Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo Semarang kembali mengukir prestasi di kancah internasional. Kali ini, mereka mengirimkan tim terbaiknya untuk belajar digitalisasi manuskrip di International Islamic University Malaysia (IIUM). Kegiatan yang berlangsung pada 24 Oktober 2024 ini merupakan buah manis dari penandatanganan MoU sebelumnya antara kedua institusi.
Rombongan yang dipimpin oleh tiga wakil dekan FUHUM ini tidak main-main. Mereka memboyong tim yang terdiri dari para akademisi handal dan lima mahasiswa terpilih. Dr. Sri Purwaningsih selaku Wadek 1 tampak antusias memimpin delegasi ini. "Ini kesempatan emas buat kita semua, khususnya untuk mahasiswa yang bisa merasakan langsung suasana akademik di luar negeri," ujarnya dengan semangat.
Seru! Itulah kata yang tepat menggambarkan kegiatan mereka di Perpustakaan Syed Muhammad Naquib al-Attas, ISTAC-IIUM. Para delegasi tidak hanya bengong melihat-lihat, tapi langsung terjun mempelajari cara digitalisasi manuskrip kuno. Bayangkan, mereka bisa memegang langsung naskah-naskah bersejarah yang mungkin usianya lebih tua dari kakek-nenek kita!
Tapi tunggu dulu, ini bukan cuma soal manuskrip lho! Dr. Muhammad Kudhori, sang Sekretaris Jurusan IAT S2, punya rencana lebih besar. Beliau membocorkan akan ada program pertukaran mahasiswa nih! "Kita nggak mau setengah-setengah. Program student mobility ini bakal jadi game changer buat mahasiswa S2 kita," jelasnya sambil tersenyum optimis.
Dr. Samidi Khalimi, si ahli filologi yang juga Kabag FUHUM, nggak mau ketinggalan memberikan pendapatnya. "Jaman now, perpustakaan nggak bisa ketinggalan jaman. Digitalisasi ini penting banget buat menjaga warisan intelektual kita. Masa iya kita masih simpan manuskrip dengan cara jadul?" candanya.
Di Malaysia, Dr. Nurul Ain binti Norman selaku tuan rumah ternyata sudah tidak asing dengan UIN Walisongo. Sebelumnya, beliau pernah jadi pembicara di ICONHUMANS 2024. "Kita udah kayak keluarga nih sama UIN Walisongo. Kolaborasi ini bakal bikin kedua kampus makin keren!" ujarnya dengan ramah.
Program ini bukan cuma iseng-iseng doang lho! Ada rencana matang ke depannya. Mulai dari pertukaran mahasiswa, riset bareng, sampai pengembangan perpustakaan digital. Dekan FUHUM, Dr. Mokh Sya'roni, bahkan sudah menyiapkan road map khusus untuk program ini.
Kerja sama ini jelas membuka peluang besar bagi civitas akademika FUHUM. Bukan cuma soal digitalisasi manuskrip, tapi juga networking internasional. Siapa tahu, beberapa tahun ke depan kita bisa lihat mahasiswa UIN Walisongo dan IIUM saling berkunjung, berbagi ilmu, dan menciptakan inovasi baru bareng-bareng. Keren kan?.Â