Membaca...
Hobi sejak kelas 2 SD yang hampir kulupakan.
Saking doyan baca, buku-buku psikologi dasar tentengan kurikulum mengajar bapakku yang guru kubaca sampai habis.
Dari deretan buku bapak, aku beralih ke Alkitab. Mulai dari Kejadian hingga Maleakhi, dari Matius hingga Wahyu, bahkan Alkitab Deuterokanonika kulahap dengan suka cita.
Pulang sekolah, dengan alasan jaga adik, aku ke tetangga merambah ke tumpukan koran di bawah meja. Tumpukan koran milik para terangga satu gang kudatangi.
Tumpukan koran habis, aku main ke rumah tetangga sebelahnya.
Dari jalan Mutiara II, jalan Wulung, jalan Amantis hingga jalan Jambrut. Berhenti di jalan Kenanga karena tidak ada tetangga yang kukenal di jalan itu.
Saat SMP, kalo ada teman punya tumpukan ensiklopedia, pasti besoknya aku main ke rumahnya untuk membaca bahkan hingga malam.
Membohongi mama dengan alasan mau belajar bersama, padahal aku duduk nyempil di ruangan tamu teman berjam-jam hari demi hari.
Belajar nulis, sempat nyempil tulisanku di majalah Humor yang punya komik bersambung Sawung Kampret, aku mulai merambah komik.
Asterix, Tin Tin, Smurf, Lucky Luke, Penggali Kubur, Crayon Sinchan, Kobo Chan, Kariage Kun, Kungfu Komang menjadi buruan koleksiku tanpa ampun.
Mulai punya sedikit uang beli-beli buku macam Agatha Christie, Sidney Sheldon, John Grisham, Danielle Steel dengan Holywoodnya, Paul Sussman "The Last Secret of the Temple", hingga Arthur Golden "Memoar of The Geisha".
Selesai habis melahap koleksian novel, menabung buat beli buku Kapita Selekta Dunia Kedokteran seri 1 dan 2 karena mahal banget buat ukuran anak SMA waktu itu.
Sekarang, sebagian buku-bukuku raib karena perjalanan waktu.
Saat hape menjadi berhala baru bagi semua orang, kerinduanku pada buku menjadi hutang atas waktuku yang terjajah oleh internet.
Kini, betapa deretan tulisan di atas menjadi barang usang, jadul dan bulukan.