Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Fabel - Caltha [Bagian 2]

21 Desember 2018   13:50 Diperbarui: 21 Desember 2018   14:34 54 2
Menjelang siang, Caltha dan adik-adiknya pun pulang. Dalam perjalanan pulang, mereka sambil melihat-lihat sekitar, dengan tujuan supaya bisa bertemu dengan Bibi Karen. Tetapi hingga mereka sampai di rumah, mereka tidak berjumpa dengan Bibi Karen. Mereka sedih dan khawatir dengan keselamatan bayi larva yang belum bisa berpindah tempat maupun menyelamatkan diri jika ada sesuatu yang menimpanya.

"Kalian ke mana saja? Ayah dan Ibu sangat mencemaskan kalian," kata Ibu Caltha sambil membukakan pintu.

"Kami baik-baik saja, Ibu. Tidak usah cemas," kata Caltha sambil bersalaman dan mencium tangan orang tuanya, kemudian diikuti oleh adik-adiknya.

"Silahkan makan, Nak! Kita dapat rezeki banyak hari ini," kata Ayah Caltha dengan lembut.

Lalu Caltha dan adik-adiknya makan bersama-sama dengan lahap. Tidak saling berebut, dan tidak juga saling berbicara saat makan. Orang tua mereka sudah mengajarkan bagaimana tatacara makan dengan baik dan benar.

Setelah selesai makan, mereka istirahat sejenak, lalu menceritakan tentang bayi larva yang tadi mereka temukan. Caltha, Viena, Winnie, Xavier, Yigit dan Zain bercerita penuh antusias. Dan orang tua mereka juga mendengarkan dengan seksama.

"Bagus, Nak! Kalian sudah melakukan hal yang tepat. Ibu sangat bangga dengan kalian," kata Ibu Caltha memberikan apresiasi kepada anak-anaknya yang sudah memiliki jiwa penolong.

"Ayah juga bangga mempunyai anak seperti kalian. Hebat dan lanjutkan untuk bisa menjadi penolong bagi siapapun yang membutuhkan," lanjut Ayah Caltha yang juga mengapresiasi anak-anaknya.

"Ibu tahu tidak, kenapa bayi larva bisa terpisah dari Bibi Karen?" Tanya Caltha kemudian.

"Ibu tidak tahu! Tapi Ibu yakin ada suatu musibah yang menimpa mereka," jawab Ibu Caltha dengan sedih.

Tiba-tiba Kakek Bisri datang dan mendekati mereka dengan berjalan sempoyongan. Dengan cekatan Winnie dan Xavier pun menuntun Kakek Bisri menuju tempat duduk yang kosong.

"Kakek, kenapa Kakek ke sini? Kan Kakek bisa panggil kami dan kami akan datang ke kamar Kakek," kata Zain kepada Kakek Bisri.

"Tidak apa-apa. Kakek hanya ingin ikut berkumpul di sini. Bosan jika terus di kamar saja," jawab Kakek Bisri dengan suara terbata-bata.

"Minumlah dulu, Kakek," kata Viena sambil mengambil minuman untuk Kakek dan membantu meminumkannya.

"Kakek kenapa hanya minum sedikit?" Tanya Yigit dengan polosnya.

"Kakek tidak haus, Yigit," jawab Kakek Bisri dengan senyum tipisnya.

"Kalau tidak haus kenapa bicaranya terbata-bata? Bukankah berbicara terbata-bata itu karena tenggorokan kering?" Lanjut Yigit kemudian.

Mereka tertawa bersama. Lalu, Kakek Bisri pun menjawab, "Kakek sudah tua, wajar jika suara Kakek terbata-bata seperti ini."

Setelah puas bercanda bersama keluarga, mereka pun sepakat untuk tidur siang. Viena dan Yigit mengantarkan Kakek Bisri ke kamar. Ayah, Ibu dan Caltha membereskan meja makan. Winnie, Xavier dan Zain membereskan tempat tidur untuk tidur siang mereka. Sungguh kerjasama yang sangat bagus. Pembagian tugas yang tidak membuat iri.

Setelah adik-adiknya tidur siang, Caltha tidak ikut tidur siang. Caltha berniat untuk menengok larva kumbang, sambil membawa minuman.

"Caltha, matahari sangat terik. Sebaiknya nanti sore saja kamu mengunjungi bayi larva itu," kata Ayah Caltha yang melarang Caltha untuk menjenguk bayi larva.

"Tidak apa-apa Ayah. Aku akan berjalan di lapisan humus tanah teratas. Terik matahari tidak akan menyengat kulitku secara langsung," jawab Caltha yang tidak menuruti larangan Ayahnya.

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan ya," kata Ayah Caltha yang akhirnya mengizinkan Caltha pergi menjenguknya bayi larva.

Perjalanan Caltha sangat lancar. Matahari yang begitu terik tidak terlalu menyengat tubuhnya, karena rumput-rumput subur tersebut yang melindungi tubuh Caltha. Lapisan humus juga sangat gembira sehingga mudah dilaluinya. Dan betapa kagetnya Caltha ketika sampai di tempat bayi larva, ternyata ada dua ekor anak semut yang sedang menaiki bayi larva. Kulit bayi larva yang putih kini berubah menjadi merah, karena menahan sakit saat dinaiki dua ekor anak semut.

"Hei, kalian siapa?" Tanya Caltha dengan keras.

"Aku Siena dan ini Siera. Kami kembar. Lihatlah, kami sangat miripkan?" Jawab Siena dengan jujur dan polos.

"Aku Caltha. Ayo cepat kalian turu dari situ. Kasian bayi larva ini jika kalian tetap di atasnya. Tubuh kalian berat loh," kata Caltha dengan ramah.

"Bayi larva?" Siena dan Siera serentak bertanya karena heran.

"Iya, yang kalian naiki itu bayi larva kumbang. Dia juga makhluk hidup seperti kita. Dan akan sakit jika kalian naiki. Ayo cepat turun," lanjut Caltha sambil mengulurkan badannya untuk membantu mereka turun.

Siena segera melompat ke tubuh Caltha yang sedikit ditinggikan. Tetapi Siera tetap tidak mau turun.

"Aku tidak mau turun. Aku suka naik tinggi-tinggi di atas bayi larva ini," jawab Siera dengan polosnya.

"Ayolah Siera...! Kamu bisa naik tinggi-tinggi di atas tubuhku yang lebih kuat dari tubuh bayi larva ini. Ayo anak pintar," rayu Caltha kepada Siera.

Siera lalu menuruti apa kata Caltha. Lalu Caltha menurunkan mereka dengan perlahan tepat di samping tubuh bayi larva. Kemudian Caltha menyuapi bayi larva dengan minuman yang telah dibawanya.

"Apa yang kamu lakukan, Caltha?" Tanya Siena dengan penuh penasaran.

"Aku sedang memberikan minuman kepada bayi larva ini supaya tidak kelaparan. Kasihan, bayi larva terpisah dari dari induknya," jawab Caltha dengan jujur.

"Di mana induknya?" Tanya Siera dengan penuh rasa penasaran.

"Aku tidak tahu," jawab Caltha singkat karena sedang berkonsentrasi memberikan minuman kepada bayi larva.

Setelah mulut mungil bayi larva tidak mau terbuka lagi, Caltha beranggapan bahwa bayi larva sudah kenyang. Lalu Caltha merapikan minuman yang dibawanya tadi, supaya tidak terkena debu.

"Ayo kita cari Bibi Karen," kata Siena tiba-tiba.

"Aku bingung, mau dicari di mana?" Tanya Siera kepada Siena.

"Tanyakan saja kepada Caltha," lanjut Siena.

"Aku tidak tahu di mana Bibi Karen. Kita sabar saja mencarinya. Yang penting kita bisa merawat bayi larva ini dengan baik setiap hari. Bibi Karen bisa terbang jauh. Sedangkan kita tidak bisa berjalan jauh dan cepat," kata Caltha. "Ayo kita pulang. Ini sangat panas. Waktunya tidur siang," lanjut Caltha.

"Aku masih mau naik tinggi-tinggi di atas tubuhmu Caltha," pinta Siera kemudian.

"Baiklah. Ayo kalian naik di tubuhku. Aku akan mengantarkan kalian pulang. Tetapi kalian harus janji ya, jika kalian harus ikut merawat bayi larva ini dengan baik," kata Caltha kepada mereka.

"Iya, kami janji," jawab Siena dan Siera secara bersamaan.

Lalu Siena dan Siera pun naik ke atas punggung Caltha dengan berpegangan erat. Mereka bahagia karena belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.


Bersambung... 



Ditulis oleh Lina WH

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun