Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gaya Hidup Pilihan

Mengungkap Tabir Dibalik Pertanyaan : "Kamu, Nikah Kapan?"

10 Maret 2015   20:45 Diperbarui: 7 Agustus 2020   11:25 315 9


Akhir-akhir ini lebih sering mampir di catatan harian dan ngebahas hal-hal yang ringan. Sebelum  semester enam yang mulai tercium baunya merengek minta diselesaikan, tugas-tugasnya. Nanti kalau udah greget lagi tulisan tentang kesehatan , tentang dunia yang saya jalani sekarang ini akan saya buat lagi kok. hihi.

Nah, kali ini akan menindaklanjuti tulisan catatan harian yang beberapa hari yang lalu baru saya tulis  “Jadi Begini Rasanya Jadi, Tante!”. Ternyata ada yang perlu dibahas dan jadi pikiran ,   satu hal lain yang cukup kontroversi dikalangan usia 20 tahunan dan terjadi pula pada sebagain besar teman-teman saya sendiri. Menikah.  

Melihat komentar-komentar yang nyangkut disana juga, ada beberapa yang nempel banget di ingatan. Komentar yang rasanya “nyindir” halus. Silakan ngaku bagi yang merasa nanya hal itu. Hayoo..semacam ini “Terus, tantenya nyusul kapan?’. Pertanyaan ini sama dengan kalimat yang sering menghujam ketika kumpul keluarga besar waktu lebaran atau acara besar, gak jauh berbeda dengan rasanya ditanya : “Kapan nikah?”. Rasa-rasanya sama cuma dimodifikasi saja kalimatnya, buat variasi kali yah.

Entah aturan tersebut siapa yang membuatnya, pertanyaan semacam itu sering hadir disaat momen kumpul bersama. Bayangkan bagaimana rasanya di hujani pertanyaan itu didepan banyak pasang mata. Rasanya pengen banget pertanyaan itu dihanyutkan saja. Okelah kalau yang sudah punya calon , tapi... Ngenes , kalau belum punya calon alias “terlalu asik sendiri”, pada kalangan jomblo. Dan barangkali langsung buat status dengan hastag #disitukadangsayamerasasedih *puk-puk*

Berita baiknya , pertanyaan-pertanyaan seperti itu, rasanya akan segera pindah haluan kepada saya tahun ini. Karena kakak perempuan sudah menikah. (Ya masa ditanya “kapan nikah” lagi.) Saya tahu bahwa pertanyaan ini bukan todongan  untuk menikah cepat-cepat.Lagian saya sendiri juga masih duapuluhan awal, masih mengejar cita-cita #ciee. Ambil baiknya aja, bahan bercandaan yang rasanya nyesek dan jleb-jleb. Hal ini mungkin yang dirasakan kakak perempuan ketika dulu sebelum menikah, bertubi-tubi dari mulut ke mulut dengan pertanyaan yang serupa berinti “Menikah”. 

Bicara menikah , tak banyak yang saya tahu secara rinci. Karena saya sendiri belum menikah. hehe. Tapi ada yang cukup  menarik yang ingin saya bagikan nih terkait isu pernikahan di usia duapuluhan dan sering melanda mahasiswa disaat tugas-tugas kuliah mulai datang melamar silih berganti dan tidak ingin diceraikan alias tugas yang datang tiada hentinya. Contohnya saja pada semester 5 yang lalu, saya pernah menemukan gambar DP teman-teman yang cukup menggelikan. Kalau engga salah bunyinya seperti ini

 “Selamat Anda memasuki semester dimana Anda menyerah dan ingin nikah saja”.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun