Pastilah setiap orang pasti pernah merasakan. Hanya yang berbeda bagaimana kita meresponnya atau menanggapinya.
Ketika aku masih bekerja..., rasanya beban kerjaan itu sangat berat, belum lagi persaingan dalam pekerjaan, rasanya kok ketika ada penerimaan pegawai baru, mereka sangat terampil, lebih segar, lebih cantik, lebih smart dan lebih disayang bos. Duuuh... serasa hati ditusuk-tusuk.
Belum lagi masalah gaji, terkadang gaji mereka mendekati banyaknya jumlah gaji kita yang sudah berpuluh2 tahun mengabdi. Hhhhh... bikin kesal deh..., padahal jam terbang mereka baru sedikit.
Begitulah... apa mungkin karena jenuh ?, apa mungkin karena cemburu tidak bisa bersaing ? Semua rasa bercampur di dalam dada. Rasanya enggan sekali kalau harus berangkat ke kantor. Apalagi bila kerjaan untuk hari itu tidak selesai.... benciiiiii banget deh.
Alhasil, mukaku sangat tidak ramah, terlihat judes, tidak tampil ceria, selalu saja berpikir negatif, hubungan dengan teman menjadi tidak harmonis.
Setiap hari rasanya ketika aku sholat doanya mengeluuuh saja.... Seolah aku tidak pernah bersyukur apa yang telah Allah berikan... Ya, pada saat itu aku tidak melihat adanya kebahagiaaan .. rasanya sengsara yang ada.
Ketika sedang merenung, tiba-tiba aku teringat bila aku memberi sesuatu pada anakku ... aku selalu mengatakan : pilih yang mana ? yang ini ? atau yang itu ? tidak boleh kedua-duanya, harus bisa memilih..., tidak boleh serakah !
Yaps... benar, take it or leave it !
Bila aku masih mau dengan pekerjaan ku tentu aku harus mengambil resiko. Ya resiko baiknya : aku masih mendapat gaji dan fasilitas, lumayan buat nambah-nambah dapur. Resiko buruknya : ketidak nyamanan hati, bisa jadi cemburu dengan karyawan baru, tidak dianggap berprestasi, hilangnya waktu dengan anak-anakdan suami, cape badan cape hati.
Bila aku tingggalkan pekerjaan...., resiko buruknya : tidak dapat gaji, berarti tidak ada uang tambahan (hu..hu..) dan fasilitas lain seperti kesehatan. Tapi hati bebaaassss.... tidak usah ke kantor, tidak usah berdesak-desakan dengan orang lain di angkutan umum, boleh bangun siang, dan aku punya waktu yang banyak dengan anak-anakku.
Semua pilihan ada ditangan aku kok ! Karena mustahil toh aku mengatur keadaan kantorku. Emangnya punya nenek moyangku ???
Dan begitulah, hikmahnya memang segala sesuatu secara sadar harus kita perhitungkan resiko baik dan buruknya, ketika harus memutuskan sesuatu. Sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Setelah merenungi beberapa lama dan memperhitungkan resikonya memutuskan keluar dari kantor, dan dengan ringan aku melangkah. Walaupun aku tahu resiko yang paling utama adalah harus memperketat keuangan keluargaku. Disisi lain pembenarannya adalah anakku membutuhkan ibunya. Aku ingin anakku tumbuh besar ditanganku. Insha Allah rezeki bisa datang darimana saja, dari kiri dan kanan... walaupun tidak berupa harta yg melimpah. Kesehatan, kesempatan dan kebahagiaan juga merupakan rizki yang harus selalu aku syukuri.
Manusia selalu dalam keadaan memilih. Memilih yang ini atau yang itu. Pelajari resiko yang akan diterima bila memilih. Jangan memilih berdasarkan emosi sesaat. Pertimbangkan dengan baik, jangan sampai menyesal di kemudian hari. Take it or leave it.