Tubuhku hanya satu, begitupun dengan hati dan jiwaku. Namun tidak demikian dengan luka yang kumiliki, bertebaran dimana-mana entah itu berkeping-keping hingga berkawah-kawah sembilu dan perih. Bukan berarti aku manusia yang kerap disakiti atau dicemooh, melainkan akulah tersangka utama dalam menyakiti diri sendiri. Aku menggores luka di kulitku sendiri, menampar pipi sendiri, memukul badan dengan kepalan keras, memasang bola besi di kedua pergelangan kaki, merantai sekujur badanku dengan rantai besi, dan seluruh siksaan jiwa raga lainnya.