Ingatan yang aku simpan dalam amygdalaku(*). Jadi kau tak perlu takut aku akan melupakanmu. Meski nanti kepalaku terantuk batu.
Memang akan begitu. Ingatan tinggal dan menetap, pergi dan kembali, bila ingatan itu ditanya: ia pasti merahasiakan muasal leluhurnya; sambil menerka: sesakit apa luka itu pernah ingatan terima.
Luka-luka yang sebenarnya kamu juga penciptanya. Namun ingatan tetap bisa menerima: mengabadikan sesakit apapun dengan suka cita. Sebab kamu ada di dalamnya.
Pada saat itulah doa menyelamatkan:
"Tuhan, biarkan luka itu aku simpan dalam ingatan, jadi barang bukti. Bukan berarti tak ingin melupakan, sebab suatu saat dia bisa bersaksi pada hati yang ingin mengulangi lagi. Ada luka yang masih menganga dan kamu pelakunya"