Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

[Fabel] Persahabatan Akil dan Noya [Bagian 18]

18 Januari 2019   13:20 Diperbarui: 18 Januari 2019   13:32 109 5
Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9 - Bagian 10 - Bagian 11 - Bagian 12 - Bagian 13 - Bagian 14 - Bagian 15 - Bagian 16 - Bagian 17

Setelah makan, mereka sepakat untuk tidur siang supaya tenaga pulih kembali. Baik Pak Elang maupun Akil, pasti membutuhkan tenaga yang lebih. Pak Elang terbang sambil menggendong Akil di punggungnya, tentu beban yang dibawa bertambah berat dan pegal pada bagian tubuh tertentu. Akil harus berpegangan erat dan juga menerjang angin. Walaupun digendong, tetap butuh tenaga untuk tetap bertahan di gendongan Pak Elang.

"Akil, bersiaplah. Mari kita bersihkan tempat ini. Kemudian kita terbang ke desa Meadow Green!" kata Pak Elang kepada Akil sambil membersihkan sisa sampah mereka.

Akil pun membantu Pak Elang membersihkan sisa sampah mereka. Lalu bersiap untuk terbang kembali. Pak Elang lalu merendahkan tubuhnya supaya Akil bisa naik dengan sempurna. Setelah Akil siap, Pak Elang pun segera terbang dengan sempurna. Tanpa debu dan kibasan sayapnya lembut.

"Akil, lihatlah ke bawah! Apakah kamu mengenal daerah ini?" tanya Pak Elang setelah berada di perbatasan antara Padang Ilalang dan desa Meadow Green.

Akil melihat dengan seksama. Dan merasa tidak kenal daerah ini.

"Aku tidak tahu, Paman!" jawab Akil dengan jujur.

"Benarkah? Kalau begitu, aku akan membawamu terbang di atas pusat desa Meadow Green," lanjut Pak Elang kemudian.

Akil sangat menikmati pemandangan alam desa Meadow Green. Nampak ada sebuah sungai dengan air mengalir di sana. Sepertinya sungai tersebut sama dengan sungai yang melewati Padang Ilalang.

Pak Elang kaget. Dengan sangat jelas, mata Pak Elang bisa menangkap kobaran api besar di depan. Pak Elang penasaran, kemudian terbang menuju ke sana. Dan betapa kagetnya Pak Elang ketika mengetahui ada kebakaran lahan jati.

"Paman, panas sekali. Dan mataku juga pedih!" kata Akil yang belum mengetahui adanya kebakaran lahan jati di depan sana.

"Akil, ada kebakaran lahan jati di depan sana! Kamu turun ya, di bawah pohon randu besar itu. Aku akan melihat keadaan sana lebih dekat. Kamu jangan pergi. Aku hanya akan melihat pohon randu besar ini jika mencarimu nanti," pesan Pak Elang kepada Akil.

"Iya, Paman! Paman mau membantu memadamkan api?" tanya Akil dengan polosnya.

Pak Elang tidak menjawab pertanyaan Akil, karena sedang berkonsentrasi untuk mendarat di bawah pohon randu besar. Namun, banyak bambu gading yang ranting kecilnya lumayan mengganggu proses pendaratan Pak Elang. Namun, Pak Elang pun akhirnya berhasil.

Akil turun dengan kaki kanan lebih dulu. Lalu menoleh sekitarnya untuk mencari tempat istirahat yang nyaman.

"Akil, di sana nampaknya lebih teduh. Dan pohon randu tersebut juga besar, jadi bisa kamu sandaran."

"Paman belum menjawab pertanyaanku. Paman ke sana hendak memadamkan api seperti pemadam kebakaran?" tanya Akil dengan bahasa sederhana.

"Tidak, Akil. Aku ke sana untuk menolong makhluk hidup lain yang memerlukan pertolongan. Mungkin di lahan jati tersebut banyak habitat sebelumnya," jawab Pak Elang kemudian.

"Biasanya belalang kayu, Paman. Hati-hati ya Paman. Aku akan menunggu Paman di sini. Paman jangan kena api ya," pesan Akil kepada Pak Elang sebelum Pak Elang berangkat menuju lahan jati yang terbakar.

Pak Elang dan Akil saling melambaikan tangan. Sepeninggalan Pak Elang, Akil pun melihat sekitar. Sangat sepi dan tidak terdengar suara makhluk hidup lainnya. Kemudian Akil berjalan menjauh sedikit demi sedikit dari pohon randu besar. Dilihatnya sebuah sungai yang airnya mengalir. Akil pun mencari minum, kemudian mencari buah-buahan yang juga banyak terdapat di sana. Kali ini Akil tidak menemukan lobak, tetapi menemukan wortel kesukaannya. Akil memetik seperlunya. Kemudian, agak kejauhan dilihatnya buah naga yang mulai masak, lalu buah pisang, buah bengkoang dan buah delima. Akil mengambil seperlunya, untuk dirinya sendiri dan Pak Elang nanti.

Akil sangat bersyukur bisa dimudahkan dalam mencari makanan di tepian sungai ini.

Akil kemudian memakan wortel, karena sudah kepengen. Tidak sabar jika makan wortelnya menunggu Pak Elang datang. Namun, baru makan wortel beberapa suap, Pak Elang datang membawa seekor anak musang yang nampak lemas. Akil sangat kaget.

"Akil, anak pintar kamu! Nampaknya kamu sudah mencari buah-buahan dan minum. Ayo berikan minum dan makan kepada anak musang ini. Anak musang ini terlalu banyak menghirup karbondioksida. Perlahan-lahan saja kamu menyuapi ya! Aku akan ke lahan jati lagi, mencari yang membutuhkan pertolongan!" kata Pak Elang yang kemudian langsung terbang tanpa persetujuan Akil.

Akil kemudian melakukan apa yang diperintahkan Pak Elang tadi. Tanpa bertanya apapun, karena Akil mengetahui jika anak musang tersebut sedang lemas.

"Terimakasih kelinci yang baik," kata anak musang tersebut dengan suara yang pelan.

"Sama-sama. Kamu mau makan apa lagi?" tanya Akil selanjutnya.

"Aku belum mau makan. Aku mau tidur," jawab anak musang kemudian.

"Kamu harus makan. Supaya kamu tidak sakit. Ayo, aku suapi. Buah naga ya, yang lunak dan sangat mudah dimakan," Akil pun tetap berusaha merayu anak musang untuk tetap makan.

Anak musang tersebut hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Setelah selesai makan buah naga, anak musang tersebut tidur dengan nyenyak. Tetapi tubuhnya sedikit hangat.

Kemudian, Pak Elang datang kembali membawa seekor burung merpati dewasa. Tampaknya lebih lemah daripada anak musang.

"Akil, lakukan hal yang sama dengan anak musang tadi untuk burung merpati ini!" perintah Pak Elang kemudian.

"Paman! Silahkan Paman minum dulu. Aku sudah menyiapkan. Paman pasti lelah. Dan sedikit makan buah. Tenaga Paman harus tetap kuat untuk menolong mereka yang masih terjebak api di lahan jati yang terbakar itu!" kata Akil kepada Pak Elang, dan Pak Elang pun menurutinya.

Dengan tergesa-gesa Pak Elang makan dan minum. Karena kebakaran lahan jati tersebut semakin merambat luas. Pohon jati meranggas saat musim kemarau, sehingga daun-daun pohon jati yang jatuh mengering tersebut sangat mudah terbakar dan susah dipadamkan.


Bersambung... 


Ditulis oleh Lina WH

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun