Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kalah dari yang Lebih Muda?

25 November 2011   07:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:13 86 0
Anak cewek saya yang kelas enam hari ini ikut lomba memanah tingkat propinsi. Anak saya belum pernah terlibat dalam olahraga memanah. Tapi sekolah mengikutsertakan dirinya dalam perlombaan ini. Tim mereka di ambil dari murid kelas 5 dan kelas 6, anak saya salah satunya. Boleh di bilang, mereka ini pengetahuan dan skill memanah nol.Kata guru mereka tujuan bukan untuk menang, tapi mencari pengalaman. Hal ini saya setuju sekali, semakin banyak seorang anak ikut terlibat dalam suatu kegiatan, semakin banyak pengalaman dan pembelajaran yang bisa mereka dapatkan. Mereka pun berlatih dengan meminjam lapangan memanah di sekolah lain. Waktunya sempit sekali. Anak kelas 5 hanya berlatih sekali dan yang kelas 6 berlatih 2 kali. Dan mereka tahu bahwa mereka tidak akan menang. Semalam anak saya tampaknya masih berpikir bahwa lomba ini semacam rekreasi, mencari ilmu dan teman. Tidak tampak ada beban akan pertandingan ini. Aku dan suami sempat diskusi tentang hal ini, lucu juga tiba-tiba anak saya bisa menang lomba memanah dengan latihan hanya dua kali, walau itu sangat mustahil sekali. Terus kita tetap semangatin dia untuk ikut perlombaan ini. Sepulang pertandingan, aku melihat wajah anakku, seorang ibu selalu tahu apa perasaan yang tersimpan di balik seorang hati anaknya. Wajah yang penuh kekecewaan. Itu bukan yang ku inginkan, karena sejak awal kami tidak mengharapkan dia menang. Waktu ku tanya, mengapa wajahnya sedih begitu, dia menjawabku tidak kenapa-napa..tapi aku korek terus..akhirnya anakku matanya berkaca-kaca…dan berkata: “Kita babak penyisihan pertama sudah kalah!” Aku bilang padanya, kemenangan bukan tujuan untuk perlombaan ini, dia sendiri juga sudah tahu itu. Tapi anakku menjawab dengan sedih sekali..”tapi yang kelas 5 masuk babak berikut, padahal mereka cuma latihan sekali, sedang kita kelas 6 dan sempat latihan dua kali, bukankah ini memalukan?” Dan aku mengerti maksudnya. Anakku bukan sedih karena dia kalah sama sekolah lain. Dia memang sudah tahu. Yang tidak bisa ia terima ia kalah dari adik kelas di sekolah mereka., kalah dengan anak kelas 5 sedang mereka kelas 6 dan latihan 2 kali. Aku bilang padanya, kalah menang seseorang tidak bisa dilihat dari usia, tidak bisa di nilai dari kelas berapa, tidak juga berapa kali mereka latihan. Tapi keberuntungan seseorang juga penting. Dia memiliki skill tapi tidak beruntung, dia tetap kalah. Dia memiliki keberuntungan tapi tidak punya skill juga akan kalah. Yang terpenting untuk semua itu, kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak mencurangi hati nurani sendiri itu sudah suatu kemenangan. Anak saya airmatanya makin  deras menetes…tetap tidak bisa menerima. Saya bilang lagi padanya, kita tidak harus selalu menang untuk suatu pertandingan, karena sebelum bertanding kita harus siap untuk hasil yang terburuk, yaitu kekalahan. Karena dari suatu pertandingan, bukan menang yah kalah. Jadikan itu koreksi untuk diri sendiri, berusaha lebih keras lagi, persiapan yang lebih matang, dan tidak patah semangat untuk mengikuti lomba selanjutnya. Mungkin kita akan bertanding lagi suatu hari, dan saat itu harus lebih baik dari hari ini. Anak saya mulai bisa menerima. Menghapus airmatanya dan naik ke lantai atas mulai main game. Lihat game, lupa sudah kekalahan yang baru saja dialaminya. Itulah, kadang bukan kita tidak bisa menerima suatu kekalahan, tapi di saat kita kalah oleh yang lebih muda, perasaan itu akan berbeda. Tidak bisa menerima kenyataan, kenapa anak bawang itu lebih baik dari diri sendiri? Tidak percaya kalau orang yang lebih muda itu bisa mengalahkan semua pengalamannnya yang bertahun-tahun. Itulah kenyataan yang lebih muda lebih siap, lebih berpotensi karena mereka lebih jeli melihat kita yang senior, di mana kita mudah lengah. Berhati-hatilah kita pada yang lebih muda ini, karena mereka adalah bintang-bintang kecil yang mungkin sinarnya tidak terlalu terang, tapi dia akan terus bersinar sampai dia menjadi bintang kejora. Kita yang sudah tidak muda jangan selalu mengganggap kita lebih baik dari mereka, kalau kita tidak belajar lebih banyak. Kita selalu benar. Itulah kelebihan yang lebih muda, mereka mau belajar, mau menerima dan membuka mata mereka melihat mana yang terbaik untuk mereka. Kita harus support mereka, memberikan waktu dan tempat kerpada mereka untuk lebih bersinar, seperti anakku dia lebih muda bertahun-tahun dariku, aku kalah dalam segala hal darinya, cuma menang usia. Dia mengkritikkan setiap saat, terutama saat aku harus bicara mandarin yang bukan bahasa Ibu, tapi aku senang punya anak yang bisa membenarkan ibunya. November 19, 2011 Image source:thechocolateandwhite.blogspot.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun