Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Fabel - Caltha [Bagian 4]

23 Desember 2018   11:58 Diperbarui: 23 Desember 2018   12:34 62 3
Keesokan harinya, Caltha dan adik-adiknya pergi menengok bayi larva setelah mereka sarapan. Tidak lupa pula mereka membawakan minuman untuk bayi larva. Tetapi, betapa kagetnya mereka saat sampai di sana melihat bayi larva sudah dalam pelukan Kakek Lipan. Mereka kaget, dan saling menebak apa yang terjadi.

"Caltha, pasti bayi larva itu sudah tidak bernafas lagi karena Kakek Lipan," kata Xavier dengan muka yang murung.

"Iya...! Pasti bayi larva akan dimasak oleh Kakek Lipan yang nakal itu," lanjut Viena dengan kesal.

"Aku tidak suka itu!" Kata Winnie

"Ini hal buruk yang tidak aku inginkan," sahut Zain ikut mengomentari.

"Caltha, bagaimana ini?" Tanya Yigit kepada Caltha dengan nada yang sedih dan muka yang murung.

Caltha hanya diam, sambil mengamati bayi larva tersebut. Kulitnya tetap putih dan tidak pucat. Tidak ada luka yang dilihatnya, tetapi ada sebagian tubuh bayi larva yang tidak bisa dilihat Caltha karena terhalang oleh kaki-kaki Kakek Lipan.

"Kalian jangan suka berprasangka buruk. Itu tidak baik. Bukankah Kakek Bisri sudah sering mengajarkan hal tersebut kepada kita?" Kata Caltha mengingatkan atas apa yang telah diajarkan oleh Kakek Bisri.

"Iya Caltha, aku tahu itu. Tapi Kakek Lipan kan nakal, makanya aku punya firasat jelek," lanjut Viena membela diri.

Mereka terdiam sejenak karena melihat Kakek Lipan sedang menggeliat. Lalu si bayi larva pun tersenyum perlahan. Caltha yakin jika tidak terjadi suatu hal buruk yang tidak diinginkan.

"Kalian di sini ya. Jangan berisik," kata Caltha kepada adik-adiknya.

Adik-adik Caltha menuruti perintah Caltha. Sedangkan Caltha berjalan perlahan mendekat Kakek Lipan, memastikan apa yang terjadi. Ditatapnya muka Kakek Lipan yang masih terpejam, lalu dipanggil dengan pelan karena takut jika Kakek Lipan marah.

"Kakek Lipan. Kakek...?" Kata Caltha sambil menyiapkan diri untuk segera lari jika Kakek Lipan marah.

Kakek Lipan hanya diam, tak kunjung membuka matanya. Kemudian Caltha memanggil lagi, dan masih terdiam dengan mata terpejam juga.

"Kakek Lipan?" Lanjut Caltha kemudian.

Kakek Lipan terbangun lalu menggeliat kencang sambil berkata, "Siapa yang berani mengganggu tidurku?"

Caltha lari menjauh karena ketakutan. Adik-adiknya pun saling menjerit dan saling berpelukan. Caltha sangat panik.

"Kenapa kalian membangunkanku? Dan sekarang berisik. Diamlah kalian!" Kata Kakek Lipan dengan suaranya keras yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Maaf Kakek. Kami hanya ingin tahu keadaan bayi larva," kata Caltha dengan muka ketakutan.

"Iya. Dan pasti Kakek Lipan sudah mencelakakan bayi larva ya?" Tuduh Xavier dengan nada yang ketus.

"Xavier, diamlah!" Kata Caltha sambil membungkam mulut Xavier. "Aku takut jika kita salah bicara, Kakek Lipan akan semakin marah," Caltha bicara dengan nada yang sangat pelan dan terdengar samar.

"Kalian bicara apa?" Kata Kakek Lipan kemudian.

"Tidak, Kakek. Kami hanya ingin menengok bayi larva itu. Kami merawatnya sejak kemarin. Dan sekarang, kami sedang membawakan minuman untuknya," lanjut Caltha dengan suara yang harap-harap cemas.

"Kamu kenal dia?" Tanya Kakek Lipan selanjutnya.

"Kami menemukannya di sini kemarin. Lalu kami membuatkan rumah-rumahan ini supaya bayi larva sedikit lebih nyaman. Tapi bayi larva belum bisa bicara," Caltha berusaha menjelaskan dengan jujur.

"Kalian anak pintar. Kakek bangga kepada kalian," lanjut Kakek Lipan sambil mengacungkan jempol kanan kepada Caltha dan adik-adik.

"Kakek Lipan bukannya nakal ya? Dan juga tidak suka menolong. Tetapi hanya bisa menyakiti," kata Winnie kemudian yang membuat suasana menjadi tegang.

Kakek Lipan tertawa lepas. Caltha tidak tahu apa maksud semua ini. Caltha hanya pasrah jika Kakek Lipan marah karena perkataan Winnie yang sangat menyinggung.

"Kakek, maafkan adikku ya. Dia masih sangat kecil. Belum mengerti mana yang boleh diucapkan dan mana yang tidak boleh diucapkan. Jika Kakek Lipan mau marah atau menghukum, marahlah kepadaku dan berikan hukuman kepadaku. Karena aku yang bertanggungjawab terhadap adik-adikku," kata Caltha dengan bijak dan dewasa, membuat Kakek Lipan semakin mengagumi keberanian Caltha.

"Caltha anak baik, Kakekmu pasti yang mengajarimu kan? Kakek tidak akan marah. Kakek justru bangga kepadamu. Sungguh, kamu kakak yang bertanggungjawab terhadap adik-adikmu," kata Kakek Lipan dengan suara yang lembut dan membuat kecemasan Caltha perlahan menghilang.

"Lalu, bayi lipan itu kenapa?" Tanya Yigit penuh penasaran.

"Oh, dia baik-baik saja. Semalam bayi larva ini kedinginan. Sehingga aku memeluknya hingga dia tidur dan aku pun ikut ketiduran," kakek Lipan pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Terimakasih ya Kakek Lipan. Maaf ya, jika tadi aku sempat berprasangka yang tidak baik," kata Viena sambil berjalan mendekat Kakek Lipan.

"Iya, cucu...! Sekarang, berikanlah minuman yang kalian bawa untuk bayi larva. Nampaknya bayi larva ini sudah kehausan," lanjut Kakek Lipan kemudian.

"Baiklah! Aku akan menyuapinya," kata Caltha yang langsung menyuapi minum bayi larva dan dibantu oleh adik-adiknya.

Kakek Lipan sungguh bangga menyaksikan kerjasama baik dari Caltha dan adik-adiknya. Setelah selesai, mereka pun segera merapikan minuman kembali.

"Kalian tahu ke mana orang tua bayi larva ini?" Kakek Lipan pun bertanya kepada Caltha karena ingin tahu keberadaan orang tua bayi larva.

"Aku tidak tahu. Tapi bayi larva kumbang ini anak Bibi Karen. Sarangnya di atas pohon trembesi itu. Tapi tidak kelihatan sekarang," jawab Caltha dengan jujur.

"Sepertinya mereka tertimpa musibah," kata Kakek Lipan.

"Sepertinya begitu, Kakek. Nanti kalau Kakek lihat Bibi Karen, tolong kasih tahu tentang bayi larva ini ya," lanjut Caltha.

"Iya, Caltha. Baiklah aku akan pulang. Kalian jaga bayi larva ini. Siapa tahu nanti di perjalanan aku bertemu Karen," Kakek Lipan pun berpamitan dengan Caltha dan adik-adiknya. Mereka saling berjabat tangan dan melambaikan tangan.

Dan mulai sekarang, Caltha dan adik-adik sudah tidak takut lagi dengan Kakek Lipan yang menyeramkan itu.


Bersambung... 
Ditulis oleh Lina WH

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun