Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Artikel Utama

Menemukan Kompasiana Dimeriahnya Kompas Kampus Jogjakarta

15 Maret 2015   12:28 Diperbarui: 7 Agustus 2020   11:31 444 39

Jogjakarta,  kota yang memang sudah saya rencanakan untuk disinggahi bahkan sejak Januari. Tapi ada saja, entah alasan atau halangan untuk menunda kepergian menuju ke sana. Padahal kalau dari Temanggung cukup dua jam saja, tidak terlalu jauh. 

Hingga pada suatu hari di akhir bulan Februari, saya mendapatkan info akan adanya acara yang diselenggarakan Kompas Kampus bersama koleganya (produk Kompas lain seperti Kompas.com, Kompasiana, dan Kompas TV hehe) di Jogjakarta. Yup... barangkali dengan adanya acara tersebut menjadi dasar terkuat untuk segera ke sana dan tidak pakai menundanya, hihi...

Acara Kompas Kampus yang Harus Kalian Datangi!

Acara Kompas Kampus ini diselenggarakan pada tanggal 13-14 Maret 2015 dengan menyuguhkan berbagai macam acara yang menarik. Dan  yang lebih menarik dari acara tersebut adalah kata “gratis”, apalagi buat mahasiswa. Kapan lagi bisa ke acara yang mendatangkan orang-orang “terkenal” di Indonesia dengan cuma-cuma. Modalnya cuma satu, yaitu daftar online ajaa.. hehe. 

So, berterima kasihlah kepada Kompas yang telah mengadakan acara sekece ini untuk kalangan mahasiswa khususnya dan masyarakat umumnya. Kalau yang baru tahu, segera daftar saja soalnya konon pakai kuota, terbatas.

Oya pada acara yang berlangsung selama dua hari berturut-turut ini, saya hanya bisa menghadiri di tanggal 14 Maret, Sabtu. Karena Jumat masih harus kuliah sampai sore. Meski begitu, puncak acara sepertinya memang terjadi di hari ke-2 di mana di hari itu akan ada beberapa acara seperti Kompasiana Blogshop, Talkshow bersama Rosiana Silalahi, dan yang menjadi magnet besar di kalangan mahasiswa adalah Raditya Dika dan Panji serta di ujung acara pun akan ada pemberian doorprize sebuah i-phone6. Seruu!

Perjalanan Ke Jogja , Sendiri aja..

Sebelum masuk pada intinya, saya akan bercerita sedikit tentang perjalanan saya ke Jogja. Modal nekat  sih, saya pergi hanya sendirian saja dan memutuskan untuk naik bis patas. Biar gak telat sampai sana. Cuma butuh kurang lebih satu jam (dari Magelang) untuk sampai ke Jogja, tepatnya Terminal Jombor. Hanya dengan 15 ribu, cepat dan nyaman. 

Setelah turun dari bis, saya sadar bahwa saya buta dengan arah Jogja (karena lebih sering menggunakan kendaraan pribadi dan bukan yang megang kendalinya hehe). Tapi, tips bagi semua aja, jika kalian memang tidak tahu arah jangan pasang muka holaholo alias bingung yang terlalu. Santai aja pura-pura sudah hafal (tapi mendadak amnesia), yang paling penting adalah bertanya sama orang.

Oya, karena kebutaan arah Jogja dan takut telat saya pun memutuskan untuk naik taksi. Meminimalisasi kesasar. Seperti biasa selalu saja ada adegan debat kusir yang harus terjadi. Soal ongkos dari Jombor sampai Graha Sabha Pramana dibandrol harga 60 ribu. Haaa? Melebihi ongkos Magelang-Jogja. 

Terjadilah peperangan yang seru di antara saya dan beberapa supir taksi yang akhirnya dimenangkan saya, hhii saya tetap pada penawaran 20 ribu. Sepengetahuan saya dari Google Maps, jarak tempuh hanya bekisar 5 km saja. Dan menurut perkiraan argo versi saya sendiri dengan jarak segitu dengan menggunakan tarif bawah, 20 ribu udah pas banget karena per kilometer 2.500 rupiah dengan buka pintu 5 ribu. (Di situ kadang kemampuan matematika saya keluar. Hahaa)

 Jadi, maaf saja Pak jangan tipu mahasiswa tipe saya ini, meski emang sering banget ketipu sih. Tahu kenapa bapak supirnya luluh? Karena saya tidak sendirian, saya bersama penumpang lain- dan boleh dikata sebenarnya saya penumpang yang nebeng. Wkwk...

Akhirnya sampailah di Graha Sabha Pramana, untuk pertama kalinya nih. Memang dulu punya impian untuk kuliah di UGM sini, dan kalaupun Tuhan mengijinkan pasti bentar lagi sudah mau jadi dokter gigi #ehmalahcurhat. Lanjut ya, dan sebelum masuk gedung tersebut, saya mutuskan untuk berkenalan dengan tempat ini, mengambil sudut buat foto... gedungnya aja. Hehe

Kabar Bahagia Buat Kompasianer

Setelah itu, saya pun mulai mendekati keramaian yang mulai terasa di dekat pintu masuk. Antrian yang lumayan cukup panjang sudah terbentuk. Duh, padahal itu belum jam sepuluh loh dan belum open gate..

“Mbak, sudah punya tiketnya?”

“Belum.. saya masih yang online”

“Antri di sebelah sini mbak.” 

Waaa, alamat ikut antriiii bener.

Hingga sebuah keajaiban muncul, hihi Inisiatif aja sih, saya mencoba iseng menanyakan lagi dengan mas-mas yang tadi mengkoordinir barisan.

“Mas, saya dari kompasiana.”

“Oh, kompasiana. Ya udah silakan masuk saja mbak... nanti bilang dari Kompasiana.”

*kemudian saya mlipir*

Entah ini cuma perasaan, yang jelas sepertinya banyak pasang mata yang menghujani saya dengan kalimat, “Loh, dia kok bisa masuk gitu aja,” hehe. Asiik banget kan jadi kompasianer? So, segeralah bergabung lewat Kompasiana, masuk tidak pakai antri. Wussshhhh.. Ikuti langkahnya disini..

Setelah masuk gedung, kondisinya masih tidak begitu ramai. Oh iya, kan Open gate aja belum. Hehe. Bisa pilih-pilih kursi, tapi sayang kursi yang deretan depan sudah terisi. Duduk di yang lumayan depan deh. Tapi dari sudut di mana saya duduk, apa yang akan terjadi di depan panggung akan terlihat cukup jelas. Menonton tanpa teman ngobrol memang serasa ada yang kurang. Jadilah saya mengajak mbak di sebelah saya untuk ngobrol sepatah dua patah kata.

“Mbak, mbak kuliah di UGM yah.. ini pasti banyak anak UGM-nya juga ya”

“Iyaa, lho emang mbak gak dari UGM? Ada juga yang dari IAIN  kok mbak.”

“Enggak mbak saya dari UNDIP, Semarang.”

“Semarang? Mbak bela-belain buat nonton kompas?”

*hehehe*

Gak heran sih, jika yang mendominasi adalah anak-anak Jogja pada umumnya. Karena tepatnya emang di Jogja. Yaaa, anggap saja saya (mantan calon) mahasiswi UGM juga. Duluuu... Lanjutt..

Ada Acara Apa Aja Sih?

Beberapa  penampilan  disuguhkan  mahasiswa UGM. Ada penampilan musik dan tari. Hiburan mata dan telinga. Sayangnya, kenapa tidak menampilkan tarian asli jogja juga? Kan bisa jadi ciri khas tempat acara tersebut berlangsung. Hehe #usulyangnyempil

Kompasiana Menyapa di Kompas Kampus

Masuk pada acara Kompasiana Blogshop, pembicaranya adalah Bapak Iskandarjet. Sebelumnya saya hanya bisa tahu beliau dari Kompasiana dan Facebook, dan kali ini orangnya ada di depan mata. Apa yang beliau sampaikan dan cara penyampaian yang beliau lakukan memang menarik. Jadilah tidak heran jika pada sesi pertanyaan ada yang gatel buat maju ke depan.

 Satu hal yang menurut saya menarik adalah pertanyaan tentang “Apa keuntungan jika menulis di Kompasiana?” Hmm... saya jadi gatel juga pengen jawab. Wkwk. Yaa, dengan jawaban yang menarik dari Pak Isjet yaitu, "kembali lagi pada diri kamu sendiri, sama halnya ketika kamu update status , ngetweet di Twitter atau upload foto-yang lebih penting adalah personal branding. Ah, suka banget sama jawaban ini ^_^ About your personal branding!"

Melenceng sedikit mumpung lagi ngomongin personal branding. Bener banget apa kata Pak Isjet, di mana ketika kita menulis dengan rubik yang diseriusi, otomatis kita akan mendapat identitas dari jenis tulisan yang kita buat. Saya pernah merasakannya sendiri, apa yang terjadi pada bulan Februari lalu mungkin bisa karena adanya personal branding. Di mana saya memang suka menulis tentang keilmuan yang sedang saya jalani, gizi. Hingga pada peringatan hari gizi, sebuah majalah nasional menawarkan dirinya untuk memuat tulisan saya tentang gizi.

Keuntungan berkompasiana, hanya berlaku bagi yang melakukannya kalau hanya nanya saja yaa gimana bisa tahu?

Akhirnya Bertemu Kompasianer

Setelah acara Kompasiana Blogshop selesai, acara berikutnya adalah istirahat atau yang mau bisa ketemu sama comica. Nah, di sela-sela sesi istirahat saya mendapatkan sebuah pesan dari Mas Arif L Hakim, kompasianer Jogja, alumni Indonesia Mengajar ituu juga lhoo. hehe. Dari isi pesan tersebut ternyata beberapa kompasianer sudah berkumpul bersama Pak Isjet di sayap kanan.

"Piye? sini ajaaa"-

Nah di situ tuh posisi saya ada di sayap kiri, duhhh. Kegalauan pun sempat singgah antara meninggalkan kursi ini atau menemui mereka. Hihi. Asal kalian tahu bahwa suasana gedung cukup crowded, tak jarang ditemukan wajah-wajah kecewa tak mendapatkan kursi. Pertempuran dalam hati pun terjadi, meninggalkan atau menemui. Dan sebuah pertanyaan dalam hati yang begitu luar biasa dorongannya adalah “Sudah sampai di Jogja, mereka ada di sini..dan kamu masih aja duduk gak menemui mereka? Haaa? Ini kesempatan, kapan lagi?”

Ya udah dengan tekad bulat saya pun memutuskan untuk meninggalkan kursi (yang lumayan posisinya di depan) ini dan bakal jadi sasaran mata-mata yang kecewa. #halah Tapi biar saya engga kecewa juga, saya pun mencolek mbak-mbak di sebelah saya kemudian menitipkan pesan penting, “Mbak, kalau sampai jam setengah dua saya gak balik ke sini lagi... kursi ini saya relakan buat siapa aja.” Dan mbak yang baik hati itu pun menjaga kursi sampai saya kembali sebelum jam setengah dua *bukanceritacinderellaya hehe

Iya ini adalah cara jitu untuk tidak mendapatkan double kecewa yang berpeluang terjadi. Satu, ketika meninggalkan kursi sampai di sayap kanan eh tidak menemukan kompasianer. Kedua, ketika balik lagi ke kursi itu lagi,eh udah dipakai orang. Jadi, tips lagi buat kalian yang berencana bertemu di keramaian, ya gini. boleh dicobaa yaa... Hehe

Walaupun berat hati meninggalkan kursi, saya pun menuju sayap kanan. Dan, hanya punya waktu 20 menit untuk menemukan kompasianer. Pukul 01.10 saya mulai mencari-cari. Di manakah posisi Mas Arif dan kompasianer lain? Dannnn... sebuah panggilan muncul dari mas Arif

“halo mas, mas disebelah mana?”

“Kanan, kursi paling belakang”

Ndilalah, pas lagi ngangkat telfon mata sambil nyari-nyari. Eh ada yang lagi nelfon dari radius berama meter ya itu. Hihi. Yaaaap Mas Arif melambaikan tangannya. Kemudia mendekat deh ke tempat Mas Arif dan beberapa kompasianer yang juga duduk di sana. Oya, kemudian datang juga Pak Iskandar Zulkarnaen, waaa... akhirnya bisa kopi darat sama teman-teman Kompasiana sekaligus bertemu langsung orang penting Kompasiana. Sebenarnya juga masih heran sih, dari sekitar 20-an lebih yang mendaftar... yang terkumpul di situ cuma 10-an kurang, lainnya ke mana ya? Hehe ^_^

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun