Masalah politik Malaysia tidak hanya dibahas sampai situ saja oleh para sineas Malaysia. Ada lagi film dokumenter berikutnya yang berjudul "Malaysian Gods" karya Amir Muhamad. Bedanya adalah, film ini langsung mengangkat 'topik modern' alias yang belum lama terjadi. Pada bulan September 1998, Anwar Ibrahim dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia. Pemecatan dan susulan hukuman yang dijatuhkan padanya atas tuduhan korupsi dan sodomi telah memicu gelombang protes di jalanjalan oleh kaum oposisi, atas nama “reformasi”. Malaysian Gods melihat pada sejumlah protes penting tersebut dengan menyajikan arsip footage wawancara orang-orang yang masih hidup, mengunjungi lokasi-lokasi demonstrasi sepuluh tahun kemudian. Seluruh wawancara dilakukan dalam bahasa Tamil, bahasa utama dari tiga suku mayoritas. Apa yang dikatakan warga saat ini mengenai kondisi dan harapan serta mimpi-mimpi mereka? Dan apakah para tokoh social politik Malaysia telah mengubah banyak hal setelahnya? Jika kita lihat dari sinopsisnya, "Malaysian Gods" layak kita jadikan sebagai cermin untuk merefleksikan kisah bangsa kita sendiri. Sejak gerakan reformasi bergulir dari tahun 1998 hingga sekarang, apa saja kemajuan yang berhasil kita raih? Atau jangan-jangan gerakan reformasi itu hanya membawa harapan utopis yang semu, padahal kita semakin menderita dengan situasi saat ini. Dua film di atas rencananya akan diputar pada festival Screen Below The Wind hari ini, pada pukul 13.00 - 16.30. Untuk info lebih lanjut seputar festival Screen Below The Wind bisa cek
jadwalnya di halaman ini. Atau bisa juga cek langsung websitenya di
http://screenbelowthewindfest.net juga facebooknya di
https://www.facebook.com/sbwfest *poster film "Wayang Rindukan Bayang" diambil dari blog
http://mamuvies.blogspot.com * ilustrasi film "Malaysian Gods" diambil dari situs
dahuangpictures.com
KEMBALI KE ARTIKEL