Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

TNI-AU Sedang Bermain Apa?

7 September 2010   04:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23 1366 0
[caption id="attachment_252172" align="alignleft" width="150" caption="wikipedia"][/caption]

Keberanian muncul dari kepribadian kuat, sementara keraguan datang dari kepribadian yang goyah. Kalau keberanian lebih mempertimbangkan aspek kepentingan keselamatan di luar diri pemimpin—kepentingan rakyat—keraguan lebih mementingkan aspek keselamatan diri pemimpin itu sendiri. ( Adjie Suradjie )

Satu hari setelah tulisannya muncul di Kompas, langsung ada surat dari institusinya dari Bambang Samoedra, Kadis Penerbangan TNI-AU, yang antara lain berbunyi: Saat ini yang bersangkutan tengah menghadapi dakwaan terkait tindak pidana korupsi dan dalam proses hukum. (Selengkapnya di sini. Maksudnya dengan yang bersangkutan di sini adalah Adjie Suradji.

Di Kompasiana ini ada banyak pemikir yang lebih hebat dan brillian dibanding dengan Adjie Suradjie euy! Hanya saja, yang membuat Adjie Suradji jadi fenomenal saat ini adalah karena tidak ada kebiasaan bagi anggota TNI dan anggota Polri untuk mengekspressikan pendapat dan perasaan mereka sebagai manusia berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut kehidupan bersama di dalam sebuah negara termasuk di dalam sebuah dunia yang semakin mengenaskan yang sedang kita huni ini.

Membuat saya berpikir: betapa ganteng-ganteng dan cantik-cantik serta harus sehat-sehat semua anggota TNI dan Polri setidaknya saat mereka masih muda dan pada umumnya bahkan setelah mereka pensiun tetapi aduh, seumur hidup harus sabar berbungkam diri dan hanya melayani negara? Negara yang mana?

Mereka memang pilihan; itu bukan rahasia sama sekali. Mereka pilihan; nilai akademik sekolah mereka harus bagus, kesehatan harus oke pula. Plus, kalau bisa, relasi sana sini juga harus mantap untuk mempermudah segala urusan? Untuk yang terakhir ini, may be yes, may be not?

Sehari-harinya kita bisa membaca pendapat yang mirip dengan apa yang dituliskan oleh Adjie Suradji entah dalam media cetak ataupun yang tidak cetak; isi tulisannya masih normal. Cuma menjadi tidak normal bagi sebagian terutama para pemimpin di institusi TNI dan Polri karena Adjie Suradji seorang anggota TNI dan lagi hanya berpangkat kolonel.

Dalam masyarakat dan bangsa yang masih sangat paternalistik, Adjie Suradji telah membuat para atasannya tersinggung berat. Dicarilah dalih bahwa menulis seperti di Kompas itu sama dengan melakukan politik praktis. Lalu, tiba-tiba dalam selang satu hari, sudah ada surat yang masuk dari institusi yang mengatakan bahwa yang Adjie Suradjie tengah menghadapi dakwaan terkait tindak pidana korupsi.

Permainan apa yang sedang terjadi di TNI-AU? Apakah dakwaan tindak pidana korupsi terhadap Adjie Suradji sudah berlangsung sebelum Adjie Suradji mengambil pena/komputer dan menuliskan opininya seperti yang ada di Kompas itu?

Seorang kolonel berhadapan dengan sebuah institusi mirip seekor ikan bawal berhadapan dengan ikan-ikan hiu di laut lepas. Jadi, bisa berbahaya bagi si ikan bawal. Yang punya kuasa jauh lebih besar bisa dengan mudah mengubah hitam jadi putih dan putih jadi hitam.

Publik yang sudah melek di Indonesia bisa mengawal kelangsungan fenomena baru yang memberi harapan di mana ada anggota TNI yang berani mengeluarkan suara hati nuraninya. Jangan sampai keberanian dan ketulusan berubah jadi bencana. Plus, kalau kita baca tulisan Adjie Suradji, 100% toh berguna bagi bangsa Indonesia; dan akurat pula kan apa yang dia ungkapkan: keraguan lebih mementingkan aspek keselamatan diri pemimpin itu sendiri. Kita tahu siapa orang yang ragu-ragu ini kan! Yang suka mengeluh-mengeluh tentang dirinya itu!***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun