Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Chip Apa yang Ada di Kepala Pak Chappy?

31 Juli 2009   01:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:53 744 1
Kalau bertemu orang pintar, almarhumah nenek saya sering bertanya: "Makan apa dia sampai sepintar itu?"

Karena saya merasa lebih canggih dan hidup di era informasi, pertanyaan nenek saya modifikasi: "chip apa yang ada di kepala orang itu, sampai dia pintar begitu?"

Dunia kita hari ini pada dasarnya banyak dibantu chip mungil yang ada di dalam berbagai perangkat canggih, bukan? Chip adalah isi otak hanphone, komputer, laptop dan segala benda elektronik modern yang bergelantungan di kehidupan kita.

Pagi ini, menyambut peluncuran buku Cat Rambut Orang Yahudi, karya The Real Blogger Kompasiana, Chappy Hakim, saya pun penasaran: "Chip apa yang ada di kepala Pak Chappy?"

Jawabannya saya dapatkan dalam buku Digital Citizenship, The Internet, Society and Participation (Mossberger, Tolbert and McNeal, MIT 2008).

Biar kedengaran canggih, chip di kepala Pak Chappy itu saya namakan Digital Citizenship juga.

Istilah ini merujuk pada partisipasi aktif warga, dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik, yang dimungkinkan berkat akses Internet.

Pak Chappy dengan segala dedikasi dan tingkat produktivitasnya yang mengagumkan di Kompasiana, telah menunjukkan aktivitas dalam kategori "civic engagement".

Menurut Mossberger dkk, pertanyaan yang menggelitik para peneliti selama ini terkait partisipasi warga dunia maya adalah: "Apakah Internet memberikan akses yang lebih luas pada pengetahuan politik dan memungkinkan partisipasi dalam proses demokrasi? Apakah Internet mendorong ketertarikan warga terhadap isu dan diskusi politik? Apakah keuntungan digital citizenship bagi pelibatan warga dalam diskusi (sosial) dan politik?

Kata kuncinya memang peluang partisipasi dan amunisi untuk berpartisipasi. (ada teman yang nyelutuk: ssst.. Pak Chappy kan pensiunan, makanya punya banyak waktu luang ngeblog...  -oh come on, tetangga saya juga pensiunan, tapi kerjanya merenungi masa lalu hingga ia terserang post power syndrome hehehe)

Pak Chappy punya amunisi berupa akumulasi pengetahuan dan pengalaman ditopang oleh keterampilan menulis. Ia dengan sadar menjadi pemain aktif dalam poros sharism yang menjadi urat nadi user-generated content (UCG) media, seperti Kompasiana.

Ia masuk dalam argumen Robert Putnam, Bowling Alone, 2000:

"Political Knowledge and interest in public affairs are critical preconditions for more active forms of involvement. If you don`t know the rules of the game and the players and don`t care about the outcome, you`re unlikely to try playing yourself."

Nah, pengasuh media yang memilih platform UCG harus senantiasa memelihara denyut partisipasi dan tak lelah menemukan partisipan yang potensial. Sebaliknya, partisipan yang aktif sewajarnya mendapat pengakuan untuk memelihara kepercayaan mereka.

Orang-orang New Media sering bicara tentang sharism and social capital. Dua istilah yang memunggungi mantra industri media modern yang melulu bicara soal berita sebagai komoditas dan mesin keuntungan. Dalam bingkai sharism inilah kita melihat gairah partisipasi yang menghidup-hidupi komunitas seperti Kompasiana.

Untuk berpartisipasi aktif, akses Internet menjadi syarat mutlak. Netizen yang dicatat memiliki peluang besar menunjukan partisipasi politik, sosial dan ekonomi berbasis Internet adalah mereka yang masuk kategori "highly wired" atau "always online", mengakses Internet dengan mudah, kapan pun ia mau. Di sisi lain, tentu ada masyarakat yang masih terperangkap dalam kategori "truly offline". Inilah wajah sebagian besar saudara-saudara kita yang untuk berjuang dalam pemenuhan kebutuhan dasar pun masih megap-megap dan sering menjadi topik diskusi orang-orang yang online, seperti kita.

Setelah persoalan akses beres, ada soal yang lebih krusial yang disebut "a number of literacy"

Mark Warschauer (2003) menyebut "melek informasi dan media" sebagai tuntutan untuk bisa terlibat dalam interaksi sosial berbasis Internet. Ini mencakup keterampilan cara mencari, menilai dan memanfaatkan informasi, serta pemahaman tentang sifat-sifat media yang berubah, hingga seorang netizen tahu bagaimana mengambil peran.

Sebenarnya, chip bernama digital citizenship ini terpasang di kepala semua netizen, entah dia blogger, citizen reporter, tukang browsing, tukang upload, tukang download, tukang komentar, hingga pembaca pasif.

Hanya tingkat partisipasi yang berbeda-beda (dan tentu saja kualitas partisipasinya) yang membuat ada netizen yang segera melesat. Besok, salah satu bukti digital citizenship di Kompasiana akan sama-sama kita rayakan.  Pak Chappy dengan amunisinya:  passion and enthusiasm in distributing his knowledge, experience and opinion in the context of digital sharism. Iamendapatkan pengakuan yang sepantasnya dalam penerbitan kumpulan tulisannya di blog Kompasiana.

Selamat men-Cat Rambut Orang Yahudi, Pak Chappy!

Untuk teman-teman Kompasiana lainnya, mari meng-upgrade chip di kepala yang bernama digital citizenship, dan mengejar langkah Pak Chappy. Kita semua bisa berpartisipasi dalam pertukaran informasi dan opini yang sehat dan berkualitas di sini. Di Kompasiana.

Begitulah.

Ly

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun