"Kalian! Tenanglah! Aku sedang mencari ide. Aku benar-benar bingung menghadapi semua ini," kata Caltha dengan keras karena terlalu panik.
"Semakin gelap. Angin pun bertiup kencang," lanjut Winnie.
"Kilat juga membelah awan," lanjut Yigit.
"Aku takut. Kita bisa masuk ke dalam tanah. Tapi bagaimana dengan bayi larva?" Lanjut Xavier yang juga merasa cemas dan panik.
"Tenanglah. Aku mau cari cangkang keong yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya," Zain pun akhirnya menemukan ide.
Lalu, Zain bergegas pergi meninggalkan mereka. Caltha tidak melarangnya, mungkin karena terlalu panik.
Viena, Winnie, Xavier dan Zain pun merapat mendekati tubuh bayi larva yang tampak menggigil kedinginan. Viena menyeka tanah dari tubuh bayi larva dengan penuh kasih sayang.
"Caltha, sepertinya bayi larva ini sangat kedinginan," kata Xavier kepada Caltha.
"Rapatkan tubuh kalian ke badan bayi larva seperti yang dilakukan Kakek Lipan tadi pagi. Mungkin hal itu bisa membuat tubuh bayi larva sedikit hangat," perintah Caltha kepada adik-adiknya.
Tak lama kemudian, Zain datang memberitahu jika ada cangkang keong yang sudah tidak berpenghuni.
"Caltha, aku menemukan cangkang keong yang sudah tidak berpenghuni. Cukup besar, sehingga tubuh kita dan bayi larva akan terlindung jika terjadi hujan lebat," kata Zain dengan penuh semangat.
Caltha senang, tetapi Caltha kembali berfikir bagaimana caranya membawa cangkang keong tersebut.
"Itu berita bagus. Tapi bagaimana caranya supaya cangkang keong itu ada di sini. Cukup berat untuk kita angkat," kata Caltha kemudian.
"Caltha, cangkang keong itu memang berat. Kita tidak akan bisa membawanya walaupun kita berenam. Kita gendong bayi larva rame-rame saja ke sana. Hal itu sangat mungkin untuk kita lakukan. Karena bayi larva lebih ringan daripada cangkang keong," Xavier pun akhirnya menemukan ide cerdas.
"Aha! Itu ide cerdas. Baiklah, ayo kita lakukan," lanjut Caltha yang menyetujui ide cerdas Xavier.
Kemudian mereka pun beramai-ramai membawa bayi larva tersebut menuju cangkang keong yang sudah tidak berpenghuni. Mereka tidak beristirahat sama sekali, supaya lekas sampai sebelum hujan turun.
"Caltha, anginnya sangat kencang. Ayolah kita lebih cepat jalannya," kata Winnie kemudian.
"Ini sudah sangat cepat, Winnie," jawab Caltha dengan nada yang datar karena kelelahan.
Setelah sampai di tempat cangkang keong yang sudah tidak berpenghuni, Caltha mencoba masuk ke cangkang keong dahulu untuk memastikan bahwa keadaan di dalamnya aman. Setelah itu, baru diikuti oleh kelima adiknya dan bayi larva. Letak cangkang keong tersebut juga strategis dan mudah untuk dimasuki. Mungkin sudah ada binatang kecil lainnya yang pernah memakai cangkang keong tersebut untuk berlindung.
Caltha dan adik-adiknya merasa lega. Lalu mereka pun menyuapi minum kepada bayi larva supaya tidak kehausan.
Mereka pun menyaksikan hujan lebat dari dalam cangkang dengan penuh kegembiraan yang selalu diiringi doa, supaya secepatnya bertemu Bibi Karen.
Bersambung...
Ditulis oleh Lina WH