Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Artikel Utama

Kalau Beli Produk Kemasan, Tolong Jangan Cuma Lihat Kadaluarsa

16 Januari 2015   03:35 Diperbarui: 7 Agustus 2020   09:40 933 0

Pernah beli produk kemasan makanan atau minuman? Aha, yakin 100 persen pasti pernah. Apalagi di zaman yang serba modern  yang menjadikan apa-apa  jadi praktis.  Lantas, apa sih yang sering kalian lihat pertama kali selain kemasan yang apik, warna mencolok, bentuk lucu atau gambar yang menggoda? Cobalah melakukan survei pada diri sendiri:  seberapa sering sih ngeeh atau sadar untuk melihat  tanggal kadaluarsa pada kemasan tersebut?

Mengetahui tanggal kadaluarsa pada sebuah produk kemasan adalah hal yang penting loh. Karena asal-asalan beli tanpa teliti tanggal kadaluarsa malahan bisa-bisa merugikan kita sendiri. Mulai dari keracunan atau bisa lebih fatal. Hiiii...cukup menakutkan bukan? Oya, tulisan ini tidak akan banyak membahas tentang kadaluarsa. Karena pasti sudah lebih paham dari dampak-dampak yang terjadi apabila mengkonsumsi makanan atau minuman kadaluarsa. 

Kali ini, yang akan dibahas adalah hal yang sering ada tetapi sering juga diabaikan. Padahal sebuah perusahaan atau industri untuk bisa mencantumkan ini perlu penelitian dan mengeluarkan biaya lhoh. Coba apa? Yup, Informasi Nilai Gizi atau Nutrion fact. Biasanya bisa ditemukan dibalik produk kemasan (jarang ditemukan diproduk industri rumahan) yang dikotak-in itu. Pasti sudah sering lihat dong, apa bagi kalian tulisan ini hanya hiasan dari produsen saja? Noooooo...

Membaca label pada kemasan pangan merupakan salah satu dari Pesan Dasar Gizi Seimbang. Namun, Fakta yang pernah dikemukakan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada 2007 hanya 6,7% konsumen yang memperhatikan. Bandingkan dengan Amerika yang 8 dari 10 konsumen hampir sering memperhatikan label dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam membeli produk pangan.  Untuk itu kesadaran untuk membaca label informasi nilai gizi / nutrition fact di Indonesia perlu ditingkatkan (lagi)?

Bahkan hal ini pun tertulis resmi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun1999 tentang Label dan lklan Pangan. Pada pasal 2 menyebutkan “Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan Label pada, di dalam, dan atau dikemasan pangan” ( bagian utama label sekurangkurangnya memuat: nama produk;berat bersih atau isi bersih;nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia).

Di Indonesia , Informasi Nilai Gizi bisa juga dikenal dengan Nutrition Information / Nutrition Fact /Nutrition labeling. Kalau diartikan secara sederhana, informasi nilai gizi adalah daftar kandungan zat gizi yang terdapat dalam produk tersebut yang sebagaimana dicantumkan sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Kenapa harus ada informasi nilai gizi?

Karena pada kenyataannya hal ini akan bermanfaat untuk kita. Sebagai konsumen, tentu kita akan memilih produk yang berkualitas bukan abal-abal. Nah, dari informasi gizi ini kita bisa mengetahui apakah makanan ini baik atau tidak. Selain itu, akan sangat bermanfaat bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu. Misal seseorang yang punya riwayat hipertensi (darah tinggi) akan membatasi garam , diabetes (kencing manis) membatasi gula atau bisa juga kalau yang sedang dalam rangka program diet membatasi dengan kalori.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mungkin kalian pernah menemukan produk yang tidak memiliki informasi gizi (hanya sebatas nama, berat dan alamat produksi). Memang, peraturan yang ada masih bersifat sukarela alias boleh ada  boleh tidak. Tapi hal ini wajib bagi makanan yang mengandung  penambahan vitamin, mineral, dan atau zat gizi lain (biasanya pada produk untuk diet khusus) dan atau yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan (pangan wajib fortifikasi).

Sudah mulai tumbuh kesadaran untuk membaca informasi nilai gizi? Kalau sudah, saya akan menjelaskan tahap selanjutnya yaitu cara membacanya. Tapi sebelum menjelaskannya, kalian harus tahu apa aja hal-hal yang dicantumkan. Perhatikan gambar dibawah ini :

Informasi yang wajib ada : Takaran saji , Jumlah Sajian  per Kemasan, Catatan Kaki (kotak merah)

Takaran saji atau jumlah produk pangan yang dikonsumsi dalam satu kali makan. Biasanya dinyatakan dalam ukuran rumah tangga (sendok teh, sendok makan, sendok takar, gelas, botol, kaleng, mangkok, bungkus dsb) dan harus diikuti dengan jumlah dalam satuan metrik (mg,g,ml). Penentuan takaran saji ini tidak sembarangan dan harus melalui persetujuan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Contoh  : 3 sendok makan (27 gr)

Dibawahnya ada jumlah sajian per kemasan yang menunjukkan jumlah takaran saji yang terdapat dalam satu kemasan pangan tersebut. Pada kemasan diatas adalah 1 sajian. Nah disini harus benar-benar jeli, karena yang dicantumkan adalam per sajian. Jadi jika berat sebuah makanan adalah 60 gr sedangkan persajian adalah 15 gram , kalori yang kita makan setara dengan 4 kalinya (60 dibagi 15).

Catatan kaki dicantumkan untuk menjelaskan bahwa persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) dihitung berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Tapi tidak perlu untuk pangan bagi anak usia 6-24 bulan dan 2-5. Nah, kebutuhan kalian bisa jadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari usia, jenis kelamin dan aktifitas fisik.

Zat Gizi yang wajib ada : Energi Total, Lemak Total, Protein, Karbohidrat total dan Natrium (kotak hijau)

Zat gizi ini biasanya dinyatakan dalam persen dan gram (kecuali natrium menggunakan miligram)

Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan syarat : mengandung zat gizi dalam jumlah tertentu , dipersyaratkan untuk ditambahkan/difortifikasi, membuat klaim yang berhubungan dengan zat gizi tersebut

Zar gizi ini antara lain : energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin, A, vitamin C, kalsium, zat besi.

Zat gizi lain yang dapat dicantumkan (sukarela)

jika akan dicantumkan, maka harus memenuhi ketentuan. Antara lain : Energi dari lemak jenuh, MUFA, PUFA, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain.

Format Informasi Nilai Gizi dari bentuk, susunan informasi dan cara pencantumannya pun beragam. Jika berdasarkan luas permukan label pangan dapat dibagi menjadi format vertikal ( lebih dari 100 cm2) dan Horisontal ( kurang dari 100 cm2). Ada juga loh yang cukup dengan menuliskan : untuk Informasi nilai gizi silahkan hubungi (telepon).

Nah, Sekarang coba baca label informasi gizinya yuk

Diatas adalah label informasi gizi dari sebuah produk makanan biskuit dengan lapis kacang. Yumy, kelihatannya sih kecil tapi ? Lihat faktanya yuk. Disana dituliskan takaran saji 3 pasang (3 biskuit) yang setara dengan 15 gram. Sedangkan jumlah sajian perkemasan adalah 4. Artinya, dalam satu kemasan ini direkomendasikan 4 kali sajian- yang bilamana jika kita habiskan semuanya berarti kita telah memakan setara 4 kali pasokan gizi yang dicantumkan. 

Jumlah energi total persajian adalah 80 kilokalori, jadi kalau kita memakan satu bungkus makanan ini dikalikan 4 ya. Coba 80 dikali 4 sama dengan 320 kalori. Wow, hampir setara dengan 2 centong nasi ukuran 100 gram. Gimana?

Nah, untuk zat gizi yang dihitung berdasarkan AKG misalnya disitu tertera 4 gram lemak total dan sampingnya 6%, apa artinya? Angka 6% tersebut menandakan bahwa kita telah dianggap mencukupi sebanyak 6% dari kebutuhan kita hari itu . Kita masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi lemak sebesar 94% lagi. Oyaa perlu diingat kembali bahwa AKG  itu bisa saja lebih rendah atau tinggi. Tergantung kebutuhan kalori masing-masing individu. Bisa cek disini nih

Pada produk kemasan, perhatikan jumlah natrium yang terkandung . Bahan ini biasanya digunakan sebagai pengawet makanan jadi akan cukup tinggi. Rekomendasi perhari rata-rata 2.300 miligram ya. 

Catatan lagi, jika pernah menemukan produk yang bertuliskan rendah/bebas baik itu kalori/lemak/gula/garam. Bukan berarti tidak mengandung bahan-bahan tersebut. Jangan salah presepsi! Sebuah produk dikatakan bebas kalori (calorie free) jika kurang dari 5 kalori/ takaran sajian, rendah jika kurang dari 40 kalori. Begitupun yang lain, karena pada dasarnya terdapat ketentuan yang berlaku dari bahan tersebut. Bukan benar-benar free gitu.

***

Begitulah kira-kira caranya, mudahkan? Memang hal ini terlihat sepele jadi sering disepelekan. Padahal ada tujuan yang baik untuk kita sebagai konsumen loh. Bukan itu saja, sebagai konsumen kita pun harus mulai cerdas dalam artian tidak hanya tergoda pada kemasannya dan rasanya saja. Apakah gizinya benar-benar akan bermanfaat bagi kita. Yuk jadi konsumen cerdas!!

Oya pada “Journal of the American Dietetic Association” pun pernah mengatakan bahwa orang yang rajin membaca label nilai gizi pada kemasan cenderung lebih sehat, punya konsumsi lemak yang lebih rendah loh. 

So, tunggu apa lagi. Sehat berawal dari kita sendiri dan dengan ini kita telah melakukan salah satu dari Pesan Dasar Gizi Seimbang. Horeee!! 

Tulisan ini sama sekali tidak menggurui, hanya ikut mengajak untuk lebih jeli dan menganggap bahwa "informasi nilai gizi" itu ada. hehe :D

Salam Bergizi Tinggi,

Listhia H Rahman

 Bacaan : Info POM . http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/0509

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun