agung dan semeru) baru saja dia taklukan. Kali ini kenapa harus kalah oleh sakit giginya. Kenapa harus menderita karena sakit gigi, kenapa wajahnya terlihat sangat pucat. Aku jadi tidak tega melihatnya. “pinjam syalnya kak…” Tiba-tiba dia bersuara. segera aku berikan syal batikku kepadanya. Dia ikatkan kekepala dengan kuat. Agar sakit kepala tak terlalu terasa. Akupun menanyakan awal mula ia sakit gigi. “ini semua gara-gara tempe dan kentang kecil-keci itu kak…” “dia masuk dan menusuk kuat kedalam gigiku yang bolong…” “waduh…” teriakku dalam hati. Tempe dan kentang kecil-kecil itu memang sengaja ulan (merpati camp) bawa dari rumahnya. Tapi tak disangka akan menjadi ranjau buat koala. Andai saja tempe dan kentang itu tak menghantam gigi koala. Mungkin tak akan ada gigi yang tersakiti. Perjalanan menuju puncak masih jauh. Sementara koala tak bisa dipaksakan untuk terus jalan. Sambil menunggu koala yang sedang sakit gigi istirahat, aku dan dicky memperhatikan datox yang terus saja sibuk memperhatikan alam sekitar. Ada beberapa batang pohon yang menjadi perhatiannya. “ini seperti cakar beruang”tunjuknya pada salah satu pohon yang terllihat ada goresan dikulitnya. datox menjelaskan bahwa hanya beruang yang mampu menggaruk kulit pohon besar hingga tembus ke batang pohon. “Berarti disini ada beruang” serunya lagi. Aku hanya memperhatikan omongannya yang memang tidak mengerti mengenai binatang. Lumayan lama kami istirahat. Hingga akhirnya koala mau melanjutkan perjalanan. lambat memang langkah kami. Tapi kami benar-benar menikmati perjalanan ini. Nafasku yang tak teratur dapat aku kuasai. Beruntung koala berjalan lambat karena sakitnya itu. Kalau tidak, pasti kawan-kawan menggerutu melihat jalanku yang lambat. Hahaha….aku bersembunyi dibalik sakitnya koala. Ada alasan kuat untuk aku ceritakan mengapa aku lambat. Hari sudah semakin sore. Goa walet tempat tujuan akhir kami masih jauh. Aku berniat membawa beban keril koala. Tapi dia tidak mau. “Tetap saja bandel..!!?” pikirku. Aku berusaha memberi semangat pada koala. Apalagi dicky bilang 1jam lagi kita sampe. Tapi sudah satu jam kami berjalan masih belum ada tanda-tanda goa walet kami temukan. “masih jauh ga dick….” tanyaku untuk memastikan 1jam tadi. “1 jam lagi kak….”dengan yakin dia ucapkan itu. Membuat kami terus melanjutkan perjalanan ini. “kok dah satu jam masih belom sampe juga…? Wah….ga benar ini” seru datox memecah keheningan setelah satu jam berikutnya lewat. Tawa gelakku pecah. Sepertinya dicky memang sengaja membohongi kami agar kami tak surut semangat. “ayo bang….masih 1jam lagi kok” dicky mulai berbohong lagi. Aku hanya senyum-senyum, sampe akhirnya aku mendengar suara tawon yg sedang berbincang-bincang dengan anak sma yang tadi di pos 1 ikut rombongan kami. Sontak hatiku bersorak girang. Akhirnya sampe juga. Hari semakin senja. Koala masih menikmati sakitnya. Enggan ia tuk melangkah. Tapi aku harus memberikan semangat. Dari tempat bertemunya tawon, ternyata masih jauh lagi menuju goa walet. Tapi tak apalah. Yang penting koala sudah mau melanjutkan perjalanan. Satu jam yang panjang membuat kami berfikir bahwa satu jam adalah ….@&%*£/#(error) kami sampai pukul 19.00 di goa walet. Sudah ada dul joni, ulan, silvi, kak happy dan valdo menunggu kami. Segera tenda kami dirikan. Minuman penghangat tubuhpun aku siapkan. koala aku biarkan masuk kedalam tenda. “Biarkan dia istirahat. Semoga sakitnya bisa hilang besok pagi”. Pikirku dalam hati. Aaaaaaaah….malam yang indah. perjuangan cukup keras untuk sampai kelokasi ini. Aku nikmati dingin yang menggigit. Hangatkan dengan secangkir kopi dan duduk dekat api unggun semakin menambah keindahan malam ini di goa walet.(LCL)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun