"Gizem...! Selamat pagi Gizem...! Kamu di mana?" Panggil Jose dengan suara yang lebih keras.
"Jose, selamat pagi! Aku sedang makan. Tumben kamu datang lebih pagi. Ada apa gerangan?" Kata Gizem dengan wajah yang sumringah.
"Aku sudah bisa terbang sempurna. Dan orang tuaku sudah mengizinkan aku untuk mencari makan sendiri. Tetapi aku masih dalam pengawasan orang tua. Dan pagi ini aku mau cari sarapan pagi. Aku mau mengajakmu, Gizem. Maukah kamu?" Jawab Jose dengan wajah yang gembira.
Gizem belum menjawab karena sedang membersihkan mulutnya dari sisa makanan yang dimakannya. Sebenarnya Gizem senang jika ikut Jose terbang. Tetapi Gizem ragu, jika di tengah perjalanan mereka nanti ada marabahaya yang menimpa.
"Sebenarnya aku senang, Jose. Tapi aku takut jika nanti ada sesuatu yang buruk menimpa. Aku belum berani menerima resiko," jawab Gizem kurang semangat.
"Gizem, kamu jangan mudah takut. Apapun pasti kita bisa jika kita yakin dan mau berusaha. Berfikirlah positif. Dan buanglah pikiran negatifmu. Ucapan itu doa. Itu kata Ibuku," Jose berusaha memberikan semangat kepada Gizem yang masih selalu was-was.
"Iya, Jose. Tetapi kan kita harus waspada," lanjut Gizem membela diri.
"Iya, benar kita harus waspada. Waspada bukan berarti takut, Gizem. Percayalah!" Balas Jose kemudian.
Akhirnya Gizem menuruti ajakan Jose. Dan mereka masih tetap memperhatikan pohon jati besar tempat Jose tinggal. Gizem berpegangan erat di punggung Jose sambil menikmati keindahan alam sekitar.
"Gizem, aku akan hinggap di pohon matoa itu. Ada makananku di sana. Sepertinya kamu juga bisa menikmati pupus daun matoa. Pasti lezat. Iya kan?" Kata Jose kepada Gizem dengan suara yang keras karena tiupan angin begitu kencang, jika bersuara pelan pasti tidak akan terdengar lawan bicaranya.
"Baiklah Jose!"
Jose sudah bisa mendarat dengan tepat dan bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Lalu Gizem turun dari punggung Jose, kemudian melompat dengan kuat menuju pupus daun matoa. Gizem sangat menikmati. Rasanya tidak kalah lezat dengan daun pandan, makanan pokoknya selama ini.
Saat sedang asyik menikmati pupus daun matoa, tiba-tiba Jose memanggil Gizem dengan suara yang keras dan mengejutkan.
"Gizem...! Gizem...! Lihatlah di sana ada sekumpulan keluarga belalang. Mereka bersama anak-anak seusiamu. Kemarilah Gizem. Aku bisa melihatnya dengan jelas di sini. Cepat!" Teriak Jose dengan keras.
Gizem kemudian melompat menuju tempat Jose berada. Kemudian memperhatikan sesuatu yang dimaksud Jose tersebut.
"Jose, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Bagaimana kalau kita ke sana?" Ajak Gizem kemudian.
"Baiklah kita mendekat!" Jawab Jose sembari melompat mendekat ke tempat keluarga belalang.
"Aku bisa melihatnya. Sepertinya mereka keluargaku. Itu Bapak dan itu Ibu. Yang lain saudaraku. Benar, itu benar Jose! Aku sungguh bahagia, Jose!" Kata Gizem dengan gembira.
"Ya sudah, kamu ke sana Gizem. Dan aku tetap di sini. Aku akan mengawasimu dari sini. Cepatlah dengan hati-hati menuju ke sana!"
"Kamu ikut, Jose. Aku akan memperkenalkanmu dengan mereka!" Ajak Gizem.
"Sebaiknya jangan. Keluargamu sedang trauma seperti kamu. Nanti mereka akan takut dan pergi jika aku ikut bersamamu. Mereka akan mengira jika aku akan memangsanya," Jose pun menjelaskan alasan penolakannya kepada Gizem. Dan Gizem pun menerimanya.
Gizem dengan cepat dan hati-hati melompat menuju sekumpulan keluarga belalang yang sudah diyakini jika mereka adalah keluarga Gizem. Gizem ingin menangis dan ingin segera dalam pelukan keluarganya.
"Ayah...! Ibu...! Aku Gizem...!" Teriak Gizem dengan tangisan harunya.
Ayah, Ibu dan saudara Gizem terkejut sambil memandangi Gizem. Mereka tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang ini.
"Gizem...! Benarkah ini Gizem? Aku merindukanmu, Nak!" Kata Ibu Gizem sambil menangis haru dan memeluk erat tubuh Gizem yang kemudian diikuti oleh Ayah Gizem dan saudara-saudaranya.
Suasana haru terjadi. Jose ikut meneteskan air mata dari kejauhan. Air mata haru menyaksikan keluarga yang telah lama berpisah dan kini bertemu kembali.
Bersambung...
Ditulis oleh Lina WH