Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerita Anak | Kita Indonesia

20 Desember 2018   13:03 Diperbarui: 20 Desember 2018   13:18 130 3

Hari pertama saat Shareen masuk sekolah di kelas TK A, Shareen hanya mau bergaul dengan teman yang mempunyai warna kulit sama dengan Shareen, sawo matang. Padahal di kelas banyak teman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Hai, nama kamu siapa?" Tanya Prisca, siswi yang berasal dari daerah Papua.

"Namaku Shareen," jawab Shareen dengan acuh dan tidak mau menatap muka Prisca.

"Ayo kita main petak umpet, Shareen," pinta Prisca dengan pelan dan santun.

Shareen diam dengan muka yang terus tertunduk tanpa mau melihat Prisca. Entah kenapa sepertinya Shareen tidak suka dengan Prisca yang ramah tersebut.

"Aku tidak mau main bersamamu. Sana kamu, jangan dekat-dekat aku," kata Shareen kepada Prisca.

Prisca heran, dan merasa jika tidak bersalah atau nakal kepada Shareen. Lalu, Prisca meninggalkan Shareen dan bermain dengan teman yang lain.

Baru bermain sesaat, bel tanda masuk tiba-tiba berbunyi. Anak-anak kelas TK A berlari masuk kelas. Saling mendorong dan berteriak karena saling berebut saat sampai di depan pintu.

Ibu Rina melihat tingkah anak-anak polos tersebut dari kejauhan, dan sesekali menegur jika ada yang saling mendorong dengan kuat. Tetapi, anak-anak tersebut ternyata hanya bercanda dan tidak saling melukai.

"Selamat pagi Ibu Guru," sapa anak-anak polos tersebut dengan serentak setelah Ibu Rina masuk kelas.

"Selamat pagi anak-anak. Apa kabar hari ini?" Kata Ibu Rina dengan ramah dan senyum manis.

"Baik Ibu Guru," jawab anak-anak TK A dengan serentak.

"Baiklah anak-anak, sebelum pelajaran dimulai kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa mulai!" Kata Ibu Rina sambil memimpin doa.

Anak-anak pun tetap antusias mengikuti Ibu Rina. Walaupun ada beberapa anak yang saling colek dan saling bercanda. Tetapi, dengan sabar dan ramah Ibu Rina pun membimbing mereka yang rata-rata masih berusia empat tahun. Anak-anak yang masih kental dengan dunia bermain, sehingga di dalam kelas pun Ibu Rina tidak memaksa anak-anak untuk duduk diam.

Karena menurut Ibu Rina, saat usia balita mata pelajaran terpentingnya adalah pendidikan emosi. Ibu Rina sadar, jika menjadi guru TK itu harus sabar, tidak boleh mudah marah, ramah, selalu tersenyum dan memahami karakter anak.

"Anak-anak, kita sekolah sudah memasuki Minggu ke dua. Tentu kalian sudah saling mengenal dan saling tahu nama temannya kan?" Tanya Ibu Rina kemudian.

"Sudah, Ibu Guru!" Jawab Diela dengan tegas.

"Aku belum kenal semua," jawab Shareen jujur.

"Aku lupa namanya, tapi aku tahu itu teman sekolahku. Kemarin aku ketemu itu di Mall. Aku sapa dia. Tapi aku lupa namanya," kata Jihan sambil menunjuk ke arah Inka, siswa yang berasal dari Aceh.

"Hebat kamu Jihan. Kamu tetap menyapa walaupun lupa namanya. Coba, sekarang tanya siapa namanya," puji Ibu Rina kepada Jihan, lalu meminta Jihan untuk menanyakan nama teman yang dimaksud tersebut.

Jihan lalu mendekati Inka, menanyakan nama dan lain sebagainya. Perbincangan panjang malah terjadi. Hingga Ibu Guru akhirnya meminta Jihan dan Inka kembali ke tempat duduk masing-masing.

Kemudian Ibu Guru memanggil Shareen, "Shareen, belum hafal nama teman sekelas?"

"Belum Ibu Guru," jawabnya dengan jujur. "Aku hanya kenal sama Jihan, Sabrina, Calya dan Alfandi. Aku tidak mau kenal teman yang itu," lanjut Shareen sambil menunjuk Prisca.

"Kenapa tidak mau kenal?" Tanya Ibu Rina dengan ramah dan lembut.

"Aku tidak suka," jawab Shareen.

"Kenapa tidak suka?" Lanjut Ibu Rina yang ingin tahu kenapa Shareen begitu. Sedangkan Prisca hanya diam sambil tersenyum polos.

"Dia beda sama aku dan teman lainnya," jawab Shareen dengan polos dan jujur.

Ibu Rina sudah mulai paham dengan apa yang dimaksud Shareen. Dan Ibu Rina hendak menjelaskan kepada Shareen, supaya sikap negatif Shareen tidak berlanjut dan bisa diperbaiki sejak dini.

"Anak-anak, siapa yang mau mewarnai balon?" Tanya Ibu Rina kemudian.

"Saya...!" Jawab semua anak-anak secara serentak dan bersamaan.

Ibu Rina lalu membagikan gambar balon dan crayon kepada anak-anak. Tentu diiringi dengan riuhnya teriakan anak-anak. Tetapi, Ibu Rina bisa mengatasi hal tersebut dengan mudah. Setelah itu, anak-anak bisa duduk di tempat duduk masing-masing sambil mewarnai.

Ibu Rina lalu mengajak Shareen untuk ke meja guru, hendak dinasehati. Tentu dengan sabar dan bahasa ringan yang mudah dipahami anak-anak balita.

"Shareen, kenapa tidak mau kenal sama Prisca?" Kata Bu Rina dengan lembut.

"Aku tidak suka. Dia beda denganku. Warna kulit dan rambutnya lain," jawab Shareen dengan polos.

"Shareen, kita Indonesia. Indonesia itu negara yang terdiri dari berbagai macam suku. Ada yang berkulit putih, sawo matang atau hitam. Tetapi kita tetap sama. Sama-sama ciptaan Tuhan yang harus saling menghormati dan saling menghargai," kata Ibu Rina sambil membelai punggung Shareen.

"Prisca tidak pernah mandi ya?" Tanya Shareen dengan polos.

"Shareen, setiap orang mandi paling sedikit dua kali sehari. Prisca pun begitu. Pakai sabun wangi, shampoo, bedak dan parfum. Prisca wangi, kok!" Lanjut Ibu Rina.

Shareen hanya diam sambil memperhatikan satu per satu temannya yang sedang mewarnai balon.

"Shareen, kita Indonesia. Yang mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Prisca berbeda sama Shareen, tetapi Shareen tidak boleh menjauhi Prisca, ya!" Lanjut Ibu Rina kemudian.

"Iya, Ibu Guru," jawab Shareen yang kemudian segera duduk di tempat duduknya dan mengikuti teman-temannya untuk mewarnai balon dengan crayon.

"Hai Shareen. Aku sudah selesai. Lihatlah balonku warna orange," sapa Prisca kepada Shareen dengan senyum manisnya.

Shareen memandang wajah Prisca, kemudian memandang gambar balon Prisca yang sudah diwarnai.

"Prisca suka orange ya? Aku suka hijau muda," jawab Shareen dengan senyum juga.

"Iya, aku suka orange. Orange itu cerah dan bagus," jawab Prisca.

"Prisca, kamu wangi. Pakai parfum ya?" Tanya Shareen dengan polos.

"Iya."

"Prisca, kamu Indonesia juga ya?" Lanjut Shareen.

"Iya, aku Indonesia juga. Ayah dan Ibuku dari Papua. Ayahku tentara dan akan selalu membela Indonesia," jawab Prisca dengan polos dan lugu.

"Ayahku juga tentara. Jagain tank dan panser buat melawan musuh," Shareen pun juga polos berbicara.

Ibu Rina mengawasi dan mendengarkan obrolan Prisca dan Shareen. Obrolan anak-anak polos yang lucu.



Selesai... 


Ditulis oleh Lina WH 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun