Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Wisata di Cirebon yang Menyebalkan

30 Desember 2014   20:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 133 0
Tanggal 27-28 Desember kemarin saya bersama rombongan berwisata ke Cirebon. Hari pertama karena hujan deras maka kami hanya bisa mengunjungi Ikan Dewa di Cibulan, sambil bernostalgia ketika kecil setiap tahun saya selalu berlibur di kota udang dan tentunya tak lupa berenang di Cibulan ini.

Di Cibulan ada 7 sumur, anehnya lokasi sumur yang cuma seputaran itu saja diberi nomer yang lokasinya tidak berurutan, untuk masuk ke lokasi sumur ini dikenai retribusi sukarela, meski pun di pintu gerbang sudah kena biaya tiket.  Di tiap-tiap sumur dimintai lagi sumbangan sukarela dan buntutnya karena ada pemuda yang menunjukkan lokasi sumur "wira-wiri" ini mengatakan "Untuk guide silahkan memberikan sumbangan sukarela".

Keesokan harinya kami berkunjung ke keraton Kasepuhan.  Untuk masuk ke lokasi keraton cukup menyulitkan karena banyaknya pedagang, jadi kami harus melalui lorong-lorong penjual, katanya karena ini Maulud-an maka banyak pedagang.  Pertama kami dimintai uang untuk masuk ke keraton, baru jalan beberapa meter ada lagi yang minta sumbangan, di pintu gerbang baru ada tiket masuk.  Bukan hanya itu saja, di dalam area keraton, ketika mengunjungi ruang senjata dll, ada saja permintaan sumbangan untuk kebersihan, bukan satu tetapi banyak.  Ketika mengunjungi sumur tua, di pintu gerbang ada lagi kotak dan dijaga dua pemuda yang minta sumbangan lagi, saya katakan nanti ya keluarnya karena guide sudah masuk dan mulai memberi penjelasan, maka saya akan membayar nanti supaya tidak ketinggalan kisah dari si guide.  Akibatnya salah satu pemuda itu marah dan mengatakan "Nyolong wae".

Ternyata menurut guide kami, permintaan uang yang resmi hanyalah satu yaitu di pintu gerbang tempat membeli karcis.  Sedangkan yang lain-lain itu liar dan bukan dari pihak keraton.  "Lho, kenapa tidak dibersihkan dan dikelola oleh pihak keraton saja supaya lebih tertib dan tidak menjengkelkan karena tiap kali dimintai sumbangan sukarela?"  Jawab guide, "Sudah banyak keluhan seperti yang ibu katakan tadi, tapi kami tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka datang dan membantu menyapu, sedangkan pihak keraton tidak memberikan upah kepada mereka itu".

Wuah, jawaban yang tidak masuk akal bagi saya lho ya.  Alangkah baiknya bila pihak keraton membuat semacam yayasan dan mengelola kebersihan.  Karcis di pintu gerbang dapat dinaikkan dan hasilnya dibagi, sekian persen untuk kebersihan, sekian persen untuk renovasi, sekian persen untuk gaji karyawan, dll.

Sungguh saya kapok berkunjung ke Cirebon untuk berwisata, karena banyaknya sumbangan yang tidak jelas. Ilmu aji mumpung karena musim libur sekolah dan Maulud-an mengeruk uang sebanyak mungkin pada saat musimnya.  Inilah salah satu yang dikeluhkan oleh seorang wisatawan dari luar negeri "Orang Indonesia hanya berpikir sekarang, tidak berpikir jauh ke depan, kami wisatawan asing yang datang bisa bercerita kepada teman-teman di negara kami bahwa tempat ini layak dikunjungi, Indonesia indah, tetapi saya tidak suka dengan cara macam demikian".

Saya malu dan prihatin sekali dengan pariwisata di negeri ini.  Memang benar apa yang dikatakan wisatawan asing tersebut, mudah-mudahan Menteri Pariwisata dan tim yang sekarang bisa memberikan peran yang lebih mantap dalam mengelola pariwisata di Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun