Saya pun merasakan hal yang sama, tak jarang merasa mengantuk di tengah-tengah jalan cerita. Hingga pada suatu hari, saya sedang naik pesawat untuk ke luar kota. Kebetulan maskapai yang saya gunakan ini memiliki fasilitas hiburan pada kursi penumpang. Jadilah, saya mulai berselancar, memilih film yang akan menemani saya selama perjalanan.
Setelah cukup lama mencari film yang menarik, pilihan jatuh kepada Battle of Surabaya. Saya cukup terkejut karena ternyata ada film sejarah animasi buatan animator Indonesia. Awalnya, saya berekspektasi bahwa film ini pun tidak akan jauh berbeda dengan film sejarah lain yang kaku dan juga terkesan "berat".
Menit demi menit berlalu, saya sungguh menikmati alur cerita yang disampaikan melalui karakter-karakter utama seperti Musa, Yumna, Danu, A.W.S Mallaby dan Capt Yoshimura. Film yang diadaptasi dari kisah pertempuran 10 November di Surabaya ini dibuat fiksi tokoh dan dan ceritanya, namun memperlihatkan kondisi pertempuran pada masa perang Surabaya tahun 1945.
Singkat cerita, film ini menceritakan pertualangan Musa, seorang remaja tukang semir sepatu yang menjadi pembawa surat bagi pejuang arek-arek Suraboyo dan TKR. Perjuangan Musa tidaklah mudah. Sebagai kurir surat yang mengandung kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan oleh Bung Tomo, Musa mengalami berbagai hal selama perjuangannya. Kehilangan harta dan beberapa orang yang dicintainya menjadi beban berat yang harus dialami oleh Musa selama mengemban tugas.
Fim animasi dua dimensi yang berdurasi 1 jam 39 menit ini memiliki visual yang sangat baik, dengan teknologi animasi yang mumpuni dari STMIK Amikom dan MSV Pictures. Rasanya bangga sekali melihat karya anak bangsa yang bisa berkualitas tinggi seperti ini. Seluruh karakter digambarkan dengan baik dan detail, kualitas suara, latar pertempuran, dialog semuanya juara. Para pengisi suaranya pun juga berasal dari kalangan artis terkemuka, misalnya Yumna yang diisi suaranya oleh Maudy Ayunda, Danu yang diisi suaranya oleh Reza Rahadian.
Selain itu, untuk karakter yang non-Indonesia seperti Captain John Wright diisi suaranya oleh Jason Williams, Captain Yoshimura oleh Tanaka Hidetoshi, Mr. Ploegman oleh Patrick, A.W.S Mallaby oleh Alejandro Esteban, Kioko oleh Sana Hamada, P.J.G Huijer oleh Vanhoebrouck Patrick Bernard dan Goerge Van Der oleh Khairi Van Basten. Hal ini yang saya sukai, karena jika penokohannya bukan orang Indonesia, sebaiknya menggunakan paling tidak orang yang berasal dari negara tersebut. Sehingga, karakternya akan terasa lebih nyata dengan "cengkok" atau aksen yang pas sesuai dengan tokoh yang diperankan. Apalagi jika tokoh tersebut juga menggunakan bahasa Belanda atau Jepang contohnya.
Sebagai tambahan, film animasi yang dirilis tahun 2015 ini mendapatkan penghargaan untuk festival film mancanegara misalnya Best Animation Film di European Cinematography Awards tahun 2018, Best Animation Hollywood international Motion Pictures Film Festival tahun 2018, Best Animation di Amsterdam International Film Festival 2018, Best Animation, London, Gold Movie Awards tahun 2018, Best Animation di Oniros Film Awards 2018, Outstanding Achievement Award-Animated Film di Calcutta International Cult Film Festival 2018 dan masih banyak lainnya.
Tidak hanya sampai disitu, film yang disutradarai oleh Aryanto Yuniawan ini juga berhasil ditayangkan sebagai Special Screening di New Chitose Airport Animation Festival Japan (2016), Athens Animfest, Greece (2016), dan Official Selection, Animation Dingle, Ireland (2016). Rasanya bangga sekali melihat karya anak bangsa bisa ditampilkan di luar negeri. Hal ini tentunya akan menjadi sebuah tonggak sejarah perfilman sejarah animasi Indonesia. Saya berharap semoga di masa mendatang akan semakin banyak film animasi sejarah Indonesia yang bisa melebarkan sayapnya di ranah dunia perfilman Internasional. Mari kita nantikan!