Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Fabel - Persahabatan Akil dan Noya [Bagian 19]

19 Januari 2019   13:03 Diperbarui: 19 Januari 2019   13:11 74 3
Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9 - Bagian 10 - Bagian 11 - Bagian 12 - Bagian 13 - Bagian 14 - Bagian 15 - Bagian 16 - Bagian 17 - Bagian 18

Merpati putih tersebut sangat lemas. Akil lalu membaringkannya dan menyuapi air minum perlahan-lahan.

"Terimakasih, kelinci kecil," kata merpati putih dewasa tersebut dengan suara pelan dan terbata-bata.

"Sama-sama, Bibi Merpati. Bibi istirahat dulu. Jangan banyak gerak ataupun banyak bicara. Aku akan menyuapi buah naga untukmu, Bibi!" kata Akil kemudian.

Merpati putih dewasa tersebut hanya tersenyum, kemudian memejamkan mata dan tertidur. Padahal Akil belum sempat menyuapi.

Akil pun lalu memutuskan untuk mencari buah lagi. Kali ini hanya buah naga yang Akil ambil, karena mudah untuk dimakan. Dengan terburu-buru Akil kembali lagi ke bawah pohon randu besar setelah buah naga yang dipetiknya lumayan banyak.

Sesampainya di bawah pohon randu, Akil mendapati dua ekor anak kambing. Akil tahu jika Pak Elang yang membawanya dan Akil jug paham apa yang harus dilakukannya.

"Anak kelinci kecil, aku sudah lebih baik. Tapi ayah dan ibuku pasti akan kebingungan mencariku," kata anak musang tersebut sambil menangis.

"Namaku Akil. Tenang saja anak musang, kamu tahu kan di mana kamu tinggal?" tanya Akil kemudian.

"Aku tinggal di perbatasan padang ilalang dan desa Meadow Green sini. Aku tahu di mana rumahku."

"Nanti Paman Elang pasti akan menolongmu. Percayalah! Dan sekarang, istirahatlah dahulu. Aku akan membantu dua anak kambing ini," kata Akil kepada anak musang.

"Baiklah, Akil! Maukah kamu berteman denganku? Namaku Mueza," kata Mueza si anak musang yang mulai memperkenalkan diri kepada Akil.

"Tentu mau, Mueza. Aku sangat senang mempunyai banyak teman."

"Akil, bolehkah aku memakan buah bengkoang ini?" lanjut Mueza kemudian.

"Tentu boleh, Mueza. Ambillah apa yang kamu mau. Di sini sangat mudah untuk mendapatkan semua buah itu," jawab Akil sambil memberi minum kepada dua anak kambing secara bergantian.

"Terimakasih, kelinci kecil. Aku sudah lebih baik," kata salah satu anak kambing tersebut kepada Akil.

"Sama-sama. Namaku Akil. Mau buah naga? Aku suapi ya, supaya tenagamu lekas pulih," lanjut Akil.

"Terimakasih, Akil!" kata salah satu anak kambing tersebut.

Setelah selesai menyuapi buah naga kepada kedua anak kambing tersebut, Akil pun berniat untuk mengambil air minum di sungai terdekat.

"Mueza, aku akan mengambil air minum di sungai dekat sini. Kamu tetap diam di sini ya. Berbaringlah. Dan makanlah buah yang ingin kamu makan. Nanti jika Paman Elang datang, katakan kepada Paman Elang jika aku sedang mengambil air minum," kata Akil kepada Mueza.

"Iya, Akil. Aku akan mengatakan itu jika Paman Elang datang. Tapi aku sudah kenyang. Dan aku sudah merasa baikan. Aku akan membantumu menolong binatang lain yang dibawa Paman Elang kemari," kata Mueza yang sudah merasa baikan.

"Terimakasih Mueza. Tapi jangan dipaksakan jika tubuhmu masih lemah ya, kamu harus lebih sehat!" kata Akil yang kemudian segera pergi meninggalkan Mueza dan binatang lainnya.

Mueza sebenarnya masih lemas. Tetapi Mueza ingin seperti Akil yang bisa membantu makhluk lainnya. Kemudian Mueza pun membelah buah naga menjadi dua bagian. Lalu disiapkan kepada merpati putih dewasa yang nampak lebih lemas.

"Bibi, aku suapi perlahan-lahan ya! Dari tadi Bibi belum makan," kata Mueza kepada Bibi merpati dewasa.

"Baiklah anak musang yang baik, tapi sedikit saja ya. Bibi tidak enak makan," kata merpati putih dewasa tersebut dengan suara yang sangat pelan.

Dengan tangan yang kaku dan tidak terbiasa, Mueza pun menyuapkan buah naga tersebut. Mueza tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Tetapi karena melihat Akil, Mueza pun jadi lebih ingin melakukan kebaikan kepada makhluk lain.

Seringkali buah naga yang disendoki menggunakan potongan daun pandan tersebut tumpah, hal itu terjadi karena Mueza tidak terbiasa melakukannya. Di rumah, Mueza selalu disuapi jika makan. Memakai dot jika minum.

"Anak musang, nama kamu siapa?" tanya burung merpati putih dewasa tersebut.

"Namaku Mueza."

"Nama yang bagus. Bibi rasa kamu tidak pernah makan sendiri sebelumnya ya," canda burung merpati putih dewasa sambil tersenyum kecil.

"Iya, Bibi. Aku selalu disuapi jika makan. Kok Bibi tahu?"

"Bibi melihat dari caramu memegang sendok. Dan juga buah naga yang selalu tumpah. Tapi tidak mengapa. Bibi berterimakasih karena kamu sudah menyuapi Bibi. Hingga Bibi merasa kenyang sekarang," kata burung merpati putih.



Bersambung...


Ditulis oleh Lina WH

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun