Sayap Gizem sudah bertambah besar, tetapi belum bisa dipergunakan untuk terbang dengan sempurna. Gizem tetap sabar menunggu dan selalu menjaga kesehatannya.
Pagi ini Gizem memutuskan untuk pergi ke arah timur dan tetap selalu memperhatikan pohon besar tempat Jose bersarang supaya tidak tersesat. Kini, Gizem sudah lebih lihai melompat. Otot-otot kakinya sudah semakin kokoh dan kuat. Namun, Gizem harus tetap hati-hati di manapun berada.
"Ampun Mama...! Ampun Mama...!" Gizem tiba-tiba mendengar suara tangisan anak kecil yang merintih. Lalu Gizem mencari sumber suara tersebut.
"Nakal kamu...! Nakal kamu...!" Dan kini suara seorang ibu pun juga terdengar.
Gizem semakin penasaran. Setelah mengetahui sumber suara tersebut yang ternyata adalah seekor bayi lebah madu dan ibunya, Gizem bersembunyi di balik pohon jambu mede tempat lebah madu berada. Gizem mengintip. Dan betapa kagetnya Gizem setelah melihat bayi lebah madu tersebut lebam kakinya setelah dipukul ibunya. Namun, Gizem tetap bersembunyi dan belum berani menampakkan diri.
"Mama...! Aku mohon jangan, Mama...! Aku mohon...! Sakit Mama...!" Rintih bayi lebah madu pun terdengar kembali.
"Kamu yang membuat tidur Ibu terganggu. Ibu lagi sakit! Tapi kamu berisik dan Ibu sudah ingatkan kamu. Jangan ganggu Ibu. Ibu sakit dan mau istirahat...!" Kata Ibu lebah dengan suara keras dan penuh amarah.
Gizem tidak tega dan akhirnya lari dari tempatnya bersembunyi untuk memeluk bayi lebah madu yang hendak dipukul oleh Ibunya.
"Buk...!" Pukulan Ibu lebah pun akhirnya mendarat di badan Gizem. Gizem hanya diam dan tetap memeluk bayi lebah madu.
"Hei...! Siapa kamu? Kenapa kamu di sini?" Tanya Ibu lebah madu dengan suara keras.
"Aku Gizem. Aku di sini mau menolong bayi lebah madu ini. Kasihan dia. Pasti tubuhnya sakit kalau kena pukulan lagi. Lihatlah kakinya yang lebam," kata Gizem dengan perlahan.
"Dia anak nakal. Tidak nurut sama orang tua!" Kata Ibu lebah kemudian. "Aku sedang sakit dan hendak istirahat. Tapi dia berisik mengganggu istirahat," lanjut Ibu lebah.
"Bibi, istirahat dulu sekarang. Biarlah bayi Bibi sama aku dulu. Nanti kalau Bibi sudah baikan, bayi lebah ini biar bersama Bibi kembali," Gizem menawarkan diri untuk membantu.
"Kamu akan kewalahan menjaganya," kata Ibu lebih.
"Tidak Bibi! Aku akan senang punya teman. Aku hidup sebatangkara. Aku terpisah dari keluargaku karena suatu musibah menimpa. Percayalah, Bibi," kata Gizem berusaha merayu Ibu lebah.
"Baiklah. Tapi kalau kamu lelah, boleh kamu tinggalkan dia! Aku sangat sakit. Aku mau istirahat," kata Ibu lebah yang akhirnya mengizinkan Gizem untuk bermain bersama bayi lebah.
"Aku akan tetap menjaga sampai Bibi sehat kembali," Kata Gizem sambil menggandeng tangan bayi lebah madu. "Apakah Bibi perlu minum? Jika iya, aku dan bayi lebah ini akan membantu."
"Terimakasih, anak belalang. Dia anak nakal dan tidak mungkin bisa membantu," jawab Ibu lebah.
"Aku akan mengajarinya. Dan bayi lebah ini tidak nakal, Bibi. Mungkin dia lagi manja," kata Gizem kemudian.
Akhirnya Ibu lebah itu kembali tidur di sarangnya. Gizem pun bermain bersama bayi lebah.
"Hei, bayi lebah madu. Aku Gizem. Nama kamu siapa?" Gizem memulai pembicaraannya.
"Aku Leily. Terimakasih sudah menolongku," jawab Leily dengan suara agak terisak.
"Iya, sama-sama. Ayo kita cari minum dulu. Pasti tenggorokanmu kering karena habis menangis," ajak Gizem yang disetujui oleh Leily.
Mereka mencari sisa embun pagi di sela-sela daun yang rasanya lebih segar. Tentu tidak jauh dari sarang Leily dan Ibunya. Setelah selesai minum, mereka duduk di dahan yang daunnya sedang pupus. Saling bercerita dan berbagi pengalaman. Leily sangat haru dengan kisah Gizem.
"Gizem, aku haru sekali mendengar ceritamu. Ternyata aku lebih beruntung. Aku janji, mulai sekarang aku tidak akan manja dan kolokan lagi. Supaya Ibu lebih menyayangi aku dan tidak lagi marah kepadaku," ucap Leily dengan tulus.
"Itu bagus, Leily. Supaya Ibu kamu lekas sehat kembali. Dan saat Ibu kamu sudah sehat, kamu harus nurut ya!" Kata Gizem selanjutnya.
Menjelang siang, Ibu Leily tidak kunjung bangun. Gizem mengintip dan menegang tangannya. Suhu tubuhnya sudah normal. Gizem tidak gelisah dan langsung pergi bersama Leily untuk mencari makan siang bersama. Gizem senang bisa menjaga dan menghibur Leily. Hingga menjelang sore, Ibu Leily terbangun dan nampak lebih segar.
"Gizem, kamu masih menjaga Leily?" Kata Ibu Leily dengan lembut.
"Iya, Bibi. Leily anak yang baik. Kami sudah makan siang dan tidur siang. Apakah Bibi lapar?" Tanya Gizem kemudian.
"Iya, aku lapar. Dan aku hendak keluar mencari makan untuk Leily juga."
"Bibi sudah sehat?" Gizem bertanya untuk memastikan keadaan Ibu Leily.
"Aku sudah sehat," jawab Ibu Leily sambil menepuk punggung Gizem.
"Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya," kata Gizem dengan sopan.
"Terimakasih Gizem. Hati-hati di jalan ya. Dan sempatkan dirimu main ke sini lagi!" Kata Ibu Leily sambil melambaikan tangan kepada Gizem.
"Hati-hati Gizem. Lain kali kita bercerita lagi ya. Dan aku janji aku tidak akan manja lagi," kata Leily sambil melakukan tangan.
Mereka akhirnya berpisah. Gizem senang, karena hari ini tidak kesepian.
Bersambung...
Ditulis oleh Lina WH