Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Fabel - Persahabatan Akil dan Noya [Bagian 23]

24 Januari 2019   14:22 Diperbarui: 24 Januari 2019   14:26 33 5
Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9 - Bagian 10 - Bagian 11 - Bagian 12 - Bagian 13 - Bagian 14 - Bagian 15 - Bagian 16 - Bagian 17 - Bagian 18 - Bagian 19 - Bagian 20 - Bagian 21 - Bagian 22





Mereka tidur dengan nyenyak malam ini. Demikian juga Akil, yang sangat gelisah dan kangen dengan kedua orang tuanya. Namun, Akil bangun lebih awal yang sudah menjadi kebiasaannya. Kali ini tidak untuk membereskan rumah, tetapi mencari buah-buahan untuk sarapan bersama.

Akil meninggalkan Pak Elang, Moeza, merpati putih, dan dua anak kambing tersebut saat mereka masih tertidur. Dengan cepat dan gesit, Akil memilih jalan yang telah ditentukan sendiri, yaitu jalan yang kemarin Akil lalui. Namun setelah sampai tepi sungai, Akil milih belok ke arah kiri. Karena arah kanan sudah dituju kemarin.

Di sana Akil menemukan buah mentimun, labu kuning dan juga lobak. Akil mengambil seperlunya, kemudian mencuci buah-buahan tersebut di sungai yang dangkal. Dan Akil pun memutuskan untuk kembali ke bawah pohon randu besar tempatnya singgah. Namun, punya niat untuk kembali lagi ke sungai mencari air minum.

Saat Akil sampai di bawah pohon randu, ternyata baru Mueza yang bangun. Mueza duduk diam saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Mueza, kamu sudah bangun?" sapa Akil saat melihat Mueza hanya terduduk diam.

"Iya, aku sudah bangun. Aku hendak mencarimu, tapi aku takut tersesat," jawab Mueza dengan senyum manisnya.

"Kamu sudah baikan?" tanya Akil selanjutnya.

"Iya, aku sudah baikan!"

"Mueza, kamu sarapan dulu. Aku membawa yang lain dari kemarin," Akil pun menawari Mueza untuk sarapan.

"Aku belum lapar, nanti saja sarapannya barengan yang lainnya."

Akil lalu menata buah yang didapat tersebut dengan rapi di atas daun pisang yang sudah dipetiknya sejak kemarin.

"Akil, aku bantu ya," kata Mueza menawarkan diri.

"Iya, boleh!"

Hanya dalam hitungan beberapa menit, mereka selesai menata buah dengan rapi. Nampak indah dan sungguh menggoda siapapun yang melihat susunan buah tersebut.

"Akil, ini sangat bagus!" kata Akil yang kagum dengan hasil kerja dirinya dan Akil.

"Iya, ini karena kamu yang punya ide."

"Ini juga karena kamu yang membantuku, Akil!"

"Oh iya, sekarang tinggal mencari air minum. Kamu tunggu di sini Mueza, aku mengambil air minum dulu," kata Akil.

"Aku ikut, Akil!"

"Kamu di sini saja, nanti kalau Paman Elang mencari kita bagaimana?" kata Akil sambil menolak permintaan Mueza dengan sopan.

"Oh begitu. Baiklah, Akil!" kata Mueza dengan semangat.

Akil lalu mengambil air minum sendirian di sungai. Sedangkan Mueza mencari kesibukan untuk membersihkan tempat singgah yang nampak sedikit kotor.

Namun, di tengah perjalanan Akil dikejutkan oleh suara berisik yang penuh canda tawa. Akil mencari sumber suara tersebut. Semakin mendekat, dan semakin jelas apa yang Akil dengar. Suara tersebut tidak asing lagi bagi Akil. Suara yang lembut dan sering menyanyi dengan lagu yang Akil hafal. Jantung Akil berdetak kencang. Namun Akil mencoba lebih mendekat lagi untuk meyakinkan sumber suara tersebut. Semakin lama suara tersebut semakin menghilang dan tidak terdengar lagi. Suara derap kaki pun juga tidak nampak terdengar.

"Ah, mungkin ini perasaanku saja," kata Akil dengan suara pelan dan langsung melanjutkan perjalanan menuju sungai untuk mendapatkan air minum.

Dengan cepat dan cekatan, Akil pun bisa mendapatkan air minum untuk persediaan. Setelah dirasa cukup, Akil kembali ke tempat singgah di bawah pohon randu.

"Akil, lama sekali sih?" tanya Mueza saat melihat Akil datang sambil membawa air minum.

"Lama? Aku merasa aku sangat cepat!" jawab Akil yang merasa aneh dengan pertanyaan Mueza.

"Ini sangat lama, Akil. Paman Elang sudah terbang mencarimu, karena khawatir denganmu," jawab Mueza dengan jujur.

"Iya, Akil. Kami juga sudah sarapan," sahut salah satu anak kambing tersebut.

"Lihatlah, matahari sudah bersinar cerah!" sahut anak kambing yang satunya lagi.

"Oh, benarkah?" kata Akil sambil bengong, untuk mengingat apa yang terjadi dengannya tadi hingga memakan waktu lama hanya sekedar untuk pergi mengambil air minum.

"Ya sudahlah, Akil! Ayo sarapan sini," ajak merpati putih dewasa sambil menyiapkan sarapan untuk Akil.

Akil lalu sarapan buah yang didapatnya tadi. Dengan tertib dan sesuai etika. Dan setelah selesai makan pun Akil membereskan semuanya sendiri.

"Akil, nanti siang Bibi hendak pulang ke rumah. Kasihan, anak Bibi pasti sedang bingung mencari Bibi," kata merpati putih dewasa tersebut untuk berpamitan kepada Akil.

Akil bengong. Tetapi segera sadar jika ada yang mengkhawatirkan merpati putih. Dan Akil juga mulai sadar jika ada yang mengkhawatirkannya saat ini, yaitu ayah dan ibunya.

"Iya, Bibi. Pasti anak Bibi sangat sedih menanti Bibi pulang," kata Akil yang semakin merasa bersalah atas kebohongannya selama ini.

"Kamu baik-baik ya, semoga kamu juga segera bertemu dengan keluargamu. Keluargamu pasti kangen sama kamu," kata merpati putih sambil mengusap kening Akil.

Mueza duduk sendiri dan nampak mendengar obrolan Akil dan merpati putih. Tetapi Mueza tidak mau meninbrungnya, karena merpati putih sudah berpamitan dengannya tadi. Sedangkan dua anak kambing dari tadi hanya sibuk makan rumput, tidak terlibat ataupun mendengar obrolan Akil dan merpati putih.

Namum, tiba-tiba dua anak kambing tersebut berlari kencang menuju Akil.

"Akil, Akil, Akil! Ada yang mencarimu!" panggil dua anak kambing tersebut secara bersahutan.

"Siapa?" tanya Akil yang merasa kaget dengan panggilan yang keras dan berulang tersebut.

"Ayah dan ibumu. Mereka ada di sana. Tadi mereka menyanyi sambil menyebut namamu. Nyanyiannya sangat indah. Kami penasaran, lalu kami mencarinya. Setelah tahu yang menyanyi adalah kelinci, kami berbincang sebentar!" kata salah satu anak kambing ini tersebut dengan semangat.

"Lalu mereka bilang mencari Akil. Dan kami pun bilang kalau Akil sedang bersama kami! Lihatlah Paman dan Bibi kelinci itu sudah hampir sampai sini!" kata anak kambing yang lainnya dengan semangat dan nampak bergembira.

Akil mencoba fokus melihat yang dimaksud dua anak kambing tersebut. Namun, tampak buram karena air mata sudah mulai mengalir dari mata Akil.



Bersambung... 


Ditulis oleh Lina WH

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun