500 meter ke utara dari lahan gosong itu masih berdiri tegak sang ayah dan anaknya. Nasib mereka jauh lebih beruntung daripada teman – temanya yang telah lebih dahulu meninggalkan mereka. Entah beruntung atau sial yang tertunda. Keberuntungan adalah perkara nasib yang telah digariskan oleh Tuhan dan keberuntungan itu saat ini menyisakan nafas yang memiliki harap. Paling tidak nafas kehidupan itu masih ada walaupun terkadang tiba – tiba tersengal ketika gergaji mesin muncul untuk siap mencacah dan menjadikannya balok – balok telanjang. Barangkali juga sekumpulan manusia lain yang siap dengan minyak tanah dan korek api. Manusia kere yang tak punya logika. Manusia kere yang melakukannya atas nama perintah dari manusia lain yang katanya adalah penguasa. Entahlah, Ada beberapa penguasa di dunia ini?
KEMBALI KE ARTIKEL